Immanuel (14), siswa kelas VIII di Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang ini begitu jeli berselancar di dunia maya. Namun bukan bermain game yang dia lakukan, tetapi mencari informasi dalam mengerjakan tugas sekolahnya di saat pandemi,”Puji syukur, berkat jaringan internet yang stabil tugas sekolah bisa dilakukan dengan lancar dan termasuk ketika mengerjakan soal ujian,”ujarnya.
Selain itu, dirinya bercerita berkat jaringan internet yang lancar semua informasi bisa didapat dengan mudah dan utuh sehingga tugas dari sekolah yang diharuskan menggunakan media maya, tidak lagi terkendala. Ya, dunia pendidikan mengalami perubahan sejak adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap muka antara guru dan murid diganti dengan pembelajaran secara daring. Implementasi pembelajaran jarak jauh antara guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.
Hal inipun diakui, Vinsen salah satu tenaga pengajar sekolah dasar di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. “Proses belajar mengajar menggunakan media internet menjadi kendala di sini karena keterbatasan sinyal jaringan. Tidak hanya internet, untuk jaringan telepon juga susah sehingga harus mencari tempat yang memadai dan bila perlu harus ke kota,”ungkapnya.
Kata Vinsen, kendala yang dihadapi tersebut adalah pengalaman sebelum masuknya penetrasi operator telekomunikasi di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) serta wilayah perbatasan negara. Namun kini seiring berjalannya waktu, warga sudah menikmati merdeka sinyal karena sudah tidaklagi kesulitan mendapatkan jaringan. Hal ini tidak lepas dari agresifnya pembangunan infrastruktur operator telekomunikasi di daerah pedalaman dan perbatasan.
Disampaikan bapak dua anak ini, sejak hadir dan mudahnya jaringan internet dan sinyal yang didapat telah memberikan warna kehidupan bagi masyarakat dari berbagai aspek, khususnya kegiatan ekonomi lebih menggeliat. Sebut saja, dari kegiatan bertani bisa lebih produktif berkat informasi yang didapat dari internet dan begitu juga dengan kegiatan budidaya peternakan. “Bila sebelum ada internet dan sinyal, warga sulit mendapatkan informasi dari tenaga pendamping. Kini sejak ada sinyal, informasi mudah didapat lewat grup whatshap,”tuturnya.
Pengalaman yang sama juga diceritakan Martinus, tenaga medis dan juga apoteker yang bertugas di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ketika sulit mendapatkan sinyal. “Kesulitan sinyal menjadi hambatan dalam proses pengobatan pasien. Pasalnya, dalam berkomunikasi perihal obat-obatan harus terlebih dulu mencari lokasi khusus. Sebab, belum semua lokasi terjangkau jaringan telepon dan internet, ujarnya.
Dirinya harus keluar dan berdiri di bawah sebuah pohon besar untuk mendapatkan sinyal. Setelah berhasil mendapatkan sinyal, para tenaga medis itu pun harus berdiri mematung agar sinyal tak menghilang. "Itu kalau sudah ada, jangan geser. Kalau geser, sinyal langsung hilang,"ungkapnya.
Namun semua itu sudah berubah seiring dengan hadirnya pembangunan menara telekomunikasi. Saat ini, lanjutnya, pengalaman pahit sulit berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang harus diberikan pasien sudah bisa dilakukan dengan cepat karena didukung jaringan sinyal yang stabil. Asal tahu saja, begitu luasnya geografi wilayah Indonesia maka banyak daerah yang masih mengalami “blank spot area” jaringan komunikasi, sehingga kehidupan bermasyarakat, berwarga negara, berbangsa bahkan roda perekonomian kalah cepat dibandingkan daerah-daerah yang tidak memiliki blank spot area.
Dukungan Infrastruktur
Oleh karena itu, sesuai dengan amanah konstitusi, maka pemerintah Indonesia dibawah Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan terus memperbanyak pembangunan Base Transceiver Station atau BTS akan dilakukan. Pemerintah mencatat setidakya ada 12.548 desa dan kelurahan yang belum mendapatkan sinyal 4G. Dimana perinciannya, sebanyak 9.113-nya di antaranya berada di wilayah 3T dan akan diselesaikan oleh Kementerian Kominfo. Lalu ada 3.435 sisanya yang berada di wilayah non 3T. Tentunya ini akan dikonsolidasikan pada operator seluler agar juga disediakan sinyal 4G-nya sehingga target akhir 2022 semua desa sudah terjangkau dengan sinyal 4G.
