NERACA
Jakarta - Mengantisipasi tantangan bisnis pada masa yang akan datang, terutama dalam pasar otomotif roda empat yang terus tertekan, memacu PT Astra International Tbk untuk melakukan rotasi manajemen yang pada dasarnya rutin dilaksanakan setiap tahun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Pada salah satu anak perusahaan Astra, PT Toyota Astra Motor (TAM), distributor tunggal kendaraan Toyota di Indonesia, Astra melakukan pergantian Vice President Director. Suparno Djasmin yang menjabat posisi tersebut, digantikan oleh Henry Tanoto yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Marketing Officer PT Astra International Tbk – Toyota Sales Operation (Auto2000). Rotasi ini efektif berlaku sejak 16 November 2015.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto mengatakan, rotasi ini adalah salah satu strategi untuk meningkatkan efektivitas organisasi Astra. “Diharapkan rotasi ini dapat meningkatkan kolaborasi dan kinerja bisnis baik Astra International maupun TAM pada masa yang akan datang,”ujarnya.
Selama menjabat sebagai Vice President Director TAM, Suparno Djasmin telah memberikan kontribusi yang sangat berarti, mewariskan semangat, budaya dan etos kerja positif yang tentunya bermanfaat bagi seluruh tim. Suparno Djasmin tetap menjabat sebagai Direktur PT Astra International Tbk dan mendapatkan penugasan baru di lini bisnis jasa keuangan.
Pada kuartal III, penjualan mobil secara nasional menurun 18% menjadi 765 ribu unit, dan mobil Astra menurun 20% menjadi 382 ribu unit, yang membuat pangsa pasar dari 51% menjadi 50%. Lalu penjualan sepeda motor Astra mengalami penurunan 14% menjadi 3,3 juta unit.
Tercatat kinerja PT Astra Internasional Tbk pada kuartal III-2015 sedikit menurun. Laba perusahaan pada periode tersebut turun 17% menjadi Rp 11,997 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 14,499 triliun. Dijelaskan, penurunan ini terutama didorong oleh penurunan konsumsi domestik, persaingan di pasar mobil, pelemahan harga komoditas, dan penurunan kualitas kredit korporasi dalam 9 bulan pertama 2015. Kontribusi dari hampir seluruh segmen bisnis menurun."Kinerja Astra dalam 5 tahun terakhir flat, 2015 ini mengalami penurunan. Pendapatan bersih turun 8%, laba bersih turun 17%," kata Prijono.
Segmen bisnis yang selama ini menjadi andalan Astra, yakni otomotif, terpukul oleh penurunan daya beli masyarakat dan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar. Laba bersih dari sektor otomotif turun 10% menjadi Rp 5,3 triliun. "Terjadi penurunan daya beli masyarakat. Penjualan mobil motor turun. Rupiah yang melemah juga mempengaruhi kinerja Astra," paparnya.
Prijono menambahkan, jatuhnya harga minyak sawit atau CPO dan batu bara, membuat kinerja dua anak usaha Astra, yakni Astra Agro Lestari dan United Tractors amat terpukul. "Ada divisi Astra yang bergantung pada komoditas, misalnya United Tractors dan Astra Agro Lestari. Penjualan CPO tadinya sekitar US$ 1.000/ton, sekarang US$ 600 dolar/ton. Batu bara juga jatuh,"jelasnya. (bani)
Fakta persidangan hasil pemeriksaan Zarof Ricar sebagai saksi mahkota dalam perkara suap vonis bebas Gregorius Ronald Tanur di Pengadilan Tipikor,…
Rumor mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Gojek Tokopedia, kembali mencuat. Sejumlah sumber…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Fakta persidangan hasil pemeriksaan Zarof Ricar sebagai saksi mahkota dalam perkara suap vonis bebas Gregorius Ronald Tanur di Pengadilan Tipikor,…
Rumor mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Gojek Tokopedia, kembali mencuat. Sejumlah sumber…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…