Pertamina Komit Capai NZE

NERACA

Tokyo – Pertamina berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan mengembangkan peta jalan dekarbonisasi aset dan pembangunan bisnis hijau (green business building).

Komitmen Pertamina tersebut disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi D. Saputra ketika menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan Nikkei Forum 28th "Future of Asia", di Tokyo. 

Dalam sesi diskusi panel bertajuk "Asia's GX (green transformation) changes the world", Salyadi menyampaikan mengenai upaya yang dilakukan Pertamina dalam rangka dekarbonisasi. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2060.

"Indonesia saat ini memberikan perhatian lebih terhadap climate change, termasuk Pertamina. Kami melakukan upaya dekarbonisasi, yang dipetakan dalam roadmap dekarbonisasi yang terdiri dari  dua pilar yaitu decarbonization dan new business building untuk renewable energy," ujar Salyadi.

Saat ini kontribusi revenue dari fossil fuel Pertamina masih sekitar 82%. Diharapkan dengan bisnis baru di bidang renewable, Pertamina diharapkan dapat menurunkan kontribusi tersebut menjadi 60 % di tahun 2030 hingga 30-35 % di tahun 2060 mendatang. 

Untuk aspek new business building, melalui subholdingnya, Pertamina berupaya mengeksplor sumber daya energi baru yang diharapkan dapat memberi lebih banyak kontribusi revenue.

"Pertamina memiliki kewajiban untuk memastikan energi bagi masyarakat available (tersedia), affordable (terjangkau) dan reliable (dapat diandalkan). Hal Inilah yang perlu kami seimbangkan bagaimana kami bisa menciptakan energy security, juga melakukan konversi ke green energy sources. Ini merupakan tantangan untuk kami, tapi kami telah mengidentifikasi apa saja yang bisa kami lakukan," jelas Salyadi.

Dekarbonisasi Bisnis dan efisiensi energi Pertamina, diantaranya melalui pembangkit listrik ramah lingkungan, losses reduction, elektrifikasi armada, elektrifikasi peralatan statis, Carbon Capture Storage (CCS) dan low carbon fuel for fleets. 

Adapun bisnis baru Pertamina meliputi Energi Terbarukan, EV charging and swapping, Hidrogen Biru/Hijau, Nature-Based Solutions, Baterai dan EV, Biofuel, CCS/CCUS terintegrasi, dan Carbon Market Business.

Lebih lanjut terkait dengan NZE, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA) merumuskan peta jalan (roadmap) NZE sektor energi Indonesia di tahun 2060. Bukti ini merupakan perwujudan komitmen Indonesia sebagai bagian dari komunitas global dalam aksi mitigasi perubahan iklim.

"Apresiasi tinggi saya kepada IEA atas hasil kolaborasi dalam pembuatan trajectory aksi mitigasi yang tepat tidak hanya di sektor listrik, tetapi juga di sektor permintaan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Hasil pemodelan Indonesia dan IEA, sambung Arifin, kedua belah pihak telah berhasil mengidentifikasi beberapa aksi mitigasi, diantaranya pengembangan energi terbarukan secara masif dengan fokus pada solar, hidro dan panas bumi, penghentian bertahap (phase down) Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (PLTU), penggunaan teknologi rendah emisi seperti pengembangan super grid untuk meningkatkan konektivitas dan Carbon, Capture, Utilization, adn Storage (CCS/CCUS), konversi kendaraan listrik dan penerapan peralatan efisiensi energi untuk sektor industri, transportasi dan bangunan serta penggunaan energi baru seperti nuklir, hidrogen, dan amonia.

Di samping itu, pemerintah menegaskan bahwa tambahan pembangkit listrik setelah tahun 2030 hanya berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT). "Mulai tahun 2035 akan didominasi oleh Variable Renewable Energy (VRE), sedangkan pembangkit listrik tenaga nuklir akan masuk sistem pada tahun 2049," jelas Arifin.

Menurut Arifin, teknologi dan inovasi adalah tantangan bersama dalam mewujudkan energi bersih yang lebih mudah diakses dan terjangkau. "Kerja sama dan solusi teknologi sangat penting untuk mendekarbonisasi sektor dan industri listrik. Kita perlu memprioritaskan penelitian, pengembangan, dan penerapan untuk teknologi generasi berikutnya," jelas Arifin.

Arifin pun mengakui, dukungan dan kerjasama dunia nternasional sangat dibutuhkan. "Setiap orang memiliki akses untuk berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau. Untuk itu, ketersediaan dan akses teknologi dan pembiayaan harus terbuka lebar bagi semua negara," ungkap Arifin.

 

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…