NERACA
Jakarta – Dukung percepatan proyek kereta cepat, PT Wijaya Karya (Tbk) akan menyuntikkan dana senilai Rp645,83 miliar dalam bentuk pinjaman pemegang saham (shareholder loan) kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Total pinjaman kepada PSBI yang sudah dikucurkan WIKA mencapai Rp4,63 triliun.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Mahendra Vijaya dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyampaikan pinjaman kepada PBSI diberikan untuk jangka watu 12 bulan. Pinjaman tersebut merupakan pinjaman ke-9 yang sudah dikucurkan oleh WIKA. Untuk diketahui, WIKA adalah pemegang saham PSBI dengan porsi 28%. Adapun PSBI adalah pemegang 60% saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).”Shareholder loan Kepada PSBI untuk melaksanakan tambahan setoran modal kepada PT Kereta Cepat Indonesia—China (KCIC),”kata Mahendra.
Sumber dana rencana transaksi ini akan diambil WIKA dari pinjaman perbankan dengan tingkat bunga sebesar 10,25% per tahun. Dengan merujuk kepada besaran bunga tersebut, cost of fund atau bunga yang dibebankan kepada PT PSBI menjadi 11,25% tanpa jaminan dan tanpa pembatasan (covenant).
Menurut Mahendra, transaksi ini bukan transaksi material karena penambahan fasilitas pinjaman Rp645,83 triliun kepada PT PSBI hanya memiliki porsi 3,98% dari total ekuitas WIKA per 30 Juni 2020 senilai Rp16,22 triliun."Dengan dilaksanakannya rencana transaksi tersebut, PSBI mampu untuk melakukan setoran modal kepada KCIC dalam rangka Proyek HSR sehingga Proyek HSR bisa diselesaikan sesuai dengan skedul yang diharapkan," tulis Mahendra.
Mahendra mengatakan sejak Desember 2015 hingga Juli 2018, WIKA telah memberikan pinjaman pemegang saham senilai total Rp3,98 triliun sebanyak 8 kali.Dengan tambahan shareholder loan senilai Rp645,83 miliar kali ini, total pinjaman dana yang sudah terealisasi menjadi Rp4,63 triliun. Pinjaman pemegang saham ini diberikan WIKA untuk melaksanakan pemenuhan sisa kewajiban setoran untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang akan dijadikan setoran modal PSBI kepada KCIC.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat A kepada WIKA, sedangkan prospek peringkat perusahaan dinilai stabil. Kata analis Pefindo Aryo Perbongso dan Yogie Surya Perdana, peringkat yang diberikan mencerminkan posisi pasar perseroan yang kuat di konstruksi nasional, sumber pendapatan beragam dan fleksibilitas keuangan yang kuat. Namun, peringktat tersebut dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi dalam jangka pendek dan menengah.
Disampaikan mereka, peringkat tersebut dapat ditingkatkan apabila perseroan memperkuat posisi pasar di industri konstruksi dalam negeri, yang tercermin dari pencapaian pendapatan dan EBITDA yang ditargetkan secara berkelanjutan dan kemudian, dengan menunjukan arus kas yang stabil. Meskipun demikian, peringkat tersebut bisa turun apabila Wijaya Karya memperoleh utang yang lebih tinggi secara signifikan daripada yang diproyeksikan tanpa peningkatan EBITDA yang sesuai. Untuk diketahui, obligor dengan peringkat A memiliki kapasitas yang kua untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Namun, obligor agak lebih rentan terhadap pengaruh buruk perubahan keadaan dan kondisi ekonomi.
PT Bank DKI dan PT Bank Maluku Malut (BMM) resmi menjalin kerja sama strategis melalui pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB).…
Resmi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) yang ditandai dengan penandatanganan akta jual beli dan pengambilan saham, PT Bank Tabungan…
Dalam rangka mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yakni ekonomi hijau, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan komitmennya…
PT Bank DKI dan PT Bank Maluku Malut (BMM) resmi menjalin kerja sama strategis melalui pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB).…
Resmi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) yang ditandai dengan penandatanganan akta jual beli dan pengambilan saham, PT Bank Tabungan…
Dalam rangka mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yakni ekonomi hijau, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan komitmennya…