NERACA
Jakarta – Meskipun performance kinerja keuangan di tahun lalu lebih banyak raport merahnya, namun kondisi tersebut memacu PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) untuk meningkatkan kinerja keuangan di tahun 2017 lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Bahkan perseroan optimis bila target pendapatan tahun ini tumbuh sebesar 22% dan laba sebelum pajak sebesar Rp 7,8 miliar atau diklaim tumbuh 100% dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama PT Fortune Indonesia Tbk, Aris Boediharjo mengatakan, pertumbuhan pendapatan tahun ini akan jauh lebih baik seiring dengan semangat revitalisasi dan restrukturisasi yang dilakukan perseroan.”Tidak ada alasan bagi kita, target bisnis tahun ini terkoreksi lagi, “tandasnya di Jakarta, Rabu (17/5).
Meskipun demikian, pencapaian kinerja kuartal pertama tahun ini masih terkoreksi sedikit dibandingkan priode yang sama tahun lalu. Alasannya, penurunan pencapaian bisnis dikarenakan belanja iklan yang belum optimal karena siklus belanja iklan akan digenjot di semester tiga dan empat.
Kata Direktur FORU, Indira Ratna Dewi Abidin, penurunan bisnis di kuartal pertama tidak terlalu buruk. Pasalnya, pendapatan perseroan masih minus Rp 2 miliar dibandingkan priode yang sama tahun lalu dan laba bersih minus Rp 6 miliar. Sebagai informasi, berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan tidak memutuskan untuk membagikan dividen karena kinerja keuangan masih terkoreksi.
Disamping itu, RUPST juga melakukan perombakan jajaran direksi. Dimana Satrio Tjai diangkat sebagai Komisaris Utama menggantikan Indra Abidin dan Yazirwan Uyun ditunjuk sebagai Komisaris Independen menggantikan Muljadi Sulaeman. RUPS FORU juga menyetujui pengunduran diri Darjoto Setyawan yang tadinya menjabat sebagai Komisaris. Di jajaran Direksi, RUPS FORU mengangkat MD Menuk Sudaryanti sebagai Direktur dan John G Sebayang sebagai Direktur Independen.
Bersama jajaran Dewan Komisaris dan Direksi yang baru, perseroan semakin optimis melakukan penguatan pada sisi operasional untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan di tahun 2017. Tercatat di tahun 2016, secara keseluruhan FORU mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp354,2 miliar. Segmen jasa periklanan sebagai kontributor utama mencatat pendapatan usaha Rp327,23 miliar, atau 92,39% dari total pendapatan usaha.
Kemudian segmen jasa desain grafis dan Pameran berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan yaitu tumbuh sebesar 174,36% menjadi Rp16,94 miliar di tahun 2016. Layanan media digital juga terus menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan membukukan pencapaian sebesar 32,90% mencapai Rp21,02 miliar. Selanjutnya, segmen public relations (PR)/Jasa Kehumasan juga menjadi segmen yang diunggulkan dengan membukukan pertumbuhan sebesar 11,11% mencapai Rp26,97 miliar.
Asal tahu saja, Nielsen Indonesia mencatat belanja iklan di televisi dan media cetak tahun 2016 mencapai Rp 134,8 triliun. Jumlah itu naik 14% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 118 triliun. Media televisi menyumbangkan Rp 103,8 triliun atau 77% dari total belanja iklan. Sementara, untuk media cetak seperti koran dan majalah turun. Pada tahun 2016, belanja iklan di koran sebesar Rp 29,4 triliun atau 22% dari total keseluruhan, sedangkan belanja iklan di majalah hanya 1% atau Rp 1,6 triliun dari total keseluruhan.
PT Arcadian Grup Indonesia Menandatangani MOA dengan Ambition (Sichuan) Oil & Gas Equipment Technology Co., Ltd. China dan CarbonSmart Engineering…
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
PT Arcadian Grup Indonesia Menandatangani MOA dengan Ambition (Sichuan) Oil & Gas Equipment Technology Co., Ltd. China dan CarbonSmart Engineering…
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…