NERACA
Jakarta - Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Yadi Sofyan Noor menyebutkan produksi jagung nasional telah mampu memenuhi kebutuhan pakan dalam negeri. Berdasarkan data BPS, produksi jagung tahun 2019 hingga 2021 dengan kadar 14 % terjadi kenaikan produksi dari tahun ke tahun yang disebabkan luas panen dan produktivitas yang mengalami kenaikan.
"Dan Indonesia sudah tidak melakukan importasi jagung pakan sejak tahun 2019. Memang ada impor jagung, tapi untuk kebutuhan industri karena adanya kebijakan impor Non Lartas (Larangan Terbatas,- red), total impor jagung untuk industri ini 1,2 juta ton. Terdiri dari jagung untuk industri pati atau makanan atau minuman 987 ribu ton, pati 197 ribu ton, brondong 8 ribu ton, minyak jagung 3 ribu ton dan berbagai produk lainnya untuk industri," ungkap Sofyan di Jakarta.
Sofyan pun menjelaskan kegiatan impor jagung pakan sebelumnya harus berdasarkan rekomendasi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ini sesuai dengan Permentan 57 Tahun 2015 Tentang Pemasukan Dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Tumbuhan Ke dan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia.
"Tapi sejak terbitnya Permendag No. 21 Tahun 2018, impor jagung pakan hanya dapat dilakukan oleh BULOG setelah mendapatkan penugasan dari Pemerintah. Dan sejak Tahun 2017 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian tidak menerbitkan rekomendasi impor jagung untuk bahan pakan. Impor jagung sebesar 517 ribu ton pada tahun 2017 merupakan bahan baku industri pangan," jelas Sofyan.
Lebih lanjut Sofyan mengungkapkan impor jagung untuk bahan baku industri pangan sesuai Permendag No. 21 Tahun 2018 hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik APIP (Angka Pengenal Importir Produsen). Kode HS jagung untuk bahan pakan dan jagung untuk bahan baku industri masih sama yaitu HS 1005.90.90 Lain-lain/Other (Jagung).
"BPS (Badan Pusat Statistik) belum melakukan pemisahan data impor jagung pakan dan pangan sehingga menunjukan angka impor yang tinggi. Namun sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 26/PMK.010/2022 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, HS Code untuk jagung pakan dan jagung untuk bahan baku industri pangan sudah dibedakan berdasarkan kandungan Aflatoxinnya," papar Sofyan.
Sementara itu, Maya Devi dari PT. Tereos sekaligus Ketua Perkumpulan Produsen Usaha Pemurni Jagung Indoesia (P3JI) menuturkan jagung pipil untuk bahan baku industri pati jagung dan industri pangan lainnya memiliki spesifikasi berbeda dengan jagung pakan. Selain itu membutuhkan dalam jumlah besar dan continue sehingga saat ini masih dipenuhi dari impor.
"Seluruh anggota yang tergabung dalam P3JI sudah menandatangi komitmen untuk memulai penyediaannya di dalam negeri dan sudah melakukan kemitraan penyediaan jagung rendah aflatoksin," kata Maya.
Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita dalam webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) mengatakan sesuai Perpres No.48 Tahun 2016, Perum Bulog mendapat tugas mengelola cadangan pangan pemerintah, termasuk ketersediaan jagung.
"Memang kalau kita lihat Pajale itu harusnya mulai dari impornya, penyimpanan, dan pengolaan cadangan harusnya ada di Bulog. Tapi kenyataannya yang terlaksana sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 48 Tahun 2016 baru beras," jelas Febby.
Karena itu Febby berharap, ke depan dengan kehadiran Badan Pangan Nasional (BPN) hal-hal berkaitan dengan penugasan pangan krusial kembali dipegang Bulog. Barometernya, terjadi stabilisasi harga di petani, tidak harga jatuh, tercukupinya stok nasional, dan ketersediaan pangan di seluruh negeri.
Jika melihat fasilitas yang dimiliki Bulog, Febby menegaskan, pihaknya telah menyiapkan berbagai infrastruktur, termasuk 1.600 gudang miliki Bulog yang berada di seluruh Indonesia. Bahkan kini Bulog telah memulai proses pembangunan unit Corn Drying Center (CDC) dan Silo di beberapa lokasi sentra produksi jagung sebagai tempat penyimpanan.
Ada enam lokasi yakni, Gorontalo, Grobogan, Wonogiri, Tuban, Dompu (NTB), dan Lampung. Untuk di Gorontalo dan Grobogan total kapasitasnya 9 ribu ton, sedangkan di Wonogiri, Dompu dan Lampung sebanyak 6 ribu ton. Paling besar di Tuban sebanyak 30 ribu ton dengan 10 unit silo.
"Ini sebenarnya persiapan kami untuk nanti kalau Bulog ditugaskan menyimpang cadangan jagung. Jadi kita sudah punya infrastrukturnya," ujar Febby.
Febby pun mengungkapkan, untuk CDC yang berada di Dompu dan Bolaang Mangondow (Gorontalo) saat ini sudah hampir 50 persen selesai. Di lokasi tersebut masing-masing mempunyai tiga silo dengan kapasitas per unit 3.000 per ton. Dengan demikian total kapasitas silonya sebanyak 18 ribu ton. Sedangkan kapasitas dryernya 90 ton/unit/hari.
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus…
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus…