NERACA
Tidak sekedar mencari untung semata, sejatinya perusahaan dalam menjalankan bisnisnya harus sejalan dengan kepedulian terhadap lingkungan demi keberlanjutan usaha. Hal ini tengah menjadi tren akan pentingnya perusahaan menerapkan prinsip aspek lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and governance (ESG). Pasalnya, praktek ESG bukan hanya sekedar membangun citra perusahaan ataupun memenuhi kewajiban Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 51/2017 tentang pelaksanaan kewajiban laporan berkelanjutan, tetapi sebagai komitmen terhadap para investor ataupun mitra akan bisnis jangka panjang.
PT Blue Bird Tbk (BIRD), di usianya ke-51 terus berkomitmen membangun bisnis positif dengan selalu memperhatikan praktek ESG. Tengok saja, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi dan memiliki dampak besar terhadap emisi selalu terlibat aktif dalam pratek zero emisi karbon.
Apalagi menurut studi terbaru dari Air Quality Life Index (AQLI), polusi udara menurunkan angka harapan hidup orang Indonesia hingga 2,5 tahun. Dimana pencemaran polusi udara di sumbang emisi transportasi sebesar 26,64%. Angka ini terbesar kedua setelah industri produsen energi sebesar 43,83%. Disusul manufaktur dan konstruksi sebesar 21,64% dan sektor lainnya sebesar 4,13%.
Pengamat transportasi yang Ketua Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas mengatakan, emisi karbon terbesar saat ini dihasilkan oleh sektor transportasi, di mana kendaraan pribadi yang jumlahnya terus bertambah."Mengurangi emisi ini caranya beralih menggunakan angkutan umum, bersepeda atau berjalan kaki. Tetapi pemerintah wajib menyediakan sarana pendukungnya," ujarnya.
Berangkat dari hal tersebut, Blue Bird menjadi perusahaan taksi pertama di Indonesia yang menggunakan kendaraan ramah lingkungan, seperti taksi hybrid dan taksi listrik. Dalam upaya untuk mengurangi emisi karbon, Bluebird telah berkontribusi pada upaya pengurangan polusi di kota-kota besar di Indonesia karena penetrasi pasarnya yang luas.
Meski saat ini baru mengoperasikan 100 unit kendaraan listrik, namun kedepan akan terus ditambah menjadi sekitar 300-500 unit di 2023. Selain itu, perseroan juga akan melakukan restorasi dan penguatan armada sebanyak 6.000 kendaraan pada tahun ini. “Guna mendanai restorasi dan penambahan armada kendaraan listrik, perseroan menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun,”kata Direktur Utama Blue Bird, Andre Djokosoetono.
Andre menyebutkan bahwa Blue Bird saat ini memiliki visi utama, yakni menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Karena penggunaan kendaraan listrik akan menurunkan biaya operasional dan emisi karbon."Manfaat lain adalah zero emission. Jadi walaupun mahal, kita akan utilisasikan lebih efektif dengan kendaraan lain, sambil kita belajar menambah unit dan mendapatkan profit yang baik," ujar dia.
Bintarti A Yulianto, selaku VP Teknik Blue Bird membenarkan, penggunaan kendaraan listrik menekan biaya operasional karena perawatan cenderung lebih murah. Sebab, mobil listrik tidak memiliki banyak komponen yang diperlukan untuk diganti secara berkala.
Pihaknya menghitung-hitung, bisa hemat 30%, termasuk dengan penggunaan daya listrik."Kalau kita proyeksikan, itu akan menghemat 30% lebih hemat dibandingkan dengan combustion engine. Ini termasuk dengan pemakaian listrik, itu sudah kita hitung," ungkap dia.
Pasang Panel Surya
Invetasi Blue Bird untuk praktek bisnis ESG, tidak hanya sekedar pengadaan kendaraan listrik tetapi juga infrastrukturnya. Teranyar, perseroan mengimplementasikan penggunaan energi baru terbarukan dengan mengoptimalkan panel surya pintar dengan daya sebesar 215,6 kWp yang diproyeksikan dapat mereduksi lebih dari 2.000 ton emisi karbon per tahun.
Kata Andre, inisiatif perusahaan dalam menggunakan energi surya merupakan salah satu upaya perbaikan kualitas lingkungan yang telah lebih dulu dilakukan dengan adopsi kendaraan ramah lingkungan dan implementasi inisiatif 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
“Inisiatif implementasi panel surya telah kami rencanakan sejak peluncuran visi keberlanjutan perusahaan pada tahun lalu yang bertepatan pada hari bumi. Kami menyadari bahwa pengurangan emisi untuk menjadikan kualitas udara lebih sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan transisi energi bersih dengan memanfaatkan cahaya matahari yang kami proyeksikan dapat menekan 2.000 ton emisi karbon per tahun,” ungkap Andre.
Peluncuran sistem panel surya bagi perusahaan ini didukung oleh melimpahnya sumber daya energi terbarukan di Indonesia dengan energi surya yang tak terbatas. Disamping itu, misi pengurangan emisi karbon oleh Bluebird pun sejalan dengan upaya pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam yang tertuang pada Peraturan Presiden No. 55/2019 tentang Kebijakan Energi Nasional tahun 2019 yang menargetkan campuran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Andriah Feby Misna menyampaikan apresiasinya kepada Bluebird dan SUN Energy atas upaya dalam mendukung transisi ke sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan.
Dirinya berharap, kedepannya Bluebird dapat mengaplikasikan panel surya tidak hanya di kantor pusat tetapi juga di bangunan lainnya, sehingga dapat mendukung Indonesia bebas emisi pada tahun 2030. Sementara Direktur Utama SUN Energy, Roy Wijaya mengungkapkan, kerja sama bersama Bluebird merupakan jangka panjang dan aksi nyata Bluebird dapat menginspirasi para pelaku industri lainnya untuk memulai langkah keberlanjutannya melalui pemilihan sumber energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan.
Selain peduli lingkungan, Bluebird juga terlibat dalam berbagai inisiatif sosial yang mendukung masyarakat. Seperti telah meluncurkan program pendidikan dan pelatihan untuk sopir taksi, meningkatkan keterampilan dan kesejahteraannya. Kemudian, Bluebird juga turut berpartisipasi dalam program keselamatan jalan raya, kampanye kesadaran lingkungan, serta bantuan korban bencana alam. Bluebird Group menjadi contoh nyata perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan.
Praktek ESG yang telah dijalankan Blue Bird Group memberikan dampak positif terhadap performance kinerja saham dan juga keuangan. Perseroan membukukan laba tahun 2022 sebesar Rp 358,35 miliar atau naik tajam 4.545,5% dari periode yang sama pada 2021 yaitu Rp 7,71 miliar. Seiring dengan meningkatnya laba, pendapatan Blue Bird juga meningkat 61,65% menjadi Rp 3,59 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 2,22 triliun.
Wakil Direktur Utama Blue Bird, Sigit Djokosoetono menjelaskan, pencapaian kinerja positif 2022 menunjukkan bahwa Bluebird telah melakukan strategi penyesuaian yang tepat dalam melaksanakan pengelolaan pengeluarannya. "Sehingga Bluebird mampu menciptakan sistem operasi yang lebih efisien sejalan dengan dinamika yang terjadi tanpa mengorbankan kualitas layanan kepada penumpang," kata Sigit.
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Melengkapi fasilitas kesehatan bagi penghuninya dan juga menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan berkualitas di Kota Bekasi, Rumah Sakit Permata…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Melengkapi fasilitas kesehatan bagi penghuninya dan juga menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan berkualitas di Kota Bekasi, Rumah Sakit Permata…
NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…