Ngos-Ngosan Bayar Utang, Bakrie Akan Lego Saham Anak Usaha

NERACA

Jakarta – Kelompok Usaha Bakrie akan menjual saham anak usahanya seperti saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) untuk mengumpulkan dana demi melunasi utang-utangnya. Salah satu tujuan langkah ini untuk memastikan pembayaran utang kepada China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 1,3 miliar.

Rencananya, pembayaran utang pertama sebesar US$ 600 juta akan direalisasikan Oktober tahun ini. Sementara sisanya sebesar US$ 700 juta akan dibayarkan pada Oktober 2013. Kabarnya, Bakrie akan melepas 20% sahamnya.

“Saat ini kami tengah mencari partner yang tepat untuk melakukan itu,” kata Direktur dan Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava, saat dikonfirmasi tentang dana pembayaran utang tersebut di Balai Kartini, Jakarta, Senin (7/5).

Sayangnya, Dileep enggan mengungkap lebih jauh mengenai partner strategis yang dimaksud. Selain itu, Dileep juga enggan memaparkan mengenai perusahaan yang dimaksud. “Saya tidak bisa berkomentar, namun itu menjadi suatu pertimbangan juga,” terangnya.

Menanggapi penjualan anak usaha Bakrie untuk menutupi utang, menurut Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy, hal tersebut merupakan dampak dari banyaknya aksi korporasi dari Bakrie yang tidak didukung dengan kondisi keuangan yang memadai. Sehingga sering melakukan “tambal sulam” utang. “Kondisi seperti itu cukup mengkhawatirkan, aksi korporasi Bakrie seperti terburu-buru,” jelasnya.

Menurut Budi, aksi korporasi yang dilakukan Bakrie seperti ekspansi dan akuisisi, seringkali membuat dampak yang tidak bagus dalam tubuh Bakrie sendiri karena terlalu banyak aksi yang berujung menghasilkan utang.

Padahal yang terpenting, lanjut Budi, Bakrie jangan selalu mengambil utang. Yang terpenting adalah bagaimana fokus kepada unit usaha yang strategis dan menghasilkan. “Bakrie harusnya lebih fokus kepada unit usaha yang lebih menghasilkan,” ujarnya.

Budi memaparkan, seharusnya harus mencari partner yang tepat untuk merealisasikan penjualan saham anak usahanya. “Kalaupun harus menjual saham anak usaha, harus menunggu investor yang strategis, karena kalau mengandalkan pasar ritel, akan timbul market impact dan pasti harganya akan kecil,” ujarnya.

Sementara itu, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menyebut, tidak mungkin saham milik anak usaha Bakrie itu bisa dijual cepat dengan harga yang pantas. Pasalnya, investor akan melihat kinerja perusahaan tersebut.

“Selain kinerja perusahaan tersebut, juga dilihat timing dan besar penjualan saham. Kalau pun sahamnya terjual dan akhirnya bisa bayar utang. Apakah itu akan menyelesaikan masalah?” jelas Satrio kepada Neraca, Senin (7/5).

Dia melanjutkan, jika saham tersebut dengan harga murah maka menimbulkan persoalan baru. Alasannya, di mata investor ada dugaan, kalau induk usahanya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), seakan menjual paksa anak usahanya cuma untuk membayar utang. “Artinya, track-record mereka kurang bagus. Yang penting utang lunas, lainnya ntar dulu. Begitulah kira-kira,” tambah dia.

Terkait kinerja, selain laporan keuangan perseroan, yang harus dilihat juga kinerja perusahaan tambang Australia yang diakuisisi Bumi, Herald Resources Ltd, Januari 2008 lalu. “Nilai akuisisinya cukup besar waktu itu, Aus$455 juta. Nah, sampai sekarang apakah mereka sudah produksi apa belum? Dan kalau sudah, harusnya laporan keuangannya terpublikasi,” kata kepala riset Universal Broker Indonesia.

Andaikata, lanjut Satrio, dijual dengan harga yang pantas maka bisa dilihat dari price earning ratio (P/E). Dijelaskan pula, kalau P/E BRMS antara 12-15 maka pantaslah dijual. Jika P/E di bawah 10, pasti tidak normal dan murah. Untuk strategic partner, Satrio menilai kalau Bakrie mempunyai pengalaman kurang bagus mengenai hal tersebut.

“Contohnya sewaktu mendepak Nathaniel Rothschild dari kursi direksi Bumi Plc. Investor jadi mikir-mikir mau joint partner. Apalagi dari awal, saya melihat kalau BRMS belum siap listing tahun 2010. Itu karena berbarengan dengan listing Krakatau Steel. Jadi saya melihat ada unsur politisnya,” urai Satrio.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Cecep Effendy mengatakan, penjualan anak usaha Bakrie untuk menutupi utang sebesar US$ 1,3 miliar kepada CIC adalah sesuatu yang wajar. Bakrie melakukan penjualan anak usahanya untuk berbenah dalam segi atau faktor bisnis untuk Pencalonan Presiden pada Pemilu 2014. “Perusahaan-perusahaan Bakrie yang bermasalah akan menjadi alat untuk lawan politiknya guna menjatuhkan Bakrie, oleh karena itu Bakrie berbenah diri dimulai dari sekarang,” katanya.

Cecep menjelaskan dengan penjualan anak usaha bakrie, maka ada dua faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Yang pertama adalah secara finasial, Bakrie akan menjual anak usahanya untuk menyelamatkan aset yang lebih penting lainnya. Kedua, secara politik, maka akan menyelamatkan asetnya yang penting sehingga lawan politiknya nanti tidak akan menjatuhkannya dengan mudah melalui permasalahan di perusahaannya. “Dengan jangka waktu yang lama, maka Bakrie akan menyelesaikan permasalahan di perusahaan saat ini juga sehingga disaat pemilihan presiden nanti tidak akan terganjal,” ujarnya.

Bakrie, imbuh Cecep, sedang membereskan tanggung jawabnya di perusahaannya sehingga dalam segi finansial dan politik bisa berjalan lancar. Bakrie sudah mempersiapkan diri didalam perusahaan untuk membereskan masalah yang terjadi di perusahaannya. Hal ini dilakukan, apabila di saat pemilihan nanti tidak akan terjadi penjegalan dari lawan politiknya khususnya lawannya yang berasal dari yang mengerti tentang bisnis Bakrie. “Para pengusaha yang mengerti bisnis Bakrie akan menjegal bakrie dalam pencalonannya sebagai Presiden 2014, apabagi para pengusaha tersebut berada dalam pihak lawan politik Bakrie, maka Bakrie akan menyelesaikan permasalahan di perusahaannya dengan hati-hati dan cepat,” jelasnya.

Cecep menuturkan bahwa dengan menjual anak usahanya untuk menutupi utang maka perlu dipertanyakan mengenai kredibilitas Bakrie sebagai pengusaha terkenal di Indonesia. Secara psikologis akan berdampak kepada citra pengusaha terkenal yang makin lama akan meredup. “Oleh karena itu, Bakrie membereskan masalah dalam perusahaannya jauh-jauh hari sehingga isu kondisi keuangan perusahaan Bakrie tidak diketahui banyak orang di saat pencalonannya nanti sebagai calon Presiden RI atau dengan kata lain masyarakat akan lupa terhadap masalah yang menimpa Bakrie tersebut,” terangnya.

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…