HPE Produk Pertambangan Kena Bea Keluar Alami Fluktuasi - OKTOBER 2023

NERACA

Jakarta – Pada periode Oktober 2023, komoditas pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) kembali mengalami fluktuasi jika dibandingkan periode September 2023. Fluktuasi harga ini disebabkan tingkat  permintaan pasar dunia yang akhirnya berpengaruh pada penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE). 

Harga patokan tersebut ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1703 Tahun 2023  tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Produk Pertambangan Yang Dikenakan Bea Keluar pada 27 September 2023.

“Komoditas produk pertambangan yang dikenakan BK periode Oktober 2023 kembali mengalami fluktuasi harga jika dibandingkan periode sebelumnya. Fluktuasi harga terjadi setelah periode sebelumnya mayoritas komoditas pertambangan mengalami kenaikan," ungkap Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso.

Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga pada periode Oktober 2023 yakni konsentrat besi laterit (gutit, hematit, magnetit) (Fe ≥ 50 persen dan Al2O2 + SiO2 ≥ 10 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 51,63/WE atau naik 7,60 persen dan konsentrat timbal (Pb ≥ 56 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 924,16/WE (naik 5,35 persen).

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga yakni konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 3.235,91/WE (turun 0,77 persen) dan konsentrat seng (Zn ≥ 51 persen) dengan harga rata-rata sebesar USD 632,81/WE (turun 0,04 persen).

Sebelum penetapan HPE produk pertambangan periode Oktober 2023, Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta masukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku instansi teknis terkait.

Selanjutnya, Kementerian ESDM memberikan masukan setelah melakukan perhitungan data berdasarkan perkembangan harga yang diperoleh dari Asian Metal, London Bullion Market Association (LBMA), dan London Metal Exchange (LME).

Kemudian, penetapan HPE dilakukan pada rapat koordinasi antarinstansi terkait, yakni Kemendag,  Kementerian  ESDM, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Kemenko Bidang  Kemaritiman dan Investasi,  Kementerian Keuangan, serta Kementerian Perindustrian.

Lebih lanjut, terkait dengan tambang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai perlunya pengelolaan yang baik terhadap sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Salah satunya melalui peningkatan eksplorasi sumber daya cadangan Minerba, termasuk di dalamnya adalah potensi logam tanah jarang dan mineral kritis.

"Mineral kritis ini perlu kita highlight, karena mineral kritis ini termasuk nikel, di mana kita mempunyai cadangan terbesar di dunia. Kemudian kita juga punya tembaga, tanpa tembaga kita tidak bisa melistriki negeri kita. Kita juga punya bauksit yang bisa memproduksi alumunium yang bisa mendukung untuk kebutuhan industri kelistrikan. Tadi saya sampaikan kita ada logam tanah jarang, ini sedang kita upayakan karena potensinya cukup banyak, dan ini perlu kita lakukan eksplorasi untuk menentukan jumlah sumber daya," ujar Arifin.

Kementerian ESDM juga tengah melakukan pengembangan komoditas mineral, yaitu dengan meningkatkan nilai tambah komoditas, memperkuat struktur industri, dan meningkatkan peluang usaha dalam negeri, dengan tersedianya lapangan pekerjaan baru. Hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dilakukan antara lain untuk komoditas nikel, bauksit, dan timah. Larangan ekspor nikel, misalnya, telah dilakukan sejak 1 Januari 2020, sebagai penerapan Undang-Undang Minerba.

"Sumber daya alam kita ini suatu saat akan habis. Memang kita ini memiliki nikel, terbesar di dunia, namun kalau tidak kita kelola dengan baik, maka suatu saat akan habis. Kalau kita tidak manfaatkan dengan mendorong hilirisasinya, kita akan menjadi importir produk bahan jadi. Kalau kita lihat dari bijih nikel menjadi ferro nikel saja itu nilai tambahnya 4 kali lipat. Makanya sekarang kita lihat nilai devisa yang kita dapatkan dari ekspor produk jadi yang diproses berlipat demikian banyak dibandingkan sebelumnya. Yang perlu dikembangkan lagi adalah industri-industri selanjutnya, turunan dari bahan nikel ini, misalnya High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan menjadi nikel metal, kemudian baterai untuk listrik," jelas Arifin.

Selain nikel, produk turunan dari bauksit dan timah juga perlu dikembangkan. Menurut Arifin, tantangan saat ini adalah bagaimana menumbuhkembangkan industri turunannya, dengan meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri.

 

BERITA TERKAIT

Bersinergi Tingkatkan Produksi Udang untuk Penuhi Pasar

NERACA Labuan Bajo – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadwalkan pembangunan tambak udang modern di sejumlah wilayah Indonesia di tahun…

ODA Project Dorong Kemitraan UKM Korea dan UKM Indonesia

NERACA Jakarta - Lewat program Official Development Assistance (ODA) Project, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama INNOBIZ Association of Korea, telah…

Transaksi Harbolnas 2023 Ditargetkan Rp25 Triliun

NERACA Jakarta - Kementerian Perdagangan menargetkan nilai transaksi Rp25 triliun pada  gelaran Hari  Belanja  Online  Nasional  (Harbolnas)  2023  yang  diselenggarakan …

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Bersinergi Tingkatkan Produksi Udang untuk Penuhi Pasar

NERACA Labuan Bajo – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadwalkan pembangunan tambak udang modern di sejumlah wilayah Indonesia di tahun…

ODA Project Dorong Kemitraan UKM Korea dan UKM Indonesia

NERACA Jakarta - Lewat program Official Development Assistance (ODA) Project, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama INNOBIZ Association of Korea, telah…

Transaksi Harbolnas 2023 Ditargetkan Rp25 Triliun

NERACA Jakarta - Kementerian Perdagangan menargetkan nilai transaksi Rp25 triliun pada  gelaran Hari  Belanja  Online  Nasional  (Harbolnas)  2023  yang  diselenggarakan …