NERACA
Jenewa – Pemerintah Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap proses aksesi Uzbekistan untuk menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Dukungan tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian bilateral akses pasar untuk perdagangan barang dan jasa antara Indonesia dan Uzbekistan di Jenewa, Swiss.
Penandatanganan perjanjian dilakukan Kuasa Usaha Ad Interim Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa Duta Besar (Dubes) Achsanul Habib dan Utusan Khusus Presiden Uzbekistan untuk isu WTO Azizbek Urunov di sela-sela pertemuan ke-10 Working Party on the Accession of Uzbekistan.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk WTO Nur Rakhman Setyoko mengapresiasi langkah reformasi Pemerintah Uzbekistan untuk menyesuaikan diri dengan sistem perdagangan multilateral. Sebagai sesama negara berkembang, Indonesia memahami tantangan yang dihadapi Uzbekistan dalam proses pemenuhan standar WTO.
Di sisi lain, dukungan Indonesia terhadap aksesi Uzbekistan dalam bentuk perjanjian bilateral juga akan membuka peluang baru kerja sama ekonomi kedua negara.
“Kesepakatan bilateral Indonesia-Uzbekistan adalah langkah strategis yang tak hanya mempercepat aksesi Uzbekistan, tetapi juga membuka peluang baru kerja sama ekonomi kedua negara,”kata Dubes Nur.
Sementara itu, Dubes Habib menyampaikan, melalui proses aksesi ke WTO, Indonesia berharap Uzbekistan dapat meraih manfaat konkret dari integrasi ke dalam sistem perdagangan multilateral, termasuk manfaat dari percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
Ia menambahkan, dukungan Indonesia terhadap aksesi Uzbekistan mencerminkan komitmen dalam memperkuat relevansi dan kredibilitas WTO sebagai lembaga perdagangan global.
“Kesepakatan ini juga diharapkan semakin mempererat hubungan bilateral, khususnya dalam memperkuat kerja sama di sektor perdagangan barang dan jasa,”imbuh Dubes Habib.
Penandatanganan perjanjian bilateral antara Uzbekistan dan masing-masing anggota WTO menjadi simbol dukungan terhadap masuknya Uzbekistan ke WTO.
Saat ini, hampir seluruh anggota WTO telah memberikan dukungannya. Uzbekistan menargetkan penyelesaian seluruh proses aksesi WTO pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-14 WTO yang akan digelar di Yaoundé, Kamerun pada 26–29 Maret 2026.
Utusan Khusus Presiden Uzbekistan Azizbek Urunov menyampaikan apresiasi atas dukunganIndonesia sepanjang proses perundingan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mendorong pelaku usaha Uzbekistan untuk memanfaatkan InaExport sebagai pintu gerbang untuk menemukan eksportir kredibel Indonesia. Hal ini diharapkan membuka peluang perdagangan baru yang akan semakin memperkuat kemitraan ekonomi kedua negara.
"InaExport dikembangkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebagai hubstrategis yang menjembatani eksportir Indonesia dengan calon pembeli di seluruh dunia, termasuk Uzbekistan. Platform tersebut dapat menjadi pintu gerbang pelaku usaha Uzbekistan untuk menemukan eksportir papan atas Indonesia," jelas Roro.
Pada 2018, pemerintah Indonesia dan Uzbekistan sepakat untuk memulai pembahasan Indonesia-Uzbekistan Preferential Trade Agreement (IU-PTA). Sebagai tindak lanjut, kedua negara sepakat untuk melakukan studi kelayakan bersama (joint feasibility study/JFS).
Rencananya pada Agustus 2025, kedua negara akan meluncurkan negosiasi IU-PTA selama kunjungan kerja Menteri Perdagangan Indonesia ke Uzbekistan.
Hubungan antara Indonesia dan Uzbekistan telah terjalin cukup lama, berakar pada sejarah bersama keterlibatan diplomatik dan kerja sama ekonomi. Sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara resmi pada 1992 silam, kedua negara terus memperkuat kerja sama mereka di berbagai sektor, termasuk perdagangan, investasi, dan pertukaran budaya.
Pentingnya kemitraan ini secara strategis tercermin dalam upaya konsisten kedua pemerintah untuk meningkatkan hubungan ekonomi bilateral, yang akan mendorong pertumbuhan dan kemakmuran kedua negara.
"Kami berharap melalui perjanjian perdagangan bilateral, kedua negara dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan mengurangi hambatan perdagangan. Selain itu, menciptakan lingkungan bisnis yang kompetitif yang menguntungkan kedua eksportir dan investor," imbuh Roro.
Total perdagangan Indonesia dan Uzbekistan pada 2024 tercatat sebesar USD147,64 juta dan mencerminkan tren positif yang tumbuh 57,77 persen dalam lima tahun terakhir (2020–2024). Produk ekspor utama Indonesia ke Uzbekistan adalah minyak nabati, bahan makanan, produk farmasi, dan sabun. Impor Indonesia dari Uzbekistan didominasi pupuk kimia, bubuk kayu, alat optik, biji-bijian, dan produk rokok. Sementara itu, total volume perdagangan pada 2024 mencapai USD 147,65 juta, yang menandai peningkatan 4,67 persen dibanding pada 2023.
.
NERACA Jakarta – Memasuki musim tanam kedua, Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau para petani seluruh Indonesia untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk bersubsidi.…
NERACA Singapura – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sukses melaksanakan kunjungan kenegaraan perdananya ke Singapura sejak dilantik pada Oktober 2024…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan, melalui Direktorat Pengamanan Perdagangan, mendukung penuh para pelaku usaha Indonesia dengan memberikan pendampingan dalam menghadapi…
NERACA Jakarta – Memasuki musim tanam kedua, Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau para petani seluruh Indonesia untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk bersubsidi.…
NERACA Singapura – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sukses melaksanakan kunjungan kenegaraan perdananya ke Singapura sejak dilantik pada Oktober 2024…
NERACA Jenewa – Pemerintah Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap proses aksesi Uzbekistan untuk menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Dukungan…