Wisata Medis