NERACA
Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dan Fairventures Worldwide menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengembangan kayu ringan berkelanjutan.
Penandatanganan MoU ini merupakan bentuk komitmen Kementerian Perdagangan dalam mendukung inovasi dan kreativitas pengembangan kayu ringan, khususnya jenis sengon dan jabon.
MoU ini sekaligus merupakan langkah yang diambil Kementerian Perdagangan yangmeyakinibesarnya prospek kayu ringan menjadi primadona dunia di masa depan. Penandatanganan MoU dilakukan Direktur Jenderal PEN Didi Sumedi dan CEO Fairventures Worldwide Megan King.
Selain MoU, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga menandatangani Technical Arrangement (TA) untuk menindaklanjuti MoU tersebut secara detil.
“Kebutuhan material kayu di pasar global terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia. Pada 2021, total perdagangan kayu tropis dunia mencapai USD 196,4 miliar, sementara produksi kayu hutan tropis hanya mencapai 2,6 miliar meter kubik (m3). Sehingga pasar potensial yang belum tergali (untappedpotential market)dapat dimanfaatkan oleh eksportir dan produsen kayu Indonesia,” ujar Didi.
Menurut Didi, kayu ringan telah menjadi primadona untuk diolah menggunakan teknologi dan inovasi menjadi berbagai produk yang sangat prima dan bernilai tinggi di dunia, terutama Jepang dan negara-negara di kawasan Eropa.
Namun, masih belum banyak konsumen yang mengetahui kegunaan dari kayu ringan. “Kayu ringan berpotensi menjadi alternatif bagi kayu keras yang dihasilkan dari hutan. DiJepang dan Eropa, kayu ringan telah menjadi primadona untuk diolah menggunakan teknologi dan inovasi menjadi berbagai produk yang sangat prima dan bernilai tinggi,” imbuh Didi.
Indonesia, lanjut Didi,merupakan salah satu lumbung kayu terbesar di dunia yang berpotensi menguasai pasar dengan memasok kayu ringan secara berkesinambungan. Hal ini juga disesuaikan dengan selera konsumen yang menginginkan material ringan, fleksibel dalam pengaplikasiannya, ramah lingkungan, dan lestari.
“Kayu ringan memiliki keunggulan, yaitu rata-rata dapat dipanen dalam kurun waktu 4-7 tahun, memberikan nilai ekonomis tinggi karena waktu tanam yang cepat, serta dengan umur tanam yang cepat juga membuat reforestasi lebih mudah dan menarik minat bagi pasar dunia.Sedangkan dalam berbisnis, kayu ringan merupakan sumber bahan baku yang mudah. Artinya, industri kayu ringan menjadi menarik untuk dikembangkan,” jelas Didi.
Didi juga menjelaskan, melalui penandatanganan MoU dan TA ini,akan dilakukan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Indonesia dan luarnegeri. Kegiatan tersebut antara lain mengedukasi konsumen mengenai manfaat kayu ringan, tidak hanya sebagai produk unggulan tetapi juga dapat mendukung kesejahteraan petani, ramah lingkungan, dan sumber andalan ekspor; membentuk pusat inovasi kayu ringan (lightwood innovation center); dan mengadakan pelatihanmemanfaatkan kayu ringan melalui berbagai inovasi.
Selain itu, Kemendag dan Fairventures Worldwidejugaakan mempromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)di Eropa, membina 2000 petani kayu sengon dengan cakupan wilayah 2000 ha kebun sengon dan menyebarkan dua juta bibit sengon. Dalam mewujudkan tujuan MoU ini, Kemendag dan Fairventures Worldwidejuga menggandeng tujuh kementerian dan pemerintah daerah.
Didi menerangkan, sebagai wujud nyata dari kerjasama ini, Fairventures Worldwideakan meluncurkan proyek percontohanberupa rumah berbahan baku kayu ringan seluas 70m2 yang akan ditempatkan di Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah.
Modular ini akan dibangun secara efisien menggunakan sistem konstruksi kayu modular (modular timber construction)yang membutuhkan waktu pembangunan hanya maksimal tiga hari.
Sistem inilah yang ingin diperkenalkan oleh FairventuresWorldwidekepada petani, produsen, serta pemangku kepentingan terkait. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran bahwa kayu ringan memiliki nilai tambah yang sangat tinggi dengan diversifikasi produk eksporyang beragam.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Ni Made Ayu Marthini menambahkan, Indonesia memiliki reputasi yang baik dalam hal ekspor kayu yang sudah dilakukan sejak dulu, khususnya dengan adanya SVLK yang memastikan bahwa produk kayu Indonesia memenuhi aspek keberlanjutan, legal, dan keterlacakan. Iwan/gro
NERACA Jakarta — Dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sektor perkebunan nasional, Tim Penilai Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan resmi…
NERACA Jakarta — Pemerintah Indonesia dan Chile menyepakati penguatan kerja sama di sektor pertanian melalui pertukaran teknologi dan penguatan perdagangan…
NERACA Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso melakukan Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di…
NERACA Jakarta — Dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sektor perkebunan nasional, Tim Penilai Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan resmi…
NERACA Jakarta — Pemerintah Indonesia dan Chile menyepakati penguatan kerja sama di sektor pertanian melalui pertukaran teknologi dan penguatan perdagangan…
NERACA Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso melakukan Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di…