Dekan FK-UPNJ: Makna Iman Dalam Sehatnya Otak Manusia - Diskusi Bedah Buku Dr. dr. Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes., M.Pd.I

NERACA

Jakarta - Dalam rangka implementasi 11 arah transformasi UPN “Veteran” Jakarta dan kontribusi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta dalam pengembangan kurikulum Fakultas Kedokteran di tanah air, Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta (FK-UPNVJ) telah menyelenggarakan diskusi dan bedah buku dengan judul Iman dalam Otak Manusia “Memaknai Dinamika Iman, Moral, dan Etika dalam Kesehatan” karya Dr. dr. Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes., M.Pd.I.

Demikian rangkuman bahan dan keterangan yang diperoleh NERACA pada diskusi bedah buku karya Dekan FK-UPNJ yang juga diselenggarakan jelang awal Ramadhan 1444 H, Maret 2023 di Auditorium Mulyono Soedirman,Gedung Wahidin Soedirohusodo Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta..

Menurut bahan dan keterangan. yang diperoleh NERACA‎ dalam Executive Summary MELETAKKAN SPIRITUALITAS DALAM ILMU KEDOKTERAN.“Manusia adalah makhluk fisik dengan tumpangan elemen mental dan spiritual,” demikian kira kira paradigma ilmu kedokteran yang ada hingga saat ini. Paradigma ini menjiwai semua implementasi ilmu kedokteran. Akibatnya, dalam benak seorang dokter atau tenaga kesehatan, fisik menjadi elemen utama dari semua penatalaksanaan penyakit dan kesehatan.

"Orang disebut sehat—terutama jika fisiknya sehat. Indikatornya adalah hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan alat canggih lain, yang memenuhi standar bernama “normal”. ‘Normal” sendiri bukannya tanpa masalah maknawi. Meski tidak secara serius—dalam arti secara metodologis dan epistemologis—ilmu psikiatri dan bidang public health ada sedikit memberi ruang bagi elemen mental dan spiritual. Namun, ruang itu sendiri secara gagap dan ragu dimanfaatkan oleh para psikiater dan dokter public health," demikian dikemukakan dalam bahan keterangan yang diperoleh NERACA  

Dikemukakan, ‎alih-alih memberikan perhatian positif-optimis, ilmu psikiatri lebih banyak melihat spiritualitas (dan agama) terkait dengan gangguan jiwa psikotik. Disisi lain, kemajuan-kemajuan dalam elaborasi dan penelitian fisik manusia tidak diikuti dengan elaborasi yang sama dalam soal elemen mental dan spiritual. Apalagi dalam soal implementasi penatalaksanaan penyakit. Riset-riset kedokteran jauh lebih banyak memberikan pengakuan pada hasil penelitian fisik.

Dikatakan pula, bahwa‎ bersyukur, makin hari makin “kesini" riset-riset tentang kesehatan spiritual makin meningkat.

"Jika kita gunakan kajian bibliometrik, maka akan nampak kemajuan signifikan dalam riset soal spiritual. Terutama dalam 10 tahun terakhir (kajian Bibliometrik untuk soal ini diuraikan dalam buku “Iman dalam Otak”). Dan, Pandemi COVID-19 bahkan membuktikan bahwa elemen spiritual menjadi sangat penting peranannya. Dengan mesin pencari Google diketahui bahwa pencarian kata “Allah”, “Tuhan”, “Alkitab”, “alquran”, dll, meningkat 600 kali (juga diuraikan dalam buku “iman dalam otak manusia”).

