Pendapatan PT Timah Terkoreki Tajam 45%

NERACA

Jakarta – Kinerja keuangan PT Timah (Persero) Tbk (TINS) di kuartal pertama 2021 belum lepas dari tekanan sehingga membuat pendapatan terkoreksi. Dalam laporan keuangan, perseroan membukukan penurunan pendapatan sekitar 45% menjadi Rp 2,44 triliun dibandingkan priode yang sama tahun lalu Rp 4,42 triliun.

Kemudian berkat efektivitas manajemen biaya, TINS berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp131 miliar atau naik signifikan dibandingkan kuartal I/2020 yang minus sebesar Rp434 miliar. Sekretaris Perusahaan Timah, Abdullah Umar mengungkapkan, setelah dipukul badai pandemi yang demikian masif, TINS mulai menambah armada penambangan offshore secara bertahap. Produksi bijih timah pada kuartal I/2021 tercatat sebesar 5.025 ton yang mana sebesar 61% berasal dari offshore.

Disebutkan, angka produksi logam timah pada kuartal I/2021 terkoreksi 63% menjadi 5.220 ton dan penjualan logam timah terkoreksi 66% menjadi 5.912 ton. "Fluktuasi harga logam timah di LME bergerak di rentang harga yang terbatas, dan diramalkan masih akan terus kinclong sampai dengan akhir tahun," urainya.

Dia menuturkan, sebagai produsen terbesar timah kedua di dunia, TINS memiliki posisi tawar yang menentukan di pasar timah dunia. Sementara itu, laba tahun berjalan kuartal I/2021 sebesar Rp10 miliar, naik signifikan dibandingkan kuartal I/2020 minus sebesar Rp413 miliar. Profitabilitas TINS terus membaik yang nampak dari gross profit margin (GPM) sebesar 13,21% dan net profit margin (NPM) sebesar 0,42%.

Adapun, likuiditas TINS masih sehat dengan current ratio sebesar 128,57%. Solvabilitas TINS juga menunjukkan perbaikan di mana debt to equity ratio (DER) sebesar 123,19%. Sumber daya dan cadangan timah offshore merupakan aset strategis untuk menjaga keberlangsungan bisnis pertimahan yang dilakoni TINS. Cadangan timah per akhir tahun 2020 tercatat sebesar 282.312 ton yang 94% di antaranya berlokasi di offshore, sedangkan sumber daya timah tercatat sebesar 823.420 ton dengan komposisi offshore sebesar 51%.

Di samping pertimahan sebagai bisnis utamanya, TINS mulai memoles performa bisnis penambangan batu bara yang beroperasi di Kalimantan Selatan dengan lahan IUP seluas 9.721 Ha dan berkadar Gross Air Received (GAR) 6.200 Kcal/Kg. Lebih lanjut, pamor nikel yang makin membaik membuat TINS lebih intensif menggarap penambangan nikelnya yang berlokasi di Sulawesi Tenggara dengan luas IUP sebesar 300 Ha.

Kinerja anak perusahaan TINS mulai tumbuh sesuai ekspektasi, di antaranya batubara dan nikel. Kontribusi pendapatan di luar bisnis timah diharapkan terus tumbuh dan mampu menopang keberlanjutan Perseroan ke depannya. “TINS memiliki batubara yang berkalori tinggi dan diminati pasar. Dengan harga batubara yang relatif stabil, dan diharapkan tingkat produksi di level 500.000 ton - 750.000 ton pada tahun 2021 akan berdampak positif terhadap kinerja finansial Perseroan," ujarnya.




 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…