NERACA
Jakarta - Penetrasi asuransi syariah di Indonesia masih rendah, padahal Indonesia merupakan pemeluk agama islam terbesar di dunia. Jangankan soal asuransi syariah, asuransi konvensional juga masih tergolong kecil. Indeks literasi dan inklusi keuangan Syariah, yang baru mencapai 9,14% di 2022 untuk literasi, dan 12,12% untuk inklusi. Sementara indeks literasi dan inklusi keuangan umum masyarakat Indonesia mencapai 49,68% dan 85,10% di tahun yang sama.
Komisaris Prudential Syariah Bambang Brodjonegoro mengungkapkan setidaknya ada dua hal yang membuat penetrasi asuransi syariah di Indonesia cukup rendah. "Pertama, pemahaman mengenai risiko itu masih rendah. Bahkan ahli manajemen risiko masih sangat terbatas, terlebih dilingkungan keluarga. Risiko masa depan belum menjadi perhitungan bagi unit keluarga," kata Bambang dalam Milad Prudential Syariah ke 1 di Jakarta, Rabu (5/4).
Faktor kedua, kata Bambang, daya beli masyarakat juga masih rendah. "Income perkapita sebesar US$4.000. Kelompok ekonomi menengah kebawah juga cukup mendominasi sehingga asuransi belum menjadikan kebutuhan primer. Akan tetapi jika income perkapitanya naik maka pemahaman juga akan semakin meningkat," tukasnya.
President Director Prudential Syariah Omar.S Anwar menyampaikan bahwa pihaknya telah membuat blueprint yang berisikan informasi mengenai asuransi syariah dan bisa diakses oleh siapapun. "Kami membangun syariah knowledge center untuk menjadi wadah yang berfokus pada pilar informasi, literasi, inovasi, dan kolaborasi," jelasnya.
Terkait dengan GDP yang masih rendah, Prudential Syariah juga telah menyiapkan produk PruTect Care dengan premi hanya Rp8.000 per bulan yang tersedia di aplikasi Pulse. "Kita memang membuat perlindungan khusus yang lebih luas agar bisa dijangkau," jelasnya.
Dalam satu tahun perjalanannya, Pudential Syariah fokus membantu keluarga Indonesia berikhtiar menghadapi berbagai risiko dengan solusi perlindungan Syariah. Sebagai bentuk amanah kepada para pesertanya, Prudential Syariah telah membayarkan klaim sebesar Rp1,7 triliun sepanjang 2022. Pembayaran klaim ini meliputi klaim untuk manfaat kesehatan serta asuransi jiwa.
Omar sangat bersyukur mendapatkan kepercayaan dari keluarga Indonesia untuk memberikan akses perlindungan yang komprehensif dan sesuai kebutuhan para peserta selama lebih dari 16 tahun jejak Unit Usaha Syariah berdiri. "Kami berterima kasih kepada regulator, mitra bisnis, pesertaan seluruh pemangku kepentingan yang turut mendukung Prudential Syariah dan memperkuat posisinya sebagai perusahaan asuransi jiwa Syariah terkemuka di Indonesia," jelasnya.
Sejak spin-off, Prudential Syariah membukukan total aset sebesar Rp 6,7 triliun dan mencatatkan risk-based capital (RBC) Dana Tabarru sebesar 249% yang menandakan bahwa Perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dengan angka RBC yang melebihi ketentuan minimal target yang ditetapkan oleh regulator.
Prudential Syariah menempati posisi pertama sebagai perusahaan asuransi jiwa Syariah dengan market share dana tabarru sebesar 39%, serta market share dari sisi aset sebesar 21%. Prudential Syariah juga memiliki lebih dari 160 ribu mitra bisnis berlisensi syariah terbesar di industri untuk membantu para peserta dalam merencanakan kebutuhan solusi proteksi berbasis Syariah.
“Kami bersyukur menjadi bagian dari keluarga Indonesia dan mengiringi langkah mereka mencapai keberkahan terbaik dalam kehidupan. Di sepanjang 2022, Prudential Syariah telah berhasil menjadi brand asuransi jiwa Syariah yang dipilih dan dikenal oleh masyarakat. Kami akan terus yakin melangkah menjadi perusahaan yang berkah, halal, dan amanah,” ungkap Lailatul Mauliyah Zubaidah, Head of Marketing, Customer and Corporate Communications Prudential Syariah.