Dijelaskan dalam buku karya Dekan FK-UPNVJ, bahwa bagi Indonesia ada hal yang menarik; yakni UU Kesehatan Nomor 36/2009 telah menyebutkan spiritualitas sebagai bagian dari definisi “sehat”. "Artinya, selain kesehatan fisik, kesehatan mental dan sosial, ada juga kesehatan spiritual. Harus diakui, tidak ada implementasi konkrit, baik dalam pendidikan kedokteran maupun pelayanan, terkait dengan kesehatan spiritual," menurut Dekan FK-UPNVJ, Dr.dr.Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes., M.Pd.I :

Padahal, lanjutnya, terlepas dari adanya UU Kesehatan itu, penduduk Indonesia tak terkecuali para dokter dan nakes adalah mereka yang mengakui adanya Tuhan dan memiliki keimanan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tidak banyak, bahkan cenderung tidak ada, dokter yang melibatkan keimanannya dalam penatalaksanaan penyakit. Mengutip sejumlah riset, ada kl 1/3 pasien yang membutuhkan pendekatan spiritual dalam menatalaksana penyakit mereka, dan 2/3 di antaranya berkeinginan agar dokter bertanya soal spiritual ketika mereka mengunjungi pasien.

Kemajuan teknologi saat ini makin memperkuat paradigma tubuh (positivisme-empirisme) dalam ilmu kedokteran.

Kemudian juga dikemukakan, ‎sejumlah ahli memprediksi bahwa ini menjadi awal datangnya senja kala dalam ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran canggih boleh jadi membuat manusia menjadi “normal”, tapi belum tentu menjadi “sehat”. Karena sehat melibatkan aspek spiritualitas manusia.

Menurutnya, Jangan heran—di satu sisi—kita mendapati orang orang yang tubuhnya normal (fisik, lab, radiologi, dll), tapi memiliki mentalitas yang jahat, bengis, kejam, tidak jujur, tidak adil, dan tidak bahagia. Artinya, ilmu kedokteran yang seharusnya bisa menjangkau ini secara lebih baik, kemudian terbukti belum bisa.

Dan, ‎mementingkan kehidupan fisik belaka bukannya tanpa konsekuensi apa apa. Karena, anggapan manusia sebagai kumpulan tulang, saraf dan pembuluh darah, memiliki konsekuensi pengabaian kehidupan mental dan spiritual.

Ilmu Kedokteran tergolong istimewa. Karena, (mungkin) menjadi satu satunya ilmu yang dapat menyentuh tubuh manusia secara langsung. Mengiris dan memotong sangat dibolehkan dalam ilmu kedokteran kalau itu untuk kepentingan kenormalan pasien.

Dijelaskan,‎ memegang yang “tidak boleh” pun dapat dibolehkan dalam ilmu kedokteran. Peranan ilmu ini sungguh luar biasa membawa manusia lebih dari sekadar “normal”, tapi juga “sehat”.

Singkat cerita, menurut Dekan DR.Taufiq, kesehatan spiritual berkontribusi dalam 3 hal :1) memperbaiki kesehatan mental. Riset membuktikan ini., 2) sumber bagi etika kedokteran. Mereka yang sehat secara spiritual akan memiliki perilaku jujur, adil, empatik, dll.

‎Dan, Dokter yang sehat secara spiritual akan memiliki perilaku etis yang baik yang berimplikasi dalam praktik kliniknya, dan 3) membedakan penderita psikotik dan penempuh jalan spiritual (disebut mistikus).

Di klinis, psikiatri sekalipun, masih tergagap mendiagnosa halusinasi dan waham yang dialami penderita psikotik dan mistikus. Kerap terjadi, seorang mistikus disebut “orang gila” dan “orang gila” disebut mistikus.

Inilah 3 hal yang akan dibahas dalam bedah buku “Iman dalam otak manusia”. Demikian Bahan dan keterangan dari  FK-UPNVJ.

