Pertumbuhan Perbankan Syariah Stagnan, Salah OJK dan BI?

 

 

NERACA

 

Surabaya – Perkembangan perbankan syariah tergolong melambat. Pangsa pasar (market share) bank syariah menurun dari 4,8 persen pada akhir 2014 menjadi sekitar 4,6 persen pada semester I-2015. Atas menurunnya pangsa pasar tersebut, Pakar ekonomi syariah Muhammad Syafii Antonio menilai pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah yang melambat karena kesalahan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Perkembangan industri perbankan syariah sekarang ini stagnan. Yang salah adalah OJK dan BI. Karena BI dan OJK mempunyai anggaran sosialisasinya untuk perbankan syariah itu kecil sehingga masyarakat belum mendapatkan informasi soal perbankan syariah. Lain hal nya dengan lembaga seperti Baznas (Badan Zakat Nasional) atau Majelis Ulama Indonesia (MUI), mereka tidak punya dana yang ada cuman doa,” ungkap Syafii dalam acara peluncuran buku Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia, Surabaya, Selasa (27/10).

Turut hadir dalam peluncuran buku tersebut Guru Besar IPB Prof. Didin Hafiddudin dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Dihadapan para peserta bedah buku tersebut, Syafii mengatakan tugas BI dan OJK adalah dengan memperbesar pangsa pasar industri perbankan syariah. Caranya, kata dia, dengan sosialisasi dan edukasi.

Namun begitu, Syafii memberikan saran untuk mengembangkan pangsa pasar perbankan syariah. Diantaranya, pertama adalah menjadikan bank-bank BUMN menjadi syariah. “Kalau saja Bank BTN, BRI dan BNI “disyariahkan” maka pangsa pasar perbankan syariah akan melonjak,” ucapnya. Kedua, memberikan insentif pajak bagi perbankan syariah, karena hal itu yang dilakukan oleh Bank Sentral di Malaysia sehingga pertumbuhan perbankan syariah di Malaysia cukup masif.

Ketiga yaitu menggelontorkan anggaran untuk sosialisasi perbankan syariah. Misalnya dengan membuat pagelaran besar yang disiarkan oleh televisi nasional. Dan keempat meminta kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk ikut mengembangkan potensi-potensi perbankan syariah dengan menyiapkan alokasi anggaran daerah.

Buat Prof. Didin Hafiddudin, ada lima langkah yang harus dilakukan oleh BI dan OJK untuk memajukan bank syariah. Pertama, melakukan sosialisasi dan edukasi. “Banyak masyarakat yang belum bisa membedakan antara bank syariah dan bank konvensional. Bahkan ada pihak-pihak yang menginginkan istilah-istilah perbankan syariah seperti mudhorobah itu diganti dengan bahasa yang lebih mudah. Akan tetapi saya kurang setuju karena dengan nama mudhorobah diganti akan menghilangkan ruh syariahnya,” cetusnya.

Kedua, penguatan kelembagaan. Ketiga menciptakan produk-produk perbankan syariah yang berfariasi. Didin berharap agar produk-produk perbankan syariah menjadi leader bukan follower. Pasalnya, kata dia, ketika produk-produk perbankan syariah menjadi follower maka yang diharapkan adalah keuntungan semata tanpa memperhatikan produk syariah yang halalan toyyiban. Keempat, peranan regulasi yang pro terhadap pertumbuhan perbankan syariah. Dan terakhir adalah sinergi antara ulama, masyarakat dan pemerintah karena dengan begitu membuat keuangan syariah semakin berkembang.

Menanggapi usulan-usulan tersebut, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan yang terbaik untuk mengedukasi dan mensosialisasikan perbankan syariah, salah satunya dengan membuat acara tahunan seperti Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang kedua kalinya diadakan di Surabaya. “Kami juga mengajak lembaga-lembaga untuk mensosialisasikan keuangan syariah,” jelasnya.

Terkait dengan market share perbankan syariah yang tumbuh stagnan, Perry beralasan penurunan tersebut lantaran perekonomian yang tengah melambat sehingga hal itu berdampak langsung dengan perkembangan perbankan syariah. Patut diketahui, perkembangan perbankan syariah di Indonesia terbilang cukup pesat. Hingga di akhir tahun 2013, perbankan syariah Indonesia menjadi "the biggest retail islamic banking" di dunia yang memiliki 17,3 juta nasabah, 2990 kantor bank, 1267 layanan syariah dan 43 ribu karyawan.

 

BERITA TERKAIT

CIMB Niaga Cetak Laba Rp2,2 Triliun di Kuartal I/2025

  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk memaparkan perolehan kinerja pada kuartal pertama 2025. CIMB Niaga mencatatkan perolehan…

Bank Butuh Komite AI untuk Awasi Tata Kelola

Bank Butuh Komite AI untuk Awasi Tata Kelola NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, industri perbankan perlu untuk…

Laba Bersih Bank Raya Tumbuh 84,7%

Laba Bersih Bank Raya Tumbuh 84,7% NERACA Jakarta - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) atau Bank Raya membukukan laba…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

CIMB Niaga Cetak Laba Rp2,2 Triliun di Kuartal I/2025

  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk memaparkan perolehan kinerja pada kuartal pertama 2025. CIMB Niaga mencatatkan perolehan…

Bank Butuh Komite AI untuk Awasi Tata Kelola

Bank Butuh Komite AI untuk Awasi Tata Kelola NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, industri perbankan perlu untuk…

Laba Bersih Bank Raya Tumbuh 84,7%

Laba Bersih Bank Raya Tumbuh 84,7% NERACA Jakarta - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) atau Bank Raya membukukan laba…