Iman Raimen (40) harus terbujur kaku di kursi roda akibat penyakit stroke yang dideritanya sebulan lalu. Hal ini dipicu stress dan beban pikiran karena dirinya menjadi salah satu korban pemutusan hubugan kerja (PHK) atau yang harus dirumahkan. “Saya bingung dan tidak ada persiapan harus bekerja apa, tiba-tiba perusahaan harus memangkas separuh karyawan yang ada akibat pandemi ini,”tuturnya.
Seperti petir di tengah hari bolong, kabar pengurangan karyawan terus menghantui dirinya dan menjadi beban pikirannya. Dirinya yang memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan lantaran kehilangan pekerjaan memacu emosinya tinggi, sehingga kondisi inipun berdampak pada stamina tubuh yang tidak terjaga sehingga penyakit stroke melanda dan menambah derita pajang. Maklum saja, bapak dua anak ini menjadi tulang punggung keluarga yang harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil dan masih memiliki beberapa cicilan bulanan yang harus dilunasi.
Seperti pepatahkata, sudah jatuh tertimpa tangga adalah nasib yang dialami Iman. Kehilangan pekerjaan ditengah krisis harus ditambah dengan penyakit kritis yang dideritanya. Ironisnya, Iman yang bekerja di salah satu perusahaan ritel ini tidak memiliki asuransi kesehatan untuk mengcover biaya pengobatan karena beranggapan asuransi hanya untuk mereka yang memiliki kelebihan duit dan belum lagi soal cerita negatif sulitnya mengklaim, “Saya menyesal tidak melek akan manfaat asuransi karena dulu dirasa belum dibutuhkan,”ungkapnya.
Nasi sudah menjadi bubur, kini dirinya harus merasakan pahitnya tidak memiliki asuransi di saat harus dihadapkan pada macam penyakit kritis. Kini asset yang dimiliki dan telah dikumpulkannya berpuluh puluh tahun harus hilang dijual karena untuk biaya pengobatan. Apalagi tiap tahunnya biaya pengobatan selalu naik. Menurut data Global Medical Trends Survey Report 2020 yang dipublikasikan Willis Towers Watson, kenaikan biaya medis secara gross di Indonesia bisa mencapai 11% per tahun. Ingat pula bahwa biaya perawatan penyakit kritis mencapai ratusan juta rupiah.
Apa yang dialami Iman berbeda dengan Doni (65) pensiunan di perusahaan BUMN ini sudah sadar akan pentingnya asuransi jauh sebelum pandemi virus corona melanda. Doni mengatakan, kesehatan adalah hal penting dalam hidup. “Sekaya apapun kalau kesehatan tidak dijaga, maka asset akan habis untuk biaya pengobatan,”tuturnya.
Oleh karena itu, kehadiran asuransi kesehatan dirasakan betul manfaatnya untuk melindungi dari risiko yang harus ditanggung. Hal inipun dirasakannya saat dirinya didiagnosa penyakit jantung, selama pengobatan di rumah sakit tidak keluar duit karena sudah ditanggung pihak asuransi. Menurut Doni, asuransi kesehatan bisa menjadi proteksi dalam menghadapi tantangan dan risiko-risiko yang mungkin terjadi di masa depan. Sebagai seorang nasabah yang memiliki Asuransi Mandiri Kesehatan Prima, Doni pun secara rutin menggunakan manfaat yang diperoleh dengan memeriksa kondisi kesehatan dirinya setiap tahun, baik di fasilitas layanan kesehatan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kini tidak hanya dirinya yang memiliki asuransi AXA Mandiri sebagai asuransi kesehatan tetapi juga istri, anak, menantu dan juga cucunya. Hal ini tidak lepas dari produk yang ditawarkan dan fasilitas yang dimiliki cukup memuaskan.“Saya bisa berobat dimanapun, kapan pun dan bahkan sampai keluar negeri semua ditanggung asuransi,”tandasnya.
Apa yang dialami Iman menjadi gambaran masih timpangnya masyarakat untuk memanfaatkan asuransi kesehatan sebagai solusi utama proteksi saat krisis sebagaimana yang dilakukan Doni. Hidup memang tidak selamanya berjalan mulus dan akan ada masanya di mana seseorang berhadapan dengan berbagai risiko hidup yang memaksa mereka mengeluarkan dana dalam jumlah besar. Berdasarkan data yang dihimpun pada program konsultasi keuangan Lifepal, terungkap fakta bahwa 88,66% masyarakat Indonesia belum mengalokasikan dana untuk manajemen risiko.
Sementara itu, kesadaran masyarakat berasuransi sebagai produk finansial dinilai masih rendah atau tidak sebaik produk finansial lainnya. Hal ini didorong oleh rendahnya literasi soal produk asuransi di Indonesia. Saat ini, literasi produk asuransi hanya berada di kisaran 19% atau jauh lebih rendah dari produk literasi keuangan lainnya yang memiliki tingkat literasi hingga 30%. Sedangkan tingkat penetrasi asuransi belum mencapai 2%. Padahal asuransi bisa menjadi salah satu instrumen menabung yang aman baik untuk jangka menengah maupun dalam jangka panjang. Agak berbeda dengan instrumen finansial lainnya, keuntungan dari membeli asuransi adalah investasi yang dibelikan tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang-orang terdekat.
Kata pengamat asuransi, Irvan Rahardjo, lambatnya pertumbuhan asuransi dibandingkan sektor perbankan karena rendahnya literasi. Menurutnya, agar industri asuransi tetap tumbuh, perusahaan asuransi harus meningkatkan jalur distribusi banccassurance dengan inovasi platform digital. Beberapa pemain asuransi, kata Irvan, sudah merintis beberapa telah memperluas saluran market melalui e-commerce.
