Hingga Akhir 2014 - Produksi Rokok Nasional Capai 362 Miliar Batang

 

NERACA

Jakarta - Direktur Minuman dan Tembakau Kemenperin, Faiz Ahmad mengatakan kapasitas produksi rokok nasional hingga akhir tahun mencapai 362 miliar batang, meningkat 16 miliar batang dibandingkan realisasi tahun lalu.

"Tahun lalu, kapasitas produksi rokok dalam negeri mencapai 346 miliar batang dan hingga akhir tahun ini trennya mengalami pertumbuhan sekitar 16 miliar batang atau menyentuh 362 miliar batang. Sedangkan kapasitas industri rokok nasional pada 2009 sebesar 286 miliar batang, hal ini menandakan bahwa industri rokok nasional mengalami perkembangan yang pesat," kata dia di Jakarta, Selasa (29/4).

Lebih lanjut Faiz mengatakan ekspor tembakau dan rokok di 2009 menyentuh 52.515 ton dan tahun 2012 trennya mengalami penurunan sebesar 15.405 ton. "Akibat pelarangan ekspor kretek oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), ekspor tembakau dan rokok pada 2012 hanya 37.110 ton. Tahun ini, diperkirakan ekspor rokok nasional turun 10%," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin, kapasitas produksi SKM pada 2009 hanya 59,2%, SKP 32,8%, SPM 6,2%, lain-lainya 1,8%. Tahun lalu, kapasitas produksi SKM 66,2%, SKP 26,1%, SPM 6%, lain-lainnya 1,7%.

Disisi lain, Indonesia harus mengurangi produksi rokok kretek putih dan rokok putih. Sementara itu produksi rokok kretek buatan tangan yang harus diperbanyak.

Wakil Ketua Komisi XI, Harry Azhar Azis, mengungkapkan strategi mengurangi rokok putih dan rokok kretek putih bisa jadi cara baik untuk menambah lapangan kerja. Sebab, ucap Harry, produksi rokok putih dan rokok kretek putih justru mengurangi tenaga kerja di industri rokok."Sebab kan dibuatnya oleh mesin," kata Harry.

Namun, ketika rokok putih dan rokok kretek putih produksinya berkurang, perusahaan rokok harus menggenjot produksi rokok kretek tangan khas Indonesia. "Dengan begitu akan lebih banyak penyerapan tenaga kerja di Industri rokok," katanya.

Saat ini industri rokok di Indonesia baru mempekerjakan 6 juta orang. Dengan cara itu bisa bertambah sampai 10 juta pekerja bahkan lebih di industri rokok nasional. Selanjutnya, setelah itu pemerintah harus menerapkan strategi tepat tentang cukai. Sebab sudah pasti akan terjadi penurunan jumlah perokok karena pengurangan produksi rokok putih. Sebab selama ini banyak perokok pemula menggandrungi rokok putih.

Strateginya bisa penurunan nilai cukai atau bahkan ditiadakan. Dengan strategi ini, kata Harry seluruhnya bisa didapat Indonesia. Pemasukan negara tetap ada dari rokok, lapangan kerja tambah banyak, lalu jumlah perokok menurun karena penggila rokok kretek khas Indonesia lebih sedikit ketimbang penggila rokok putih.

Sementara itu, Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan, Susiwijono Moegiarso, mengatakan penerimaan di sektor cukai masih didominasi produk tembakau, di antaranya rokok. Dari penerimaan cukai Februari 2014 sebesar Rp 12,9 triliun, 98 % disumbang oleh hasil tembakau. "Sesuai dengan siklus tahunan," kata Susi.

Menurut Susi, Susiwijono menjelaskan, faktor utama yang mempengaruhi penerimaan cukai hasil tembakau adalah tingginya volume produksi komoditas tersebut. Pada 2014, produksi hasil tembakau diperkirakan meningkat 4,8 % menjadi 358,361 miliar batang.

Karena tidak memperoleh kenaikan tarif cukai tembakau setelah pemerintah daerah memungut pajak rokok mulai 1 Januari 2014, aparat Bea Cukai kini fokus pada pengawasan dan penindakan untuk menjaga target penerimaan negara.

Susi mengatakan akan mengawasi pengusaha dan mekanisme distribusi produk tembakau berikut harga transaksi di pasar. Dengan demikian, target penerimaan cukai selama 2014 sebesar Rp 117,15 triliun bisa tercapai.

Selain hasil tembakau, Susi mengatakan penerimaan cukai juga dipsok oleh minuman beralkohol. Hingga Februari, cukai minuman beralkohol menyumbang 1,52 % dari total penerimaan. Di sektor ini, pemerintah mengincar pertumbuhan pendapatan dari kenaikan cukai minuman beralkohol rata-rata 11,62 % untuk produksi dalam negeri serta 11,7% untuk barang impor.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…