BTN Harap Kuota FLPP yang Segera Habis Tak Pengaruhi Kinerja Kredit

NERACA

Jakarta - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Nixon LP Napitupulu berharap kuota subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang segera habis dalam waktu dekat tidak membawa pengaruh bagi kinerja kredit perseroan.

“Semoga (kinerja kredit BTN) tidak (turun). Karena teman-teman developer sebenarnya sudah tahu dari awal tahun tentang kondisi ini, bahwa ini (kuota FLPP) lebih rendah dibanding tahun lalu,” kata Nixon usai acara akad massal KPR dan KUR di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Rabu (31/7).

Nixon mengatakan, pihaknya juga tengah mengkaji solusi sementara sebagai antisipasi apabila tidak ada penambahan kuota FLPP di tahun ini. Solusi sementara itu, kata dia, akan diumumkan dalam waktu dekat bersama para pengembang (developer).

“Kekhawatiran itu sebenarnya mengkhawatirkan, tapi tidak terlalu mengkhawatirkan. Cuma memang, kita juga sedang mengkaji solusi interim kalau misalnya tidak ada tambahan (kuota FLPP),” kata Nixon.

BTN sendiri, berdasarkan data Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera), menjadi bank penyalur pembiayaan FLPP dengan capaian tertinggi pada kuartal II 2024 yakni sebanyak 54.312 unit rumah, yang disusul BTN Syariah sebanyak 21.215 unit rumah.

Kredit dan pembiayaan perumahan masih mendominasi terhadap total kredit dan pembiayaan BTN pada semester pertama tahun ini, dengan KPR subsidi menjadi kontributor terbesar dengan nilai mencapai Rp171,01 triliun atau tumbuh 12,4 persen YoY. Sepanjang Januari hingga Juli 2024, BTN telah merealisasikan sebanyak kurang lebih 112.000 unit KPR subsidi, baik dari skema FLPP maupun Tapera.

Adapun kuota untuk program FLPP yang ditetapkan pemerintah sebanyak 166.000 unit rumah untuk tahun ini. Kuota tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai sekitar 229 unit.

Menurut data dari BP Tapera, capaian realisasi pembiayaan FLPP per Juni 2024 telah mencapai 107.070 unit (64,50 persen) dari target yang ditetapkan sebanyak 166.000 unit. Dengan demikian, setelah periode Juni 2024, kuota FLPP tersisa 58.930 unit.

Nixon memperkirakan kuota FLPP akan habis pada Agustus ini. Hal tersebut, kata dia, menandakan kesuksesan KPR subsidi meskipun di sisi lain juga menimbulkan masalah baru.

“Di sisi lain, (kuota FLPP yang habis) jadi problem bagi kita juga kadang-kadang. Tapi ini adalah wujud nyata pemerintah yang dirasakan masyarakat untuk bisa memiliki kekayaan yang bernama rumah,” ujar Nixon.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah menyampaikan bahwa pemerintah tengah mencari cara terbaik untuk merespon kuota FLPP yang akan segera habis.

Kementerian PUPR, imbuh Zainal, juga telah berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan terkait permasalahan tersebut. Namun, hingga saat ini, Kementerian PUPR belum menerima respon lebih lanjut mengenai usulan penambahan kuota FLPP.

Dia mengingatkan, usulan penambahan kuota FLPP juga mempertimbangkan ruang fiskal apakah masih memungkinkan atau tidak memungkinkan.

“Karena tahun lalu kita sudah mencapai 229 unit. Nanti kita cek kira-kira apakah masih punya cukup ruang (fiskal). Tapi kita kan ingin bukan hanya sama (dari kuota tahun lalu). Kalau bisa lebih banyak lagi. Nanti kita diskusi lagi,” kata Zainal.

Sebelumnya, pada 15 Mei lalu, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) telah menyampaikan surat kepada Menteri PUPR untuk dapat menambah kuota FLPP hingga 250.000 unit atau sesuai dengan realisasi pada tahun 2023.

Pada Juni lalu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI DKI Jakarta Arvin F. Iskandar mengatakan bahwa menipisnya kuota FLPP 2024 tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat berpendapatan rendah yang ingin membeli rumah tetapi juga bagi pengembang perumahan yang selama bergerak di bidang rumah subsidi.

Arvin mengatakan, pihaknya dapat memahami keterbatasan anggaran (APBN) yang memang diprioritaskan untuk kebutuhan yang lebih mendesak. Namun, diharapkan ada terobosan dari pemerintah agar program rumah bersubsidi tetap bisa bergulir pada tahun ini.

