Metamorfosis Sejak Pakai Gas - Transportasi Bajaj, Lain Dulu Lain Sekarang

NERACA

Jakarta – Transportasi publik seperti Bajaj menjadi bagian ikon dari ibu kota Jakarta, selain Monas. Namun ironisnya, ingatan publik akan transportasi bajaj lebih banyak buruknya ketimbang yang bagusnya, seperti kumuh, tidak tertib lalu lintas, berisik, tidak ramah lingkungan dan juga boros bahan bakar. Ya, tengok saja dalam serial drama komedi asal Betawi Bajaj Bajuri menggambarkan transportasi bajaj dengan warna orange itu terus mengeluarkan asap mengepul ketika berjalan sehingga menggangu orang dibelakangnya dan juga suara mesin yang berisik.

Seiring berjalannya waktu, lambat tapi pasti. Saat ini, kendaraan asal India dengan identik warna orange tersebut sudah jarang ditemukan lagi di jalan raya Jakarta. Pasalnya, seiring dengan kebijakan konversi energi yang dikampanyekan pemerintah dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke gas, kini produsen bajaj tidak lagi mengeluarkan kendaraan dengan menggunakan BBM tetap pakai gas dan warnanyapun berganti menjadi biru yang menggambarkan ramah lingkungan.

Lain dulu lain sekarang, itulah wajah bajaj Jakarta saat ini. Metamorfosis yang dilakukan sangat mencolok dari gunakan BBM ke bahan bakar gas (BBG). Sengara membawa nikmat, mungkin pengalaman inilah yang menggambarkan sopir bajaj, Heri Suherman yang dahulu menggunakan bajaj orange, kini telah beralih ke bajaj gas. Dirinya menceritakan, sejak menggunakan bajaj sebagai mata pencahariannya, bisa menghemat lebih dari 4 kali lipat ketimbang menggunakan bahan bakar minyak.”Bedanya gas sama bensin berasa jauh sekali. Kalau itu perkiraan hemat habis per kilometer atau literan nggak bisa berapanya, tapi yang jelas kalau bensin boros,”tuturnya.

Heri mengungkapkan, saat menggunakan bensin, dalam sehari dirinya bisa mengeluarkan biaya Rp 80.000 untuk bahan bakar. Sementara, jika menggunakan gas, dirinya hanya perlu mengeluarkan Rp 15.000 per hari."Kalau sehari narik bisa dapat rata-rata Rp 150.000-200.000. Nah buat bensin itu bisa Rp 80.000, tapi kalau isi BBG hanya keluar biaya sehari Rp 15.000 sehari," ujar Heri.

Senada dengan Heri, pengguna BBG lainnya, Sutrisno juga mengaku penggunaan gas pada mobil pick up miliknya jauh lebih irit ketimbang bensin."Kalau Rp 100.000 bensin bisa dalam sehari. Tapi kalau buat gas duit segitu bisa buat 5-6 hari pemakaian, kalau hitungannya mobil bolak-balik Monas-Pondok Indah bisa 5 kali, kalau bensin paling 2 kali," kata Sutrisno.

Sejak beralih ke gas pada tahun 2007, Sutrisno mengaku belum pernah mengalami masalah kerusakan mesin selama menggunakan gas."Dulu sejak beli konverter dari perusahaan taksi sampai sekarang belum pernah rusak. Kalau musim hujan memang pernah mogok sedikit kalau pakai gas, tapi kalau rusak nggak pernah," jelasnya.

Cerita yang sama juga disampaikan Ibrohim (40), salah satu sopir bajaj yang biasa beroperasi di wilayah Arion, Rawamangun, Jakarta Timur menuturkan, keuntungannya memakai bajaj BBG selama 4 tahun dari 15 tahun menjadi sopir bajaj."Bajaj BBG lebih untung, kalau bajaj yang oranye sering rusak pistonnya. Karena bajaj oranye kurang oli sedikit langsung kena," kata Ibrohim.

Menurutnya, untuk bajaj model lama, sekali pengisian bensin sebanyak 8 liter untuk sehari beroperasi dibutuhkan oli sebanyak setengah liter. Karburator bajaj model lama juga kerap banjir yang menyebabkan bajaj menjadi ngadat."Olinya yang oranye juga mesti yang bagus. Kalau yang gas lebih dari nyaman. Soalnya sudah empat tak," ujarnya.

Bisa Menghemat

Pengalamannya selama menarik bajaj oranye, pendapatannya dalam sehari berkisar Rp 100.000. Dari jumlah itu, lanjut Ibrohim, Rp 40.000 untuk setoran ke pemilik bajaj. Sementara untuk bahan bakarnya, dalam sehari Ibrohim mengaku merogoh kocek sebesar Rp 30.000. Sisanya sebesar Rp 30.000 digunakan untuk biaya kehidupannya sehari-hari. Namun yang pasti dengan menggunakan bajaj BBG, dirinya mengaku penghasilannya meningkat. "Sekarang empat tahun pakai bajaj BBG, sehari bisa dapat Rp 200.000. Setoran Rp 120.000, buat gas seharian Rp 22.000. Jadi bisa dapat Rp 50.000 lebih," ujar Ibrohim.

