Jaga Likuiditas Transaksi - Penjatahan Saham IPO Segera Diatur

NERACA

Jakarta- Bermaksud untuk meningkatkan likuiditas transaksi saham di pasar modal dan juga membuka akses lebih luas kepada investor ritel, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang melakukan kajian untuk mengatur porsi penjatahan saham investor ritel dan institusi pada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) agar likuiditas transaksi terjaga.”Kami sedang kaji alokasi porsi penjatahan saham dalam IPO. Porsi fix allotment (penjatahan pasti) dan pooling allotment (penjatahan terpusat) kadang-kadang lebih besar yang fix, sementara pooling yang dijual ke masyarakat kecil sehingga harga sahamnya kurang atraktif,"kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat di Jakarta, Selasa (5/12).

Dijelaskannya, alokasi penjatahan saham dalam IPO akan diperbaiki melalui peraturan OJK. Pasalnya, selama ini ketentuan itu tidak diatur. Rencananya, alokasi untuk publik lebih besar sehingga mendorong aktivitas perdagangan. Saat ini, lanjut dia, porsi fix allotment saham IPO mayoritas dimiliki oleh investor institusi yang hanya likuid di masa-masa awal. Hal itu dikarenakan karakteristik investasinya berorientasi jangka panjang.”Nanti pengalokasiannya pooling-nya yang besar, sekarang tidak ada aturannya. Di beberapa negara pooling allotment cukup besar sekitar 5% hingga 10% dari jumlah saham yang akan dilepas,”ujarnya.

Berbicara investor ritel di pasar modal, nilai transaksinya cukup aktif dan bahkan mampu mendongkrak pertumbuhan kapitalisasi di pasar dan juga indeks harga saham gabungan (IHSG). Hanya saja, potensi investor ritel belum digarap optimal. Oleh karena itu, pihak BEI selalu aktif  mendorong peningkatan kinerja investor ritel karena saat ini nilai transaksinya baru sekitar 30% dari nilai perdagangan yang mencapai kisaran Rp7,4 triliun per hari.”Kami tidak menargetkan spesifik, tetapi kami masih optimistis dan ingin transaksi investor ritel berkontribusi lebih dari 50%," kata Kepala Pengembangan dan Penelitian BEI, Verdi Ikhwan.

Menurutnya, investor ritel merupakan pasar yang potensial karena memegang peranan penting dalam mendongkrak nilai transaksi. Thailand misalnya, lanjut dia, nilai transaksi investor negara gajah putih itu bahkan mencapai 60% dari nilai transaksi yang mencapai sekitar 18 triliun per hari. Hal tersebut menjadikan Thailand bertengger di posisi pertama negara ASEAN dengan nilai transaksi saham tertinggi disusul Singapura dan Indonesia.

Dirinya optimistis jumlah investor dan nilai transaksi ritel di Indonesia dapat ditingkatkan karena sejumlah indikator seperti pertumbuhan penduduk dan kondisi ekonomi yang baik. Selama tahun 2017, kata verdi, indeks harga saham di Indonesia juga mencapai rekor baru hingga tembus 6.000 lebih dengan nilai transaksi juga melonjak pesat rata-rata 300 ribu kali per hari.

Selain itu jumlah investor juga naik 30% dalam dua tahun terakhir yang mencapai sekitar 600 ribu dengan bertransaksi aktif per hari mencapai hingga 40 ribu. Kemudian jumlah perusahaan yang melantai di bursa saham juga diharapkan bertambah dengan sosialisasi menyasar perusahaan termasuk perusahaan daerah mengingat saat ini jumlah emiten di Indonesia mencapai 555 emiten.

BERITA TERKAIT

Mengandalkan Pasar Ekspor AS - WOOD Targetkan Penjualan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…

Summarecon Bidik Pra Penjualan Rp5 Triliun

NERACA Jakarta  – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…

Siapkan Capex Rp150 Miliar - Hartadinata Integrasikan Pabrik Perhiasan Emas

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Mengandalkan Pasar Ekspor AS - WOOD Targetkan Penjualan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…

Summarecon Bidik Pra Penjualan Rp5 Triliun

NERACA Jakarta  – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…

Siapkan Capex Rp150 Miliar - Hartadinata Integrasikan Pabrik Perhiasan Emas

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…