Saham PCAR Masuk Dalam Pengawasan BEI

NERACA

Jakarta –Lantaran terjadi penurunan harga saham PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) di luar kewajaran atau biasa disebut unusual market activity (UMA), kini perdagangan saham perseroan masuk dalam pengawasan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Pihak BEI telah meminta konfirmasi kepada emiten pada 6 Januari 2020 dan masih menunggu jawaban atas volatilitas oleh perusahaan tercatat. Kemarin, harga saham PCAR merosot 25% ke Rp 585 per saham. Ini adalah harga terendah saham PCAR sejak 6 Januari 2018.  Penurunan harga saham PCAR terjadi sejak akhir Desember lalu. Dalam dua pekan, harga saham PCAR turun 54,83%.

Keterbukaan informasi terakhir saham PCAR adalah pada Senin (6/1) tentang laporan kepemilikan efek bulan Desember 2019. Berdasarkan keterbukaan informasi, PT Asabri memiliki 25,14% saham PCAR. Pemilik lebih dari 5% saham PCAR lainnya adalah Bahari Istana Alkausar sebesar 5%. Dalam laporan keuangan per September 2019, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan distribusi hasil perikanan (rajungan), industri pengolahan hasil perikanan (cold storage), dan perdagangan umum ini menyebut, entitas induk langsung PCAR adalah PT Asabri.

Dalam laporan ke BEI pada 1 November 2019, PCAR mengungkapkan bahwa pemegang saham pengendali Prima Cakrawala Abadi adalah Tommy Iskandar Widjaja dengan nama pemegang saham tercatat untuk kepentingan pengendali adalah PT Marindo Pasifik Indonesia dengan persentase kepemilikan 3,77%.

Sebagai informasi, perseroan memperkirakan pendapatan di 2019 kemarin menurun akibat peningkatan beban suku bunga dari 10,5% menjadi 14%. Direktur Prima Cakrawala Abadi, Raditya Wardhana pernah bilang, adanya kejadian yang menyebabkan bertambahnya kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan perusahaan.Penambahan kewajiban keuangan berasal dari penambahan plafon kredit dari Rp8 miliar menjadi Rp16 miliar. Fasilitas kredit itu di antaranya berupa fasilitas kredit multi guna sebesar Rp4 miliar dan fasilitas kredit pembiayaan modal kerja sebesar Rp12 miliar.

Adapun, potensi menurunnya pendapatan perusahaan karena peningkatan suku bunga pinjaman yang sebelumnya sekitar 10,5% menjadi 14%. Peningkatan beban suku bunga menyebabkan pendapatan berpotensi menurun sekitar 1%-1,5%.”Dampak dari penambahan plafon kredit pembiayaan modal kerja yakni potensi berkurangnya nilai pendapatan perseroan akibat dari pembayaran bunga kredit sebesar 1%-1,5% dan bertambahnya kemampuan arus kas perseroan," katanya.

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan dan Berkelanjutan - Midea Indonesia Tanam Coral dan Rumput Laut

Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…

Bali Green Island - PLN Icon Plus Komitment Jadi Motor Penggerak Akselerasi

PLN Icon Plus menyatakan komitmennya dalam mendukung upaya Pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan kemandirian energi berbasis energi terbarukan dan percepatan…

Bidik Pasar Menengah Atas - Lagi, PT Timah Properti Hadirkan Kluster Baru Alexandrite

Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Lingkungan dan Berkelanjutan - Midea Indonesia Tanam Coral dan Rumput Laut

Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…

Bidik Pasar Menengah Atas - Lagi, PT Timah Properti Hadirkan Kluster Baru Alexandrite

Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…

Perpanjang Kemitraan JA Worldwide - FWD Group Dorong Pertumbuhan Literasi Keuangan

Perluas dampak positif bagi masyarakat dalam pemberdayaan,  FWD Group Holdings Limited (FWD) resmi memperpanjang kemitraan selama tiga tahun bersama JA…