Apalagi tren permintaan pasar asuransi meningkat di tengah pandemi. Hasil survei Manulife Asia Care menyebutkan, mayoritas responden Indonesia yang ditanyai dalam riset menyatakan kekhawatiran mereka terhadap Covid-19. Dimana sebanyak 72% dari responden mengatakan bahwa mereka berencana membeli tambahan asuransi dan 29% responden Indonesia lainnya menginginkan manfaat rawat inap yang lebih baik.
Perencanaan Keuangan
Hal yang terpenting dalam berasuransi adalah mengajarkan akan pentingnya perencanaan keuangan menghadapi risiko kedepan yang tidak pasti di tengah krisis pandemi. Asal tahu saja, ketika seorang pencari nafkah meninggal dunia atau tidak lagi mampu bekerja karena kehilangan fungi anggota tubuh, maka keluarga tersebut akan kehilangan penghasilan rutin sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Jika peristiwa itu terjadi, bagaimana keluarga tersebut harus belanja bahan pokok setiap bulannya, membayar segala tagihan rumah, utang, hingga membiayai pendidikan sang anak. Maka dari itu sebabnya, mengapa risiko hilangnya penghasilan harus ditransfer ke perusahaan asuransi.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu, pada dasarnya, asuransi jiwa diperlukan dalam setiap tahapan kehidupan manusia. Asuransi bisa memberikan keamanan finansial bagi setiap orang dalam berbagai kondisi. Oleh sebab itu, dirinya menjelaskan bahwa sebaiknya, masyarakat mulai memiliki asuransi saat masih berusia muda.
Usia dan kondisi kesehatan menjadi salah satu faktor yang menentukan besaran premi, sehingga jika berasuransi sejak muda, premi yang dikenakan akan menjadi lebih murah. Dengan berasuransi, bisa transfer dan mengelola risiko. Bayangkan saja, seorang penderita penyakit kritis yang tak memiliki jaminan kesehatan tentu akan sangat terbebani secara keuangan. Mereka bisa saja menjual aset-aset mereka untuk membayar biaya pengobatan yang tidak murah. Oleh karena itulah, wajib mempertimbangkan kepemilikan BPJS Kesehatan dan Asuransi Swasta. Jaminan kesehatan ini akan saling mengisi satu sama lain.
BPJS Kesehatan bisa menanggung seluruh jenis penyakit, namun sistem klaim berjenjang dan sistem rujukan dari faskes tingkat pertama tentu kurang cocok bagi mereka yang membutuhkan penanganan medis dalam waktu cepat. Ketahui pulalah, meski asuransi kesehatan swasta tidak mengcover seluruh jenis penyakit, bisa mendapat kepraktisan dalam hal berobat. Menjawab kebutuhan masyarakat akan asuransi memadai di tengah pandemi Covid-19, PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) terus berinovasi dalam produk dan juga layanan dalam penetrasi pasar asuransi dalam negeri.
Presiden Direktur AXA Mandiri, Handojo G. Kusuma mengatakan, sejumlah terobosan terus dilakukan, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 yang mendorong AXA Mandiri untuk mempercepat tranformasi dengan memaksimalkan teknologi digital, guna memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah, meningkatkan efisiensi, sekaligus menanggapi perubahan dalam gaya hidup masyarakat.”Salah satu transformasi AXA Mandiri adalah dengan hadirnya Perfect Series (Perfect Solution, Perfect Partner, & Perfect Assistant) yang menghadirkan pengalaman akses 24/7 kepada nasabah dan juga tenaga pemasar untuk terus berinteraksi dengan AXA Mandiri. Nasabah dapat mengetahui kebutuhan perlindungan dan mengecek polis, hingga mengajukan klaim secara online. Dengan demikian, kami dapat memberikan pengalaman berasuransi yang lebih baik, nasabah lebih mudah dan nyaman untuk selalu terhubung dengan kami, serta mengakses segala informasi mengenai polisnya kapan dan di mana saja,” kata Handojo.
Namun jauh sebelum Perfect Series tersedia, AXA Mandiri telah memberikan kemudahan bagi nasabah dalam menerima polis asuransinya melalui email (e-policy), hingga fasilitas Easy Claim kesehatan melalui aplikasi pesan. AXA Mandiri juga terus memberikan dukungan kepara para tenaga pemasar atau financial advisor (FA) dengan teknologi digital yang mumpuni agar mereka dapat memberikan layanan terbaik kepada nasabah. Melalui Perfect Solution, aplikasi mobile yang digunakan FA untuk memahami solusi perlindungan yang dibutuhkan nasabah, sehingga FA dapat memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan tahapan kehidupan mereka.
Berbagai program pelatihan dan pembekalan pengetahuan menyeluruh mengenai produk, serta izin keagenan dari AAJI juga diberikan kepada FA untuk membangun kapabilitas dalam keseharian mereka melayani nasabah. Program ini dilakukan secara konsisten sejalan dengan dinamika sektor industri asuransi.“Menjadi seorang mitra berarti mengenal nasabah kami dengan sangat baik dan memiliki interaksi yang lebih bermakna dengan mereka. Kami percaya bahwa dengan memberikan sentuhan humanis dalam berteknologi seperti yang FA kami lakukan saat ini, dapat meningkatkan kepercayaan nasabah dan memberikan mereka keyakinan untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik, lebih aman dan lebih sehat,” kata Handojo.
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Melengkapi fasilitas kesehatan bagi penghuninya dan juga menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan berkualitas di Kota Bekasi, Rumah Sakit Permata…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Melengkapi fasilitas kesehatan bagi penghuninya dan juga menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan berkualitas di Kota Bekasi, Rumah Sakit Permata…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…