Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

 

 

Oleh: Prof. Firmanzah., PhD

Rektor Universitas Paramadina

 

Secara teoritis hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hal menarik untuk dicermati. Inflasi yang terlalu rendah, bahkan berada di level deflasi, akan menekan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terlalu tinggi juga akan membuat daya beli masyarakat turun mengakibatkan roda perekonomian tidak berjalan. Oleh karenanya menjaga angka inflasi perlu memperjatikan dua faktor sekaligus yaitu level inflasi yang membuat denyut perekonomian bisa optimum dan sekaligus tidak membuat daya beli masyarakat turun.

Negara-negara di Eropa dan Jepang saat ini tengah mengalami tekanan deflasi yang menekan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Indonesia pernah mengalami inflasi yang sangat tinggi ketika krisis ekonomi 1998 dan juga menekan pertumbuhan ekonomi kita pada saat itu.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi dibutuhkan agar target-target pembangunan seperti penciptaan lapangan kerja, bertambahnya output nasional, penerimaan pajak, pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan bertambahnya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Rendahnya angka pertumbuhan ekonomi akan membuat target-target tersebut tidak akan tercapai.

Kebijakan baik moneter dan fiskal dibutuhkan agar inflasi yang ditargetkan dapat tercapai dalam rentan yang dapat ditoleransi. Terlalu rendah angka inflasi tentu tidak baik bagi perekonomian, namun terlalu tinggi juga akan membahayakan. Hal inilah yang saat ini menjadi tantangan setiap otoritas di banyak negara.

BPS baru-baru ini merilis data inflasi di Indonesia. Dimana pada November 2015 mencatatkan inflasi sebesar 0,21%. Sementara itu inflasi Januari-November 2015 atau inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,37% dan inflasi year on year sebesar 4,89%. Di satu sisi kita perlu bersyukur bahwa inflasi nasional masih di bawah target yang ditetapkan dalam APBNP 2015 yaitu sebesar 5,0%.  

Namun di sisi lain, Indonesia saat ini membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan kuartal I, II dan III tahun ini yang berada di kisaran 4,7%. Sementara dalam APBNP 2015, target pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebesar 5,3%. Dengan kondisi seperti ini maka sepertinya sangat sulit bagi pemerintah untuk dapat merealisasikan target pertumbuhan ekonomi seperti yang ditargetkan.

Secara umum, rendahnya angka inflasi juga dapat menunjukkan rendahnya permintaan dan daya beli masyarakat. Rendahnya level permintaan membuat kenaikan harga relatif terkendali dalam kondisi ceteris paribus. Menjaga dan meningkatkan pendapatan masyarakat untuk mendorong level konsumsi sedikit lebih baik perlu menjadi salah satu prioritas kebijakan nasional saat ini. Dengan pulihnya konsumsi masyarakat, yang mengontribusikan sekitar 54-56% pembentukan PDB, maka akan menyerap output industri nasional. Level produksi akan meningkat dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Efek berikutnya membuat penciptaan lapangan kerja dan dunia usaha akan menjadi lebih baik lagi di tahun depan. 

BERITA TERKAIT

April 2025, Neraca Perdagangan Surplus

Oleh: Budi Santoso Menteri Perdagangan   Neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mencatatkan surplus sebesar USD0,16 miliar.  Surplus April 2025…

Menagih Janji Ekonomi Syariah

Oleh : Agus Yuliwan Pemerhati Ekonomi Syariah Sejak dilantik pada 20 Oktober 2024 hingga sekarang, masyarakat Indonesia menanti kepada pemerintah…

Industrialisasi Rokok

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo   Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2025 setiap…

BERITA LAINNYA DI

April 2025, Neraca Perdagangan Surplus

Oleh: Budi Santoso Menteri Perdagangan   Neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mencatatkan surplus sebesar USD0,16 miliar.  Surplus April 2025…

Menagih Janji Ekonomi Syariah

Oleh : Agus Yuliwan Pemerhati Ekonomi Syariah Sejak dilantik pada 20 Oktober 2024 hingga sekarang, masyarakat Indonesia menanti kepada pemerintah…

Industrialisasi Rokok

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo   Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2025 setiap…

Berita Terpopuler