BEI Suspensi Saham Trisula Textile Industries

NERACA

Jakarta – Lantaran terjadi peningkatan harga saham di pasar, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara (suspensi) atas perdagangan saham PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) mulai sesi I Kamis (12/5) pagi. Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Kadiv Pengawasan Transaksi BEI, Lidia M Panjaitan dan Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan, Irvan Susandy dalam keterbukaan informasi meminta para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan. Disebutkan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Trisula Textile Industries Tbk, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham perseroan pada perdagangan tanggal 12 Mei 2022.

Sekadar informasi, pada penutupan perdagangan terakhir, Rabu (11/5) kemarin, saham PT Trisula Textile Industries Tbk () ditutup menguat 33,33% atau naik 62 point ke harga Rp248 per saham. Jika pada Jumat (1/4) lalu masih ditutup di harga Rp68 per saham, maka hingga Rabu (11/5) kemarin, saham BELL tercatat telah mengalami peningkatan harga signifikan hingga 264,7%.

Di tahun 2021 kemarin, BELL juga berhasil meningkatkan penjualan ritel menjadi Rp84,5 miliar atau naik 12,1% YoY dibandingkan tahun sebelumnya. Produk ritel BELL ini terdiri dari pakaian jadi dengan merek JOBB dan Jack Nicklaus yang sudah dipasarkan di berbagai wilayah strategis di Indonesia.

R Nurwulan Kusumawati, Direktur BELL mengatakan, perseroan bangga dapat membuat produk lokal sendiri yang mendapatkan banyak respon positif dari masyarakat. “Kami terus mencari peluang dengan melakukan berbagai inovasi. Belum lama ini BELL juga terpilih sebagai pemenang inovasi terbaik pada acara WOW Innovation Award 2021 dengan meraih 3 penghargaan sekaligus. Mulai dari smart working, pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan penerapan metode baru dalam pencelupan kain.  Kedepannya kami meyakini bahwa industri tekstil dan produk tekstil akan semakin membaik dan BELL mampu meraih kinerja yang lebih baik lagi.”ujarnya.

Pada tahun 2021, BELL memperoleh penjualan sebesar Rp428,2 miliar. Meskipun terkoreksi dari periode sebelumnya, di sisi lain BELL memiliki pertumbuhan pada laba usaha sebesar 106,3% YoY. Hal ini karena berbagai efisiensi yang dilakukan BELL sepanjang tahun 2021. BELL juga meraih peningkatan pada laba yang diatribusikan ke induk sebesar 115,3% YoY. Kemudian, sebagai upayanya dalam memperluas produk lokal di pasar internasional, pada tahun 2021 BELL juga berhasil meningkatkan penjualan ekspor 40,9% YoY.

Kemudian pada hasil RUPSLB BELL juga merestui melakukan buyback saham yang terhitung mulai dari 27 April 2022 hingga 26 Oktober 2023. Disebutkan, BELL akan melakukan buyback saham maksimal sebanyak-banyaknya Rp55 miliar atau dengan saham yang akan dibeli kembali oleh BELL sebanyak-banyaknya 725 juta saham.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…