PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA

Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini menjadi kekhawatiran para pelaku pasar dalam negeri seiring lesunya bursa Asia akibat dampak gejolak timur tengah. Tengok saja, indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 1,28% pada awal sesi perdagangan. Indeks Topis melemah 0,97%. Indeks Kospi di Korea Selatan tergelincir 0,92%. Indeks Kosdaq anjlok 1,58%.

Di Australia, indeks ASX 200 turun tipis 0,14% dan alami koreksi paling kecil di antara bursa saham lainnya di Asia. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.476, lebih lemah dibandingkan penutupan terakhir di posisi 16.721,69. Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat (AS) berjangka menguat pada perdagangan Minggu, 14 April 2024 seiring investor fokus terhadap serangan rudal dan drone Iran ke Israel. Indeks Dow Jones berjangka naik 90 poin atau 0,2%. Indeks S&P 500 berjangka bertambah 0,2% dan indeks Nasdaq menguat 0,3%.

Namun menurut ekonom sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Marie Elka Pangestu, dampak gejolak tersebut Bank Sentral AS (The Fed) akan menahan suku bunga acuan lebih lama lagi sebagai imbas dari serangan pesawat nirawak (drone) Iran ke Israel pada Sabtu malam (13/4).

Disampaikannya, kemungkinan langkah The Fed untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% merupakan satu dari berbagai efek domino lain seperti naiknya harga minyak dunia, harga emas, hingga menguatnya dolar AS."Jadi ini skenario di mana diperkirakan harga minyak akan naik, production cost naik, inflasi naik dan ini akan memengaruhi pemulihan di AS, memperlambat penurunan suku bunga yang harusnya terjadi di second half of this year," ujar Marie dalam diskusi virtual di Jakarta, kemarin (15/4).

Hal senada juga disampaikan ekonom sekaligus mantan Menteri Riset dan Teknologi RI periode 2019 -2021 Bambang Brodjonegoro. Dirinya menilai The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan lebih lama lagi karena dampak dari eskalasi konflik Timur Tengah. Menurutnya keputusan tersebut secara tak langsung juga akan turut berdampak terhadap nilai rupiah dan tantangan bagi perekonomian Indonesia."Intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan," kata Bambang.

Dia menilai, sebagai langkah antisipasi dampak suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap melakukan intervensi, namun tiak menggunakan cadangan dolar AS karena akan berakibat fatal."Kalau misal BI menaikkan suku bunga barangkali efeknya tidak terlalu kuat, karena memang yang kejadian adalah dolar menguat terhadap semua mata uang akibat tingkat bunga yang tinggi. Ditambah sekarang gara-gara Iran-Israel ini investor akan mencair save haven. Tempat paling aman itu selalu dua, satu US dollar, satu US treasury bond," pungkasnya. ​​​​​

Selain itu, lanjutnya, dampaknya terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) belum terlihat,“Kita lihat IHSG sebelum ramai Iran Israel, masalah utamanya adalah tingkat suku bunga tinggi yang lebih berpengaruh pada IHSG. Jika ada keputusan The Fed yang tidak sesuai pasar, maka terjadi capital outflow. Di Indonesia instrumennya ada dua  yaitu SBN maupun saham,”ujarnya.

Disampaikannya, pemegang saham di IHSG dari asing terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok jangka panjang dan jangka pendek atau hit and run. Dalam kondisi seperti saat ini, menurutnya, kelompok jangka pendek akan memindahkan aset mereka ke safe haven seperti dolar AS atau obligasi AS. Oleh karena itu, dirinya lebih melihat akan ada tekanan IHSG tapi tekanan itu juga dibagi dengan dampak tingkat bunga yang tinggi. “Jika dilihat sebab akibatnya Iran Israel bersitegang, maka Dolar AS dan treasury bond akan dicari terus, itu menyebabkan tekanan IHSG karena orang memilih Dolar AS,” jelasnya.

Meskipun begitu, menurut Bambang, dengan banyaknya emiten besar yang membagikan dividen, diharapkan dapat meredam tekanan pada IHSG. Sementara Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni seperti dikutip Kontan memprediksi tekanan eskalasi konflik di Timur Tengah bakal makin membuat IHSG berfluktuasi.

Agung melihat kemungkinan IHSG bakal terkena tekanan jual dan melemah tipis dalam jangka pendek. Dia memprediksi pada bulan April ini IHSG bakal bergerak dalam rentang support 7.145-7.200 dan resistance 7.375-7.400."Memanasnya konflik antara Iran dan Israel berpotensi membuat investor lebih mencari asset class yang cenderung aman dan outflow pada pasar saham,"ujarnya.

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menambahkan, dampak dari konflik Iran vs Israel yang merembet pada ketegangan di Timur Tengah bisa berdampak signifikan. Terlebih jika menyulut lonjakan harga komoditas energi, seperti efek saat krisis Rusia vs Ukraina. Secara umum, kondisi ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi global. Sekaligus kembali menunda pemangkasan suku bunga acuan untuk waktu yang lebih lama. Tingginya inflasi juga menimbulkan spekulasi perlambatan ekonomi dan pelemahan kurs.

Dalam skenario tersebut, Praska menaksir pasar saham akan bergerak sideways hingga akhir semester I-2024. Pelaku pasar akan terlebih dulu menunggu rilis kinerja emiten dan perkembangan isu geopolitik di Timur Tengah yang rawan memantik lonjakan harga komoditas energi. Dengan kondisi ini, Praska memilih saham minyak dan gas serta batubara sebagai pilihan. Kemudian sektor barang konsumsi primer dan non-primer, serta saham telekomunikasi. Saran dia, cermati peluang buy on weakness pada ASII, INDF, TLKM, BRPT dan PTRO. bani

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BAPPEBTI TERBITKAN SE 64/2024: - Upaya Memperkuat Ekosistem Aset Kripto

NERACA Jakarta – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 64/BAPPEBTI/SE/04/2024 tentang Penegasan Implementasi Penyelenggaraan Perdagangan…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…