NERACA
Jakarta – PT Radana Bhaskara Finance Tbk (Radana Finance) menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi industri multifinance di tahun 2020. Salah satu yang disiapkan adalah dengan meninggalkan bisnis pembiayaan otomotif yang salama ini menjadi core bisnis, dan fokus di bisnis pembiayaan syariah seperti haji dan umroh serta pembiayaan UMKM.
Direktur Utama Radana Finance Evi Indhwaty menjelaskan bahwa strategi dengan meninggalkan pembiayaan otomotif karena perseroan yang selama ini disadari perseroan tidak memiliki backbone kuat di bisnis pembiayaan otomotif. Disamping itu, perseroan juga tidak memiliki afiliasi dengan agen pemegang merek dan jaringan dealer kendaraan. "Tahun depan kita benar-benar akan meninggalkan bisnis pembiyaaan otomotif karena kita menyadari kita adalah perusahaan pembiyaaan independen dan tidak memiliki afiliasi ke APM maupun diler kendaraan," ungkap Evi usai paparan Public Expose PT Radana Bhaskara Finance Tbk di Jakarta, Rabu (4/12).
Di 2020, Radana Finance akan berfokus pada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan penawaran produk dan persetujuan kredit yang kompetitif. Selanjutnya, kata Evi, Radana juga melakukan pengelolaan organisasi yang ramping dan efektif. Selanjutnya membangun pendanaan yang kuat untuk mendukung aktivitas bisnis. “Kami juga akan focus menggarap sector pembiayaan syariah, di antaranya pembiayaan Umrah dan Haji yang ke depan semakin besar potensinya,” tutur Evy,
Terlebih, di tahun ini, Radana Finance mendapatkan pendanaan dari Bank Panin Dubai Syariah senilai total Rp75 miliar. Dengan perincian, Rp25 miliar diperuntukkan untuk pembiayaan Umrah dan Rp50 miliar untuk pembiayaan Haji. “Pencapaian ini menunjukkan Radana Finance tetap menjadi perusahaan yang dipercaya para mitra kami di perbankan yang selalu menekankan pentingnya reputasi dan integritas dalam menjalankan bisnis,” papar Evy.
Soal kinerja, hingga kuartal III 2019, perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 220 miliar. Nilai aset yang dibukukan mencapai Rp1,1 triliun, lalu nilai ekuitas di periode yang sama mencapai Rp146 miliar dan nilai liabilitas perusahaan di tahun 2019 mencapai Rp895 miliar. Sementara akibat kondisi industri pembiayaan yang tengah kurang kondusif perusahaan mengurangi kerugian bersih sebesar Rp86 miliar di kuartal III 2019.
Disamping itu, Radana Finance juga menerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 3,867 miliar saham biasa atau 62,41% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada November 2019. Melalui rights issue ini Radana Finance akan meraih dana hingga Rp580,07 miliar. Dana tersebut akan dialokasikan untuk berbagai kepentingan. Di antaranya Rp212 miliar akan dianggarkan untuk melunasi utang sub-ordinasi perseroan kepada TMT yang akan dilakukan melalui mekanisme konversi saham.
NERACA Jakarta - Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina memproyeksikan Bank Indonesia (BI) masih akan…
NERACA Jakarta - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Banten menyampaikan bahwa proses pembentukan kelompok usaha bank (KUB) antara Bank…
NERACA Jakarta - PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), anggota holding penjaminan dan asuransi Indonesia Financial Group (IFG), terus mendukung sektor…
NERACA Jakarta - Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina memproyeksikan Bank Indonesia (BI) masih akan…
NERACA Jakarta - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Banten menyampaikan bahwa proses pembentukan kelompok usaha bank (KUB) antara Bank…
NERACA Jakarta - PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), anggota holding penjaminan dan asuransi Indonesia Financial Group (IFG), terus mendukung sektor…