NERACA
Jakarta - CEO Big Alpha, Tirta Prayudha menilai, penutupan informasi kode broker atau pialang selama jam perdagangan bursa sebagai salah satu bentuk perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI) kepada investor ritel,”Penerapan kebijakan ini jika dilihat lebih dalam sebenarnya merupakan sebuah tanda bahwa otoritas bursa memperhatikan kondisi dan isu-isu di lapangan. Terutama terkait tindakan herding behavior (ikut-ikutan) para investor ritel yang terjadi di perdagangan saham,"ujarnya dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Menurut Tirta, jika mempertimbangkan pertumbuhan investor yang sangat pesat dalam satu tahun terakhir, kebijakan tersebut merupakan langkah yang tepat dan bertujuan sebagai insentif agar investor melakukan pekerjaan rumahnya sendiri, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham.”Terutama bagi para investor pemula yang baru terjun ke pasar modal dalam negeri. Perlu diketahui, herding behavior di bursa bisa memicu tindakan-tindakan yang bersifat spekulatif dan membuat pasar menjadi lebih tidak stabil dan memang sebaiknya diminimalisir," kata Tirta.
Dengan penutupan kode broker, Tirta berharap investor ritel bisa lebih bijak dalam bertransaksi saham, baik jika menggunakan analisa fundamental maupun analisa teknikal. Ia menambahkan, ada banyak sekali informasi lain yang bisa digunakan sebagai data points dalam menganalisa sebuah saham yang sudah tersedia luas.”Sebaiknya, investor ritel yang baru masuk ke bursa menggunakan informasi-informasi ini ketimbang sekadar mengikuti ‘siapa membeli saham apa,’ tanpa tahu lebih dalam mengenai emiten tersebut. Karena, meskipun kita bisa tahu broker mana membeli saham apa, akan jauh lebih sulit untuk mengetahui motif, alasan, serta kepentingan mereka membeli saham-saham tersebut," ujar Tirta.
Sementara itu Founder & CEO Investabook Muhammad Alfisyahrin mengatakan penutupan kode broker merupakan kebijakan yang positif untuk ekosistem pasar yang lebih sehat. Menurutnya, investor ritel harus sadar bahwa mereka memiliki keunggulan yang tidak dimiliki investor besar.”Kita bisa berinvestasi di perusahaan bagus yang masih kecil dan belum terlalu likuid perdagangan sahamnya. Strategi mengekor investor besar dengan membaca kode broker justru berpotensi menjebak kita pada saham yang kita sebenarnya tidak benar-benar yakin dengan prospeknya," ujar Alfisyahrin.
NERACA Jakarta — Perkuat likuiditas, anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), PT Medco Power Indonesia menerbitkan Obligasi Berkelanjutan…
NERACA Jakarta - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Keberlanjutan I Sarana Multi…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP) akan membidik proyek pemerintah. Oleh karena itu, emiten kontruksi…
Sebagai apresiasi transformasi industri jasa keuangan, Plus Idea Komunika bersama goodmoney.id menggelar Innovative Future Finance Awards 2025 dan The 25…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) 2025 PT Mahaka Media Tbk (mahakaX) (ABBA) menetapkan arah kebijakan strategis ke depan, serta…
Menabung adalah kebiasaan yang telah dilakukan oleh hampir setiap orang. Pilihan aset untuk ditabung saat ini juga semakin beragam, mulai…