Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Chatib Basri mengatakan, pasar obligasi Indonesia cukup aman dari efek negatif kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.“Efek terhadap bond market di Indonesia itu juga mungkin terbatas,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan porsi kepemilikan asing di obligasi pemerintah hanya sekitar 14%. Maka, meski seluruh investor asing pergi dari pasar obligasi Indonesia, efeknya relatif terbatas. Kondisi krisis saat ini pun disebut berbeda dengan krisis keuangan sebelumnya, termasuk krisis tahun 2008. Menurut Chatib, situasi krisis saat itu jauh lebih berat dibandingkan dengan krisis yang terjadi kali ini.“Dan saat itu, Indonesia masih bisa tumbuh 4,6%,” tambahnya.
Tak hanya di sisi pasar obligasi, dampak negatif dari sisi ekspor juga terbatas. Menteri Keuangan RI ke-28 itu menjelaskan kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional hanya sebesar 22%, di mana porsi ekspor ke AS hanya sekitar 10%.“Jadi, kalau terhadap PDB, andilnya hanya 10% dari 22% atau 2,2%. Maka, meski dalam skenario terburuk pun, efek (tarif resiprokal AS) hanya 2,2% dari GDP,” jelas Chatib.
Meski begitu, dirinya mengamini industri yang terlibat dalam aktivitas ekspor tak dimungkiri menerima dampak kebijakan Trump. Untuk memitigasi efek negatif di industri berbasis ekspor, Pemerintah Indonesia mengambil langkah deregulasi.“Jika kita bisa melakukan deregulasi dengan memotong ekonomi biaya tinggi, maka penurunan dampak dari biaya produksi bisa sangat signifikan,” ujar dia.
Kebijakan lain yang diambil Pemerintah Indonesia juga termasuk penghapusan kuota impor dan relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN).“Dengan berbagai langkah itu, saya kira akan sangat menolong,” tutur Chatib.
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 dan juga peduli pada dunia pendidikan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) kembali…
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo berharap agar Bank DKI dapat melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering…
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mencatat pertumbuhan laba bersih dua digit pada kuartal I/2025. Emiten produsen makanan terintegrasi ini…
Kuartal pertama 2025, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraup pendapatan sebesar Rp 9,9 triliun dan laba bersih sebesar Rp 391,48…
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menyebutkan, besaran nilai saham di Kalteng mengalami peningkatan sebesar Rp314,46 miliar atau…
Di kuartal pertama 2025, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) meraih pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 6% (yoy) menjadi Rp218 miliar…