Dirinya pun menyampaikan keluhan dari BBG ke BBM adalah kelangkaan infrastruktur, seperti sedikitnya keberadaan Stasiun Pengisian Bahanbakar Gas (SPBG) sehingga harus mengantre selama sekitar satu jam di stasiun pengisian BBG jenis mobile refueling unit (MRU) di Taman Monumen Nasional (Monas).”Ngantrenya lama karena mobil juga ngisi di MRU Monas," ujarnya.

Selain itu, jarak antar stasiun BBG yang berjauhan juga menimbulkan kesulitan bagi pengemudi bajaj. Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah memperbanyak SPBG. Menyadari gas bumi menjadi energi masa depan, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) terus perbanyak SPBG sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan gas dalam negeri. Tahun ini, perseroan menginvestasikan US$ 32 juta untuk bangun SPBG yang dialokasikan sejumlah 15 unit. Direktur Utama PGN, Hendi P Santoso bilang, pembangunan SPBG sebagai wujud dukungan ke pemerintah dalam pengurangan penggunaan BBM bersubsidi.”Penambahan SPBG ini bagian dari upaya mengurangi konsumsi BBM bersubsidi. Dengan begitu bisa menurunkan beban subsidi dalam APBN,"‎ ujarnya.

Selain itu, perseroan juga merangkul para pengemudi gas yang merupakan komunitas bajaj gas atau disingkat Kobagas. Hal ini didasarkan, karena transportasi bajaj sebagai ujung tombak kendaraan masyarakat kelas bawah bisa menjembatani perubahan prilaku masyarakat untuk beralih dari BBM ke BBG. Bahkan dihari jadi PGN ke-50, perseroan menggelar pelatihan mekanik untuk pengemudi bajaj gas untuk mendekatkan diri terhadap para konsumen setia bahan bakar gas (BBG) tersebut.

Bak gayung bersambut, Koordinator Komunitas Bajaj Gas (Kobagas) Alras S mengatakan, rekan-rekannya sangat antusias mengikuti pelatihan mekanik. Dia mengaku, selama ini hampir tak ada pelatihan yang diberikan perusahaan terhadap para pengemudi bajaj. Padahal, seringkali para sopir harus berjuang ekstra keras ketika kendaraannya bermasalah atau bahkan mogok."Kami senang sekali diajak pelatihan mekanik mesin bajaj gas,”ungkapnya.

Berdasarkan penuturan anggota Kobagas, banyak yang mengaku terbantu dengan pelatihan itu. Pasalnya, para sopir mendapatkan ilmu baru dari praktisi sehingga tidak kesulitan mengotak-atik mesin ketika kendaraannya bermasalah. "Kami diajari cara membuka mesin dan membetulkan mesin secara singkat. Ini dibutuhkan jika tiba-tiba mesin bajaj mogok saat di jalan."

Kata Direktur Keuangan PGN Riza Pahlevi Tabrani, perusahaannya melakukan program terobosan berupa pelatihan mekanik dengan tujuan ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup para sopir bajaj. Melalui pelatihan itu, diharapkan sopir bajaj bisa melakukan perbaikan secara mandiri apabila kendaraannya bermasalah.

Dengan demikian pemilik bajaj dapat menekan biaya perawatan bajaj. Berkurangnya pengeluaran untuk perawatan bajaj tersebut dapat dialokasikan untuk kebutuhan keluarga yang lain. “Sebagai BUMN gas bumi, PGN akan terus berusaha untuk meningkatkan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Kami percaya dengan energi baik gas bumi, usaha yang dirintis ini akan lebih efisien dan menguntungkan,” ujar Riza. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Laba Bersih PT Timah Melesat Tajam 295%

NERACA Jakarta – Kuartal pertama 2025, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kenaikan laba bersih dan pendapatan. Dimana emiten tambang dan…

Penjualan Buyung Poetra Terkoreksi 27,0%

NERACA Jakarta -Emiten produsen beras ternama merek ‘Topi Koki’,  PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)  mencatat penjualan bersih sebesar Rp365,3…

Kapitalisasi Pasar BEI Sepekan Tumbuh 2,33%

NERACA Jakarta -PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar saham sepekan kemarin mengalami kenaikan sebesar 2,33% menjadi Rp11.831 triliun…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Fasilitas Ibadah di Hunian Modern - Gubernur Jakarta Resmikan Masjid Jakarta Garden City

Melengkapi fasilitas ibadah bagi penghuninya, perusahaan properti PT Jakarta Garden City menghadirkan masjid Jakarta Garden yang diresmikan langsung Gubernur Jakarta…

Permintaan Hunian Premium Tinggi - Summarecon Mutiara Makassar Buka Tahap Tiga

Perusahaan pengembang properti, Summarecon kembali memperkenalkan hunian premium keluarga terbarunya yang berada di kawasan Summarecon Mutiara Makassar (SMM). Berlokasi strategis…

Perluas Jaringan Ritel - TCL Indonesia Perkuat Sinergi dengan Mitra Dealer

Genjot pertumbuhan penjualan dan penetrasi pasar di Indonesia lebih luas lagi, TCL, pemimpin global dalam teknologi elektronik dan produk pintar…