NERACA
Tangerang – Di tengah melambatnya ekonomi dunia, karena kerja sama dan dukungan semua pihak, volume transaksi Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38 tahun 2023 ini mencapai dua kali lipat dari transaksi tahun sebelumnya, yaitu tercatat sebesar USD 25,3 miliar atau Rp 401,5 triliun.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan memaparkan, capaian transaksi sementara TEI 2023 meliputi penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) dengan nilai sebesar USD 18,31 miliar, transaksi harian sebesar USD 4,17 juta, dan penjajakan kerja sama bisnis (business matching) sebesar USD 18,90 juta.
Selain itu, terdapat transaksi investasi senilai USD 2,81 miliar yaitu investasi di bidang kesehatan dan kerja sama pendidikan dengan Tiongkok.
TEI tahun 2023 diikuti 1232 pelaku bisnis dan dikunjungi 32.966 pengunjung. Pengunjung tersebut terdiri atas pengunjung luring sebanyak 29.873 yang 3.162 diantaranya merupakan buyer dari 114 negara serta pengunjung daring sebanyak 3.093.
Dalam TEI tahun 2023 ini ada 10 negara dengan transaksi barang dan jasa terbesar yaitu Malaysia sebesar USD 6,29 miliar dengan persentase 27,95 persen, India sebesar USD 6,23 miliar (27,68 persen), Tiongkok sebesar USD 5,58 miliar (24,82 persen), Vietnam sebesar USD 811,28 juta (3,61 persen), Belanda sebesar USD 696,28 juta (3,09 persen), Mesir sebesar USD 591,72 juta (3,09 persen), Filipina sebesar USD 526,95 juta (2,34 persen), Amerika Serikat sebesar USD 423,7 juta (1,88 persen), Jepang sebesar USD 330,89 juta (1,47 persen), serta Persatuan Emirat Arab sebesar USD 295,84 juta (1,31 persen).
Lalu, 10 produk dengan transaksi terbesar selama TEI tahun 2023 ini, antara lain batu bara sebesar USD 13,26 miliar dengan persentase 58,93 persen, produk kimia dan organik sebesar USD 2,92 miliar (12,98 persen), industri strategis sebesar USD 2,73 miliar (12,18 persen), produk elektronik sebesar USD 612,32 juta (2,72 persen), makanan olahan sebesar USD 449,88 juta (2,00 persen), produk pertanian sebesar USD 407,43 juta (1,81 persen), kertas dan produk kertas sebesar USD 382,85 juta (1,70 persen), kopi dan teh sebesar USD 370,39 juta (1,65 persen), perhiasan sebesar USD 280,44 juta (1,25 persen), serta produk ikan dan makanan laut sebesar USD 164,19 juta (0,73 persen).
"Semoga kita terus mampu meningkatkan kolaborasi dan kerja sama yang sudah terjalin dengan baik untuk bersama-sama meningkatkan ekspor nonmigas. Jika ingin menjadi negara maju, syaratnya ada yang diakui dunia yaitu produk-produk kita. Jika ekspor kita bisa menguasai dunia, barulah 2045 kita bisa menjadi negara maju,” ungkap Zulkifli.
Sebelumnya, Zulkifli pun mengungkapkan “tahun lalu, kita mencatatkan USD 15,83 miliar di TEI ke-37. Jadi, tahun ini harus lebih bagus lagi. Sekali lagi, kata kuncinya adalah kerja sama. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kerja samanya.”
Zulkifli juga mendorong para eksportir untuk melihat peluang pembukaan pasar potensial di negara-negara tujuan ekspor non tradisional. Dalam hal ini, Kemendag terus berupaya membuka pasar di kawasan Asia Selatan, TimurTengah, dan Afrika.
“Kami coba membuka pasar baru. Misalnya, Asia Selatan dengan populasi 2 miliar yang meliputi Pakistan, India, dan Bangladesh. Timur Tengah dengan populasi 500 juta jiwa, juga Afrika dengan populasi 1,4 miliar jiwa. Jadi, kita terus maksimalkan pasar tradisional dan kita garap pasar non tradisional,” ungkap Zulkifli.
Sebelumnya, pada TEI tahun 2022 membukukan transaksi sebesar USD 15,83 miliar atau sekitar Rp246,64 triliun. Nilai ini jauh melebihi target yang ditetapkan sebelumnya sebesar USD 10 miliar.
Secara rinci, capaian transaksi berasal dari transaksi produk sebesarUSD 15,28 miliar, transaksi investasi senilai USD 551,50 juta, dan remitansi jasa senilai USD 843,20 ribu.
Secara khusus, capaian berasal dari kegiatan penjajakan kesepakatan bisnis (business matching) yang mencatatkan transaksi dagang senilai USD 204 juta dan kegiatan penandatanganan kontrak dagang dan kesepakatan (MoU) senilai USD 12,79 miliar dengan buyers dari 31 negara.
Keberhasilan TEI 2022 merupakan upaya Kemendag untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara maju. Tidak mungkin Indonesia menjadi negara maju tanpa menguasai pasar dunia. Jika hanya pasar dalam negeri, Indonesia akan terjebak dalam jebakan pendapatan menengah.
Berdasarkan besaran nilai transaksi produk, terdapat lima negara dengan jumlah transaksi tertinggi. Negara tersebut yakni Tiongkok dengan nilai transaksi sebesar USD 10,78 miliar, India (USD 1,5 miliar), Jepang (USD 843,96 juta), Mesir (USD 492,04 juta), dan Filipina (USD 343,22 juta).
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag), Kasan mengatakan perlu adanya strategi untuk menghadapi tantangan perdagangan global. Keterkaitan kondisi perekonomian nasional dengan perekonomian global menjadi tantangan sekaligus peluang di sektor perdagangan.
Sehingga dalam hal ini Kemendag berupaya mengantisipasi dinamika perekenomian dunia dengan melakukan strategi dalam meningkatkan nilai tambah produk dan memperluas akses pasar ekspor.
NERACA Bengkulu – Guna menjaga ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Provinsi Bengkulu, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar rangkaian kegiatan misi dagang Indonesia ke Jepang pada 9—13 Juni 2025. Kegiatan misi…
NERACA Jakarta - Dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, program Apotek Desa menjadi salah…
NERACA Bengkulu – Guna menjaga ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Provinsi Bengkulu, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas…
NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelar rangkaian kegiatan misi dagang Indonesia ke Jepang pada 9—13 Juni 2025. Kegiatan misi…
NERACA Jakarta - Dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, program Apotek Desa menjadi salah…