Yang diundang dalam diskusi Bedah Buku tersebut diantaranya adalah: 1. Dr. Drs. Anter Venus, MA.Comm (Rektor UPN “Veteran” Jakarta); 2. Letnan Jenderal TNI dr. A. Budi Sulistya, Sp.THT-KL (K)., M.A.R.S (Kepala Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto); 3. Dr. dr. Muhammad Adib Khumaidi Sp. OT (Ketum PB IDI); 4. Ketua MKEK PB IDI; 5. Dekan FK UI; 6. Dekan FK Yarsi:; 7. Dekan FK Trisakti; 8. Dekan FK Untar; 9. Dekan FK UIN Jakarta; 10. Dekan FK Uhamka; 11. Dekan FKIK Unika Atmajaya; 12. Dekan FK Gunadarma;13. Dekan FKIK UKRIDA; 14. Dekan FKK Muhammadiyah Jakarta; 15. Direktur RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan; 16. Kepala Bagian Psikiatri FK UI;

Juga diundang: 17 .Prof. DR. Drs. Achmad Syahid M.Ag; 18. Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin M.Sc; 19. Prof DR dr Budhi Wiweko Sp. OG M.PH; 20. Prof. DR. dr. Fachmi Idris MKes; 21. Prof DR. dr. Fasli Djalal Sp. GK Ph.D; 22. Prof Taruna Ikrar M.Pharm PhD; 23. Prof. DR. H Zaenuddin Maliki M.Si; 24. Prof Dr. dr Aris Sudijanto Sp KJ (K) (Ketua Kolegium Psikiatri Indonesia); 25. Prof. Hening Laswati Putra Sp.KFR (K) (Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik); 26. dr. Mahmud Gaznawie Ph.D Sp.PA (Ketua Kolegium Dokter Indonesia); 27. Brigjen TNI (Purn) Dr. Sudarto, SH, M.Kn, MH; 28. dr. Isa Multazam Noor SpKJ (K) (Ketua Seksi Religi Spiritualitas & Psikiatri PDSKJI); 29. Dr. Alfan Alfian M MSi; 30.Dr. Andik Matulessy M.Si (Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia).

Juga: 31.Dr.  Baban Sarbana; 32. Dr. Bagus Riyono, M.A (Presdident International Association of Muslim Psychologist); 33. Dr. dr Fidiansjah SpKJ; 34. Dr. Ghazi Saloom MSi; 35. Dr. Isa Multazam Nur Sp. KJ; 36. Dr. Imam Harianto SH, MH 37. Dr. Mahesa Paranadipa MH (Ketua MHKI); 38. Dr. Mansur M.Si; 39. Dr. Nirwan Satria Sp.An; 40. Dr. Tifauzia Tyassuma MSc; 41. Ns. Desmawati, M.Kep, Sp. Kep. MAT.MED Ph.D; 42. Galang Lufityanto M.Si, Ph.D; 43. Akmal Nasery Basral; 44. Ary Ginanjar Agustian; 45. Dra. Aniek Irawatie, M.Si.; 46. H Asep Mahfudin; 47. Ir. Iswahyuni MM; 48. Sufrin Hanan‎ dan 49. Firdaus Baderi SE Pemimpin Redaksi Harian Ekonomi NERACA‎.

Demikian bahan ‎keterangan dalam diskusi Bedah Buku‎ Karya Dr.dr.Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes M.Pd.I, yang diperoleh NERACA dari FK-UPNVJ Wakil Dekan Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan, dr.Erna Harfiani, M.Si. Dasmir

 

BERITA TERKAIT

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…

Ketua Umum Relawan Ndaru Aditya Yusma Berkunjung ke Wamen Ketenagakerjaan, Ir. Afriansyah Noor, M.Si, IPU: Membangun Sinergi untuk Kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia (PMI)

NERACA Jakarta - Hari Kamis ini, tanggal 25 April 2024, di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, terjadi pertemuan silaturahmi yang berkesan antara…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…

Ketua Umum Relawan Ndaru Aditya Yusma Berkunjung ke Wamen Ketenagakerjaan, Ir. Afriansyah Noor, M.Si, IPU: Membangun Sinergi untuk Kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia (PMI)

NERACA Jakarta - Hari Kamis ini, tanggal 25 April 2024, di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, terjadi pertemuan silaturahmi yang berkesan antara…