Meski Terdapat SNI Sudah Kadaluarsa - Penerapan SNI untuk Tabung Gas Hasilkan Laba Rp49 Triliun

NERACA

Jakarta – Badan Standarisasi Nasional (BSN) mengklaim penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk tabung gas telah menghasilkan keuntungan yang mencapai Rp49,9 triliun.

Standarisasi produk tabung gas, seperti tabung tabung gas 3 kg, telah melahirkan rasa aman masyarakat sehingga mengerek kepercayaan terhadap produk nasional ke level semakin tinggi. Menurut BSN, angka keuntungan tersebut diperoleh seiring dengan sikap peduli masyarakat terhadap produk berlabel SNI yang pada gilirannya berdampak kuat pada daya saing nasional di pasar lokal maupun global.

Kepala Badan Standarisasi Nasional Bambang Setiadi menegaskan, kontribusi standar terhadap peningkatan produk domestik bruto (PDB) sangat besar.

Dia mencontohkan, seperti di Jerman mencapai 0,9%, di Prancis 0,8%, Inggris 0,3%. Kendati di Indonesia belum ada perhitungan secara pasti kontribusi standar terhadap PDB, seperti diakui Bambang, penerapan SNI berbanding lurus dengan pada peningkatan khas negara dari semakin tingginya angka kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional.

“Dengan program untuk mengamankan program pemerintah 80 juta tabung gas itu untuk keamanan, telah berhasil dengan baik. Kita lihat sekarang tidak ada lagi ledakan-ledakan seperti dulu karena penerapan standarnya berlangsung dengan baik,” katanya dalam dialog “Mitra Standardisasi dan Launching Bulan Mutu NAsional 2011”, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Meski demikian, lanjut Bambang, saat ini masih ada produk-produk di luar tabung gas yang belum menerapkan SNI yang dikeluarkan. “Ada, itu biasa dan terjadi di mana-mana. Karena itulah kita berjuang untuk menggunakan standar nasional Indonesia,” ujarnya.

Bambang mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian BSN diketahui terdapat 73 SNI yang dinilai sudah tak layak alias kadaluarsa, baik secara format penulisan maupun substansi standar.

Dia menyebut, BSN mengusulkan 73 SNI itu segera dihapus. Selanjutnya, Bambang menyarankan agar disusun SNI yang setara karena puluhan SNI yang diusulkan dihapus itu masih sangat dibutuhkan. “Lebih baik dirumuskan SNI baru yang setara,” katanya.

Dari 73 SNI yang direkomendasikan dihapus tersebut, terbanyak di sektor makanan dan minuman, yakni 48 SNI, sektor tekstil dan produk tekstil (9), plastik (5), alas kaki dan pertanian masingmasing tiga SNI. Sedangkan, untuk sektor mesin dan perkakas maupun sektor baja masing-masing sebanyak dua SNI. Sektor elektronika dan mainan anakanak tidak ada.

Bambang menjelaskan, barang dengan SNI “basi” ini tidak boleh lagi beredar di pasar. Jika tetap di edarkan, “Tentu saja akan terkena sanksi,” kata dia. Sebaliknya, menurut Bambang, dengan penerapan setiap produk harus ber-SNI, negara akan diuntungkan. “Kita punya tujuh ribu SNI,” tandasnya.

Dengan peringatan ini hari Standar Dunia yang diperingati oleh seluruh negara anggota International Organization for Standarization, International Electrotechnical Commission, dan International Telecommunication Union diharapkan terjadi peningkatan kesadaran industri, konsumen dan regulator mengenai pentingnya standarisasi dalam perkembangan ekonomi global.

Selain itu, diberikan penghargaan kepada PT. WIKA Beton yang menjadi penerap The ISO Methodology Assesing The Economic Benefit of Standards, Tim Universitas Indonesia sebagai peraih juara kedua dalam International Case Study Competition on Standarization dan Universitas Trisakti dan Universitas Diponegoro sebagai Pilot Implementation APEC SCSC Educatio Guideline on Standarization.

Sementara itu, menyongsong Bulan Mutu Nasional pada bulan November juga akan diluncurkan Bulan Mutu Nasional 2011. Hal ini sebagai wujud kepedulian dan kecintaan para stakeholder standarisasi akan peningkatan mutu produk nasional yang dihasilkan bangsa Indonesia.  Peringatan ini menampilkan berbagai prestasi Indonesia di bidang standardisasi di tingkat regional maupun internasional.

Di Indonesia, tema Hari Standar Dunia ini telah dijadikan dasar bagi penetapan  Bulan Mutu Nasional 2011, yaitu SNI sama dengan membangun kepercayaan diri bangsa. Dengan menerapkan SNI, maka kepercayaan terhadap produk nasional akan semakin tinggi dan berdampak kuat pada daya saing nasional di pasar lokal maupun global.

Bambang mengatakan, tema tersebut mengandung makna dengan menerapkan SNI maka kepercayaan terhadap produk nasional akan semakin tinggi. Sehingga konsumen dalam membeli produk konsumen tak harus melihat harga, melainkan juga harus melihat mutu.Bambang menilai, standar sangat penting bagi daya saing produk, terkait dengan harga, mutu, dan pasokan. “Saat bicara tentang mutu, kita tak bisa lepas dari standarisasi. Standar ini bisa menekan biaya serta bisa juga memberikan keuntungan ekonomi,” kata Bambang.

BERITA TERKAIT

Indoonesia Segera Miliki FLNG Terbesar Ke-9 Di Dunia

NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…

Hilirisasi Tambang Buka Lapangan Kerja di Daerah Tertinggal

NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…

Ekspor Alas Kaki Terus Meningkat

NERACA Salatiga – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan performa yang impresif di kancah global. Hal ini tercermin dari capaian…

BERITA LAINNYA DI Industri

Indoonesia Segera Miliki FLNG Terbesar Ke-9 Di Dunia

NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…

Hilirisasi Tambang Buka Lapangan Kerja di Daerah Tertinggal

NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…

Ekspor Alas Kaki Terus Meningkat

NERACA Salatiga – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan performa yang impresif di kancah global. Hal ini tercermin dari capaian…