NERACA
Jakarta - Sistem logistik juga menjadi penentu utama daya saing yang membutuhkan pengiriman cepat. Secara sederhana, keberhasilan dalam perdagangan global dapat tercapai jika sebuah perusahaan memiliki kemampuan untuk bergerak melewati lintas batas dengan cepat. Namun, sungguh disayangkan sistem logistik Indonesia saat ini, tergolong lemah dan belum efisien.
Kepala Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim menjelaskan biaya logistik Indonesia tertinggi di ASEAN yakni sebesar 25-30% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal dengan kondisi geografi Indonesia, idealnya biaya logistik tidak lebih 15% dari PDB.
"Sistem logistik nasional yang masih kurang baik terlihat dari biaya pengiriman yang tinggi. Distribusi barang antar wilayah maupun antar pulau menjadi tantangan tersendiri karena harga barang di Pulau Jawa lebih tinggi," ungkapnya di Jakarta, Selasa (8/5).
Ketidakefisienan sistem logistik nasional mengakibatkan daya saing produk domestik masih lemah. Ini menjadi masalah krusial karena sistem operasi logistik yang kompetitif merupakan kunci sukses dalam ekonomi global. Bahkan komoditas impor bisa jauh lebih murah daripada produk lokal.
Lukman mencontohkan, harga beras di satu provinsi bisa mencapai 64% lebih tinggi dibanding provinsi lainnya. Bahkan harga satu kantong semen di wilayah Papua bisa 20 kali lipatnya. Menurut dia, selain arus barang dan uang, aliran informasi harus dikelola secara hati-hati karena merupakan pendukung dalam sistem logistik nasional.
Sistem Robot
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Mekatronik LIPI Estiko Rijanto mengungkapkan teknologi juga perlu diperhitungkan dalam sistem logistik nasional. Dia mencontohkan, China dengan sistem robotic yang bisa menciptakan sistem logistik lebih efisien dan efektif. "China sudah memakai dan mengembangkan teknologi itu. Kita memang belum punya sistem teknologi untuk logistik seperti itu, tapi bisa kita siapkan," ujarnya.
Menurut Estiko, dengan sistem robotic segalanya menjadi lebih cepat dan murah, karena lebih efisien dan efektif. Sehingga, dapat membuat harga komoditas murah dan bisa bersaing di tingkat global. Untuk menjembatani adanya tantangan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perintah Presiden Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
Sementara, Menteri Riset dan Teknologi Kementerian Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan, rencana aksi sislognas berdasar pada enam kunci yakni komoditas penggerak utama, pelaku dan penyedia jasa logistik, infrastruktur transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia dan regulasi.
"Logistics Performance Index (LPI) yang dilansir World Bank menunjukkan logistik kita memprihatinkan dimana peringkat kinerjanya masih jauh berada di bawah kebanyakan negara-negara lainnya," katanya.
Maka, lanjut Hatta, yang perlu diperbaiki untuk menunjang berjalannya sistem ini yakni pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan laut internasional, jalan kereta api, bandara, jalan dan jembatan, hingga aspek lainnya seperti teknologi.
NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai sentra produksi jagung nasional dalam…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan kualitas layanan perizinan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) untuk menjaga…
NERACA Jakarta – Pemerintah menargetkan untuk sepenuhnya menghentikan impor beras pada tahun 2026 mendatang sebagai bagian dari strategi nasional menuju…
NERACA Jakarta – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai sentra produksi jagung nasional dalam…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan kualitas layanan perizinan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) untuk menjaga…
NERACA Jakarta – Pemerintah menargetkan untuk sepenuhnya menghentikan impor beras pada tahun 2026 mendatang sebagai bagian dari strategi nasional menuju…