NERACA
Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) dinilai mampu menjadi instrumen yang berperan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sektor mamin skala besar diharapkan memperkuat pendalaman struktur dan rantai nilai industrinya melalui kemitraan strategis dengan sektor skala kecil dan menengah.
“Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo bahwa program pemerataan di Indonesia, menjadi sangat penting. Salah satunya kami memacu lewat partnership di sektor mamin, karena selain makin menguatkan struktur industrinya, juga akan mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Breakfast Meeting dengan tema Menjaga Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman untuk Menunjang Perekonomian Nasional di Kementerian Perindustrian, Jakarta, sebagaimana disalin dari siaran pers, kemarin.
Menperin mengungkapkan, potensi industri mamin dalam negeri cukup besar, bahkan pertumbuhannya hampir dua kali dari pertumbuhan ekonomi nasional. “Rata-rata per tahun, industri mamin tumbuh 9,5 persen, sedangkan ekonomi lima persen,” ujarnya. Industri mamin juga memiliki daya saing kuat dan pemainnya beragam. “Tidak ada pelaku yang mendominasi. Supply chain-nya tidak terganggu mulai bahan baku, produksi, sampai ke konsumen. Makanya, IKM mamin yang di daerah hidup,” tambah Airlangga.
Untuk makin meningkatkan pertumbuhan dan struktur industri mamin nasional, Airlanga menegaskan, pihaknya mendorong agar sektor prioritas ini ikut berperan mendukung program pemerintah dalam pendidikan dan pelatihan vokasi industri. “Bapak Presiden menegaskan pula bahwa pengembangan industri di Indonesia harus didorong oleh SDM yang andal dan kompeten,” tuturnya.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud, Kemenperin meminta kepada pelaku industri mamin untuk juga mengembangkan kemitraan dengan Sekolah Menengah Kejuruan di sekitar lokasi pabrik agar meningkatkan kompetensi para siswa/siswi SMK tersebut. “Kami harapkan, satu industri dapat menggaet lima SMK, maka jumlah yang didorong untuk ikut pelatihan akan meningkat. Kalau mereka bisa bangun politeknik, kami akan beri insentif,” paparnya.
Di samping itu, Menperin melihat, industri mamin nasional memiliki potensi untuk naik tingkat ke industry 4.0. Menurut Menperin, dengan naik level, industri mamin dalam negeri dapat mengembangkan inovasi dan teknologi terbaru melalui kemitraan dengan industri mamin di negara-negara maju. “Salah satu industri mamin di Jawa Timur sudah ada yang menerapkan Industry 4.0. Dengan memanfaatkan teknologi di Industry 4.0, seperti robotic, big data dan 3D printing, dapat menurunkan biaya produksi,” imbuhnya.
Menperin menyambut baik pertemuan pemerintah dan pelaku usaha yang diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi aksi dalam memacu pertumbuhan industri mamin nasional ke depan. “Kami mengapresiasi pelaku industri mamin yang telah berupaya keras dan bekerja sama dengan pemerintah menjaga pertumbuhan industri yang dicapai saat ini, sehingga sektor ini menjadi penggerak utama industri nasional,” jelasnya.
Dirjen Industri Agro Panggah Susanto menyampaikan, kinerja industri mamin di Indonesia tumbuh pesat. Laju pertumbuhan pada triwulan III tahun 2016 sebesar 9,82 persen atau di atas pertumbuhan industri sebesar 4,71 persen pada periode yang sama.
Pertumbuhan didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat, tumbuhnya populasi kelas menengah yang disertai kecenderungan pola konsumsi masyarakat yang mengarah untuk mengonsumsi produk-produk pangan olahan ready to eat,” paparnya.
Industri mamin juga mempunyai peranan penting terutama dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non migas, di mana peran subsektor industri mamin merupakan yang terbesar dibandingkan subsektor lainnya yaitu sebesar 33,6 persen pada triwulan III tahun 2016.
Sumbangan nilai ekspor produk mamin (di luar CPO, PKO, CCO dan turunannya yang digunakan sebagai bahan olahan non-food) pada tahun 2016 mencapai USD19 miliar, mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk mamin pada periode yang sama sebesar USD9,64 miliar. Di samping itu, dilihat dari perkembangan realisasi investasi, sektor industri mamin sampai triwulan III tahun 2016 sebesar Rp24 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar USD1,6 miliar.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengaku optimistis industri mamin nasional akan tumbuh signifikan pada tahun 2017. Hal ini didasarkan pada tren peningkatan investasi di sektor industri pangan tersebut. “Tahun 2017, kami yakin minimal bisa 8,5 persen,” kata Ketua Gapmmi Adhi S Lukman.
Adhi menambahkan, para pelaku industri mamin saat ini sudah mulai berekspansi melirik pasar-pasar baru, termasuk pasar ASEAN yang sudah mulai digarap. Untuk kawasan tersebut, ekspor tidak hanya dilakukan melalui pengiriman produk mamin dalam kemasan, namun juga kuliner.
NERACA Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berkomitmen mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi.…
NERACA Jakarta – Industri otomotif memiliki peran penting dan strategis dalam menopang perekonomian nasional. Tidak hanya berkontribusi pada sektor hulu…
NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berkomitmen kuat memberikan akses listrik bagi masyarakat dan…
NERACA Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berkomitmen mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi.…
NERACA Jakarta – Industri otomotif memiliki peran penting dan strategis dalam menopang perekonomian nasional. Tidak hanya berkontribusi pada sektor hulu…
NERACA Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berkomitmen kuat memberikan akses listrik bagi masyarakat dan…