Kemudian PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat, kelompok milenal menyumbang penyerapan kredit kepemilikan rumah (KPR) subsidi sebanyak 465.621 unit atau setara Rp68,5 triliun hingga periode Juni 2024.

Angkat tersebut tercatat mengalami kenaikan dari sebelumnya 425.070 unit rumah subsidi yang dibeli kelompok milenial atau setara dengan Rp62 triliun sepanjang 2020 hingga 2023. Jika diasumsikan hingga akhir tahun 2024, menurut BTN, realisasi KPR subsidi untuk milenial dapat mencapai Rp78 triliun.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, mengatakan akad massal KPR yang digelar BTN secara serentak di berbagai wilayah di Indonesia pada Rabu juga didominasi oleh kelompok milenial sekitar 72 persen dengan usia debitur paling muda yaitu 23 tahun.

“Menariknya, kalau kita lihat hari ini, semakin lama yang akad rumah itu semakin usia muda. Ini berita bagusnya. Artinya asumsi mengenai generasi muda yang tidak memikirkan rumah itu sebenarnya tidak terlalu valid. Karena berdasarkan akad massal yang kami lakukan beberapa kali, sudah banyak yang usia 21-23 tahun,” kata Nixon dalam acara akad massal KPR dan KUR di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Cileungsi Kabupaten Bogor, Rabu (31/7).

Selama lebih dari 47 tahun menyalurkan KPR, BTN menyampaikan pihaknya telah memberikan perhatian yang besar terhadap pemenuhan rumah tidak hanya untuk kaum milenial melainkan juga kaum perempuan.

Komposisi KPR pada kelompok perempuan di BTN telah mencapai 32,5 persen dengan realisasi penyaluran sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 sebanyak 173.476 unit atau sekitar Rp25 triliun.

Khusus akad massal KPR yang digelar di berbagai daerah pada Rabu, sebut Nixon, komposisi perempuan yang melakukan akad KPR mencapai 30 persen.

“Jadi kaum milenial dan KPR wanita sangat besar dalam menyerap pembiayaan perumahan di BTN,” kata Nixon.

Sepanjang semester pertama tahun 2024 ini, BTN sendiri telah merealisasikan sekitar 112.000 unit KPR subsidi, baik skema FLPP maupun Tapera. Sementara kuota nasional untuk KPR FLPP yang ditetapkan pemerintah sebanyak 166.000 unit.

Nixon menyampaikan BTN terus berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan perumahan sejak 1976 dengan menyalurkan 5,2 juta unit rumah subsidi dan non-subsidi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam rangka mendukung program satu juta rumah sejak 2015, BTN hingga saat ini juga telah menyalurkan KPR sebanyak 1,9 juta unit atau senilai Rp403,5 triliun. (Mohar/Ant)

 

BERITA TERKAIT

Proyek Pembangunan Rumah Subsidi, Anggota Apersi Diminta Tak Tipu Rakyat

NERACA Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) mengingatkan seluruh anggota Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman…

Asosiasi Pengembang Perumahan Siap Bangun Satu Juta Rumah di Pedesaan

NERACA Tangerang - Asosiasi pengembang perumahan Real Estate Indonesia (REI) menyatakan siap membangun satu juta rumah di pedesaan yang merupakan…

Astra Property Punya Tiga Fokus di Sektor Properti pada Tahun Ini

NERACA Jakarta - Presiden Direktur Astra Property Wibowo Muljono berkomitmen fokus pada operational excellence, cost leadership, dan productivity di sektor properti. "Tiga…

BERITA LAINNYA DI Hunian

Proyek Pembangunan Rumah Subsidi, Anggota Apersi Diminta Tak Tipu Rakyat

NERACA Jakarta - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) mengingatkan seluruh anggota Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman…

Asosiasi Pengembang Perumahan Siap Bangun Satu Juta Rumah di Pedesaan

NERACA Tangerang - Asosiasi pengembang perumahan Real Estate Indonesia (REI) menyatakan siap membangun satu juta rumah di pedesaan yang merupakan…

Astra Property Punya Tiga Fokus di Sektor Properti pada Tahun Ini

NERACA Jakarta - Presiden Direktur Astra Property Wibowo Muljono berkomitmen fokus pada operational excellence, cost leadership, dan productivity di sektor properti. "Tiga…