Berangkat dari komitmen pemerataan akses broadband, Telkomsel belum lama ini resmi menghadirkan BTS 4G LTE di Oepoli, Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Infrastruktur tersebut sudah mulai beroperasi dan dinikmati oleh masyarakat setempat sejak awal November 2020. Kata VP Network Operation and Quality Management Area Jawa Bali Telkomsel, Samuel Pasaribu, kehadiran BTS ini merupakan bagian dari komitmen Telkomsel untuk terus bergerak maju mendorong pemerataan akses broadband terdepan yang mampu mendukung berbagai aktivitas digital masyarakat, termasuk di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) serta wilayah perbatasan negara.”Telkomsel berupaya untuk terus hadir menemani masyarakat, salah satunya melalui jaringan 4G LTE terdepan dan terluas yang mampu menyentuh nadi-nadi kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia,”ujarnya.
Maka dari itu, Telkomsel memaknai beroperasinya BTS 4G di Oepoli tidak sekadar untuk menghubungkan masyarakat yang berada di sana, namun juga demi memberikan manfaat bagi peningkatan potensi perekonomian desa, membantu kelancaran proses belajar secara daring, hingga mendukung petugas di daerah perbatasan dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Sementara Satgas Pamtas RI-RDTL Yon Armed 3/105 Tarik Dankipur II Kapten Arm, Warih Wiono menyambut baik kehadiran jaringan broadband terdepan di daerah perbatasan Republik Indonesia dengan Timor Leste ini. “Dengan digelarnya jaringan 4G LTE karya anak bangsa dari Telkomsel, ini menjadi berkah bagi kami para petugas dalam menyampaikan informasi saat menjalani kewajiban maupun untuk terhubung dengan keluarga dan orang-orang terdekat,”tuturnya.
Dibalik kemudahaan masyarakat pedalaman dan perbatasan mendapatkan sinyal, sehingga tidak lagi terjadi kesenjangan konektivitas ada peran penting sejumlah perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi dan salah satunya PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Direktur Keuangan TBIG, Helmy Yusman menyampaikan, sebagai perusahaan menara telekomunikasi dapat dipastikan bahwa seluruh menara yang dimiliki perseroan dapat digunakan untuk berbagai macam jaringan, mulai dari 3G, 4G, hingga 5G. “Masuki era jaringan 5G di Indonesia sudah semakin dekat, tentunya kebutuhan menara makin tinggi oleh operator telekomunikasi,”ujarnya.
Tidak hanya berbicara bisnis, kehadiran menara telekomunikasi Tower Bersama juga mempunyai andil menjaga jaringan sinyal yang lebih kuat. Oleh karena itu, perseroan terus agresif membangun Base Transceiver Station (BTS) meski di tengah pandemi Covid-19 guna menunjang kelancaran komunikasi dan akses internet. Teranyar untuk mendukung layanan bisnisnya, perseroan berencana mengakuisisi 3.000 menara milik PT Inti Bangun Sejahtera Tbk dengan nilai akuisisi mencapai Rp 3,97 triliun.“Transaksi tersebut diharapkan akan selesai menjelang akhir triwulan pertama tahun 2021, dengan tunduk pada pemenuhan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam PJBB,” kata Helmy Yusman Santoso.
Disampaikannya, akuisisi ini merupakan jawaban untuk terus membantu pelanggan telekomunikasi dalam perluasan jaringan. Pasalnya, dengan penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini, perkantoran menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) dan menerapakan online meeting untuk menggantikan rapat tatap muka serta online learning untuk sekolah-sekolah. Hal ini berdampak dengan meningkatnya permintaan data yang dirasakan oleh para pelanggan operator telekomunikasi. Peningkatan permintaan data secara tidak langsung meningkatkan permintaan kebutuhan titik lokasi penempatan BTS/ perangkat telekomuikasi para operator telekomunikasi tersebut sehingga permintaan kolokasi maupun menara baru meningkat.
Sehingga selama pandemi Covid-19 global ini, pihaknya terus membantu pelanggan telekomunikasi dalam perluasan jaringan serta persyaratan layanan berkelanjutan mereka. Maka bila akuisisi ini tuntas, menurut Helmy, perseroan akan memiliki sebanyak 9.000 sites menara telekomunikasi. Hal ini akan menghasilkan pendapatan dan EBITDA yang tinggi bagi TBIG. Sampai kuartal III-2020 lalu, TBIG mencetak pendapatan Rp 3,94 triliun. Sementara laba bersih mencapai Rp 747,47 miliar.
PT Bank DKI dan PT Bank Maluku Malut (BMM) resmi menjalin kerja sama strategis melalui pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB).…
Resmi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) yang ditandai dengan penandatanganan akta jual beli dan pengambilan saham, PT Bank Tabungan…
Dalam rangka mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yakni ekonomi hijau, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan komitmennya…
PT Bank DKI dan PT Bank Maluku Malut (BMM) resmi menjalin kerja sama strategis melalui pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB).…
Resmi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) yang ditandai dengan penandatanganan akta jual beli dan pengambilan saham, PT Bank Tabungan…
Dalam rangka mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yakni ekonomi hijau, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan komitmennya…