Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi
Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo
Defisit APBN dan beban pembayaran cicilan hutang dan bunga menjadi tantangan berat untuk mengamankan sampai akhir tahun 2025. Di satu sisi, memacu pajak semakin berat, terutama dampak sistemiknya terhadap daya beli masyarakat sementara di sisi lain kepentingan untuk mengamankan APBN tidak bisa diabaikan.
Oleh karena itu, tuntutan memacu penerimaan menjadi penting dan semua sumber pendapatan harus dioptimalkan agar kondisi keuangan negara aman dan terselamatkan. Hal ini tentu tidak bisa terlepas dari dampak akumulasi utang di pemerintahan sebelumnya sehingga beban anggaran di pemerintahan yang baru semakin terjerat. Jadi, optimalisasi semua sumber pendapatan di semua sektor menjadi tertantang. Terkait ini maka sektor pariwisata menjadi salah satu andalan untuk memasok penerimaan negara.
Harapan terhadap sektor pariwisata terkendala oleh kondisi iklim sospol. Betapa tidak, pergantian ke pemerintahan di era Prabowo ternyata berdampak sistemik terhadap iklim sospol dan juga berpengaruh terhadap sektor pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah di era now harus mengakomodasi semua kepentingan untuk mengamankan iklim sospol.
Hal ini tidak bisa terlepas dari kepentingan regenerasi yang dilakukan agar tidak memicu sentimen, terutama melalui faktor trust. Artinya, proses demokrasi regenerasi yang ada saat ini memang tidak bias terlepas dari kontroversi putusan MK dan dipastikan akan berlanjut di tahapan berikutnya dan diyakini legitimasinya diragukan. Jadi beralasan jika sampai kini masih ada tuntutan terhadap pemakzulan,selain tekanan kasus dugaan ijazah yang terus bergulir untuk saling membenarkan.
Pariwisata memang diyakini memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan negara. Oleh karena itu, semua negara berlomba-lomba untuk menyajikan pariwisata terbaiknya agar menarik kunjungan wisatawan dan tentu kunjungan ulang. Keyakinan ini tentunya juga harus diselaraskan dengan daya tarik kunjungan wisatawan dan juga iklim sospol di dalam negeri yang kondusif sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan wisata di dalam negeri.
Artinya, tanpa itu semua maka mustahil wisatawan akan berkunjung dan menikmati liburannya. Terkait ini, sektor pariwisata menjadi salah satu kunci utama di era now untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Setidaknya, argumen yang mendasarinya tidak terlepas dari dampak sistemik dari sukses pengembangan pariwisata, misal terkait penyerapan tenaga kerja dan geliat sektor informal dan UMKM.
Fakta membenarkan bahwa sektor pariwisata cenderung padat karya, baik potensi secara langsung maupun tidak langsung. Terkait ini beralasan jika kemudian semua juga berlomba-lombang mengembangkan tujuan wisata dan potensinya. Selain itu, keleluasaan membangun tujuan wisata buatan, bukan alami, di semua bentuk daya tarik wisatanya menjadi daya serap tersendiri bagi ketenagakerjaan. Oleh karena itu, beralasan jika kemudian semua memacu daya tarik wisata untuk menggerakan sektor riil dan pastinya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Potret lain dari peran sektor pariwisata adalah pengaruhnya terhadap sektor informal dan UMKM. Paling tidak, argumen yang mendasari adalah ketertarikannya terhadap potensi pengembangan ekonomi kreatif sehingga implikasinya terhadap sektor informal secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap geliat UMKM. Hal ini memberikan tantangan bagi untuk memetakan, menganalisis dan mengembangkan semua potensi yang ada untuk menciptakan daya tarik kunjungan dari sektor pariwisata. Oleh karena itu, terkait beban APBN tidak terlepas dari tantangan bagi pengembangan sektor pariwisata untuk mendulang devisa demi penerimaan.
Potensi pengembangan pariwisata menjadi peluang dan tantangan karena sektor wisata tidak bisa terlepas dari tuntutan stabilitas sospol. Karena itu, tidak ada alasan untuk mengabaikan semua potensi dan daya tarik wisata, baik dalam bentuk wisata alam atau wisata buatan. Artinya, potensi daya tarik wisata alam cenderung menjadi keunggulan komparatif dan juga sebaliknya daya tarik wisata buatan cenderung menjadi keunggulan kompetitif.
Jadi investasi di sektor pariwisata menjadi penting dan ini tidak terlepas dari peluang - tantangan untuk pengembangan kepariwisataan. Jadi daya tarik wisata di masa depan tidak hanya membutuhkan kepastian iklim sospol tapi juga keberlanjutan terhadap semua potensi dan daya tarik yang mampu diciptakan untuk memacu penyerapan tenaga kerja dan potensi yang berbasis sumber daya lokal dan kearifan lokal.
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Ketika IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Proses akuisisi saham CK Hutchison di 43 pelabuhan atau…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) seperti koperasi sebenarnya memiliki potensi yang…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Defisit APBN dan beban pembayaran cicilan hutang…
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Ketika IMF dan Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Proses akuisisi saham CK Hutchison di 43 pelabuhan atau…