NERACA
Jakarta - Tren digitalisasi sudah menyebar luas dengan indikasi banyaknya alat digital dinilai tidak akan mengancam industri percetakan dalam negeri. Bahkan, para pelaku usaha di industri grafika optimistis industri berbasis percetakan, penerbitan dan converting pada 2012 bisa tumbuh 5,3% atau lebih pesat daripada tahun ini yang tumbuh sebesar 4,7%.
“Indonesia secara ekonomi juga tumbuh, meski penggunaan elektronik tumbuh, pengaruhnya di sini belum terlalu kelihatan. Hanya di kota-kota besar,” ujar Ketua Persatuan Pengusaha Grafika Indonesia (PPGI) Jimmy Juneanto usai menghadiri presentasi Pameran Industri Percetakan Internasional “Drupa” di Jakarta, Jumat (18/11).
Jimmy juga mengatakan bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 6%, pada 2010 naik menjadi 6,3% dan pada 2011 mencapai 6,5%, namun pada 2012 diperkirakan sedikit turun setidaknya dapat dipertahankan di kisaran 6,3-6,5%.
“Prospeknya baik, ke depan industri percetakan masih akan mengalami pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan berada diangka itu lagi. Diharapkan industri percetakan kedepan akan seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan industri sekitar 6,3%,” lanjutnya.
Meningkatnya pertumbuhan industri percetakan di dalam negeri, lanjut Jimmy, terlihat dari besarnya pesanan mesin cetak di luar negeri. Pertumbuhan impor mesin percetakan yang mencapai 40% di tahun 2010 hingga 2011 tercatat dengan nilai US$280 juta. ”Pesanan mesin cetak ke luar negeri pada 2010 hingga 2011 cukup tinggi mencapai 40%. Makin tumbuhnya industri percetakan itu berkat ekonomi nasional yang dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup besar,” tuturnya.
Jimmy mengatakan besarnya pertumbuhan industri grafika tak lepas dari tingginya konsumsi kertas di dalam negeri. Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), kapasitas industri kertas mencapai 12,5 juta ton per tahun dengan rata-rata konsumsi domestik mencapai 7 ton atau 60%-65% per tahun. "Ini terdiri dari produk kertas koran, komersial, dan papan reklame," tambahnya.
Akan tetapi, lanjut Jimmy, dibanding dengan Malaysia, konsumsi kertas Indonesia per kapita masih kalah jauh. Konsumsi kertas di Malaysia sebanyak 40 kg per kapita, sedangkan Indonesia hanya setengahnya, yakni 20 kg per kapita. Karena itu, dia optimistis industri ke depan masih akan terus tumbuh. "Karena di Indonesia lebih banyak populasi dengan masa produktif, itu akan sebabkan konsumsi kertas naik," jelasnya.
Hal yang sama diungkapkan Presiden Direktur PT Heidelberg Indonesia Peter Janusik. Menurut dia, industri percetakan Indonesia masih cukup menarik lantaran Indonesia didominasi oleh kelas menengah dengan usia produktif. "Perkembangan literasi, banyak anak kecil masuk sekolah, artinya banyak dibutuhkan buku. Perkembangan kelas menengah juga menambah pertumbuhan konsumsi barang percetakan," ujarnya.
Indonesia, lanjut Peter, dikenal sebagai produsen kertas nomor enam di dunia yang mengekspor produksinya ke Amerika Serikat, China, Australia, dan Timur Tengah. “Ekspor kertas Indonesia juga merupakan salah satu bukti bahwa industri percetakan tetap tumbuh,” katanya.
Terbesar Dunia
Sementara itu, President & CEO of Messe Dusseldor Gmbh Werner M. Dornscheidt selaku penyelenggara pameran Drupa yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 mengatakan, Drupa merupakan pameran terbesar di dunia untuk industri percetakan yang akan digelar pada 3-16 Mei 2012. “Pameran ini diharapkan akan dihadiri oleh para pelaku industri percetakan di Indonesia,” katanya.
Pada kesempatan yang sama Managing Director Asosiasi Percetakan dan Kertas Jerman Markus Heering mengatakan, industri percetakan di negara-negara Asia akan terus tumbuh dan dinamis. “China menjadi negara yang memperlihatkan pertumbuhan pesat,” ujarnya.
Industri percetakan China, lanjut Markus, telah meningkat dari 133 miliar euro menjadi 168 miliar. “Lembaga riset pemasaran China memperkirakan volume percetakan di China meningkat dua kali lipat,” jelasnya.
Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur Rini Sumardi selaku perwakilan Messe Dusseldorf di Indonesia mengatakan, di tengah krisis utang Eropa dan pelemahan ekonomi AS, lanjutnya, industri grafika di Asia justru tumbuh sangat fantastis. Menurut dia, pertumbuhan industri grafika di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan melampaui pertumbuhan grafika dunia 1,6%. "Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang pertumbuhan industri grafikanya sangat baik," katanya.
Hal tersebut, lanjut Rini, dapat melahirkan banyak pengembangan produk inovatif, ide bisnis yang kreatif serta menjanjikan perspektif masa depan industri percetakan yang lebih menarik. Sebelumnya, ajang pameran 4 tahunan ini terdapat 3 perusahaan Indonesia yang mengikuti pameran Drupa 2008. "Kami menghimbau para pelaku industri percetakan Indonesia dan industri terkait lainnya untuk menyempatkan menghadiri pameran Drupa mendatang," lanjutnya.
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengajak seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) tingkat provinsi maupun…
NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi meluncurkan Green Movement sebagai wujud nyata komitmen perusahaan dalam…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan jasa bagi para pelaku industri dan pemangku kepentingan…
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengajak seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) tingkat provinsi maupun…
NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi meluncurkan Green Movement sebagai wujud nyata komitmen perusahaan dalam…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan jasa bagi para pelaku industri dan pemangku kepentingan…