Pieter Tanuri Tambah Porsi Saham di BOLA

NERACA

Jakarta –Perkuat porsi kepemilikan saham, Pieter Tanuri menambah kepemilikan sahamnya pada PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) menjadi 23,52% dari 13,67%. Maka dengan demikian, Pieter menjadi pemegang saham terbesar pengelola klub sepak bola Bali United tersebut. Informasi tersebut disampaikan perseroan seperti dikutip dalam laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, kemarin.

Terkait kepemilikan saham emiten di atas 5%. Per 10 September, Pieter masih memiliki 13,57% saham, sementara pemilik lain Miranda dan Ayu Patricia Rachmat masing-masing menguasai 5,25% saham dan PT Asuransi Jiwa Kresna sebanyak 5,02% saham. Lalu, tiga perusahaan di bawah kendali Grup Salim, yakni PT Indolife Pensiontama, PT Asuransi Central Asia (ACA), dan PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya masing-masing menguasai 5,39%, 8,8% dan 5,61% saham.

Namun, per 11 September 2019, hanya kepemilikan Pieter yang naik drastis menjadi 23,52%, sementara enam pihak lain tidak berubah. Hingga saat ini, Pieter belum memberikan informasi kepada Investor Daily mengenai harga beli saham Bali United tersebut. Sebelum terjadi kenaikan ini, Pieter tercatat rajin melakukan transaksi pembelian saham Bali United pada Juli-Agustus. Pieter memborong 5,7 juta saham pada 8 Agustus, sebelumnya 5 juta saham pada 24 Juli. Kedua transaksi ini sama-sama dilakukan pada harga Rp 370 per saham.

Di semester pertama 2019, Bali United membukukan pendapatan tumbuh sebesar 40,53% menjadi Rp72,64 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu senilai Rp51,69 miliar. Direktur Utama Bali Bintang Sejahtera, Yabes Tanuri pernah bilang, performa klub yang baik pada tahun ini berhasil meningkatkan pendapatan lebih untuk perseroan.

Adapun, hingga paruh musim Liga 1 Indonesia, Bali United berada di puncak klasemen. Pada tahun lalu, Bali United menutup musim pada peringkat ke-11. Sementara itu, pada posisi laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I/2019 tercatat tergerus tipis. Pada periode tersebut laba perseroan tercatat turun 0,43% menjadi Rp6,87 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp6,9 miliar.

Yabes mengungkapkan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh beban yang dikeluarkan perseroan saat mempersiapkan gelaran penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Juni 2019 lalu.“Itu karena ada beban yang kebetulan yang kita persiapan IPO, ketika bikin iklan itu masuk working capital, biaya audit internal, biaya promosi,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…