Bisnis Makanan Olahan Ikan Semakin Menggiurkan

NERACA

Bisnis makanan olahan ikan semakin menggiurkan mengingat potensi sumber daya ikan Indonesia sangat berlimpah. Bisnis ikan olahan tersebut memberikan nilai tambah tersendiri yang siap merambah pasar ekspor.

Pemilik Dapur S'Best, Nindita Nareswari membidik peluang makanan olahan ikan sejak 2018. Ia merupakan seorang pengusaha wanita yang memproduksi aneka makananan olahan ikan asal Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

“Bisnis olahan berbahan baku ikan ini bisa dijadikan lahan usaha. Usaha ini cukup menggiurkan. Ini terbukti usaha saya terus meningkat dengan semakin banyak permintaan,” ungkap Nindita di Tangerang, Banten.

Dari bahan baku ikan, Dapur S'Best terus mengenalkan produknya kepada masyarakat. Produknya antara lain berupa aneka jenis pempek, makanan beku, shrimp roll, dan ebi furai. Tak hanya itu, produk olahan berbahan baku ikan tenggiri, seperti stik, kerupuk, dan amplang, juga dikembangkan.

“Produk olahan dengan bahan baku ikan tenggiri diolah tanpa pengawet makanan sehingga aman dikonsumsi untuk semua kalangan,” ujar Nindita.

Menurut Nindita, produk olahan pempeknya cocok dijadikan hamper. Dalam sebulan, ia mengaku bisa mengolah 500 kilogram (kg) bahan baku.

Nindita mengku, juga sudah mempunyai pemasok yang khusus sehingga bahan bakunya tidak masalah. Bahkan juga memiliki usaha bersama dengan teman usaha sejenis dengan membuat kelompok Huma Gawin Itah dimana dirinya sebagai ketuanya.

Tantangan dan InovasiDi Indonesia, banyak jenis produk olahan ikan serupa yang sudah sukses di pasar dan mempunyai banyak penggemar. Baginya, hal ini merupakah salah satu tantangan yang harus dihadapi. Agar usahanya terus maju.

Untuk itu, Dapur S'Best selalu berinvoasi dan membaca peluang-peluang pasar untuk memperkenalkan produknya.  Sehingga tetap rajin mengikuti berbagai pelatihan dan pameran, serta aktif di lokapasar untuk menjajakan berbagai aneka produk olahan ikannya.

Adapun untuk menjaga kualitas, produk Dapur S'Best dikemas dengan plastik yang memenuhi standar untuk makanan (food grade) yang divakum dan tahan untuk pengiriman ke luar kota selama enam hari. “Produk olahan dengan bahan baku ikan tenggiri, tanpa pengawet makanan, sehingga aman dikonsumsi untuk semua kalangan,” kata Nindita.

Sedangkan untuk pemasaran, Dapur S’Best memiliki beberapa resellerdi kota Palangka Raya dan beberapa Kabupaten di Kalimantan Tengah. Selain itu, Dapur S'Best juga memanfaatkan lokapasar (marketplace) Pasar Digital (PaDI) UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) untuk memasarkan produknya serta kerap mengikuti pameran, baik lokal maupun nasional.

"Permintaan sudah merambah ke sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Bahkan ada juga dari Sulawesi. Ini karena saya lakukan melalui online,"jelas Nindita.

Terkait dengan terus berkembangnya usaha oalahan perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pun menegaskan faktor penting untuk mencapai pembangunan kelautan perikanan yaitu dengan penerapan teknologi terbarukan, kesiapan sumber daya manusia agar usaha di sektor kelautan dan perikanan memiliki produktivitas tinggi, berdaya saing, dan efisien.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan input teknologi yang efisien, mutu produk yang terjamin, rantai sistem produksi yang efisien dari hulu hingga hilir dan sumber daya manusia yang kompeten.

Alhasil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil meningkatkan omzet pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) olahan ikan di Palangkaraya yang mengikuti program inkubasi hingga 15,83%.  Hal tersebut tidak terlepas dari program inkubasi bisnis inovasi produk kelautan dan perikanan (Inbis-Invapro KP).

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Reni Yanita menambahkan pengolahan ikan menjadi produk hilir diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari rantai pasok komoditas hasil perikanan, sehingga masyarakat tidak hanya menjual ikan mentah secara utuh, namun juga dapat mengolahnya menjadi produk turunan lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih besar, namun hal ini tentunya membutuhkan proses yang bertahap dan penuh tantangan.

“Para pelaku IKM (Industri Kecil dan Menengah) diharapkan dapat memberikan dampak yang saling menguntungkan dengan para nelayan, dimana pelaku IKM memiliki akses bahan baku yang terjangkau dan para nelayan juga mendapatkan konsumen tetap,” terang Reni.

Melihat hal ini maka harus diakui bahwa sektor perikanan khususnya pada komoditas produk ikan laut melibatkan banyak pelaku bisnis pada rantai pasoknya seperti nelayan, pengelola dermaga pelelangan, pedagang, jasa transportasi, hingga pelaku IKM olahan pangan.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Sapi Betina Solusi Ketergantungan Impor Daging

NERACA Jakarta –  Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong investasi untuk meningkatkan populasi sapi hidup di Indonesia…

KKP Buka Peluang Investasi di Sentra Garam Rote Ndao

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka peluang investasi untuk pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di…

Januari - Mei 2025, Total Transaksi Business Matching UMKM Tembus USD 68,65 Juta

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah  (UMKM) ke kancah perdagangan global. Penjajakan bisnis…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Investasi Sapi Betina Solusi Ketergantungan Impor Daging

NERACA Jakarta –  Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong investasi untuk meningkatkan populasi sapi hidup di Indonesia…

KKP Buka Peluang Investasi di Sentra Garam Rote Ndao

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka peluang investasi untuk pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di…

Januari - Mei 2025, Total Transaksi Business Matching UMKM Tembus USD 68,65 Juta

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah  (UMKM) ke kancah perdagangan global. Penjajakan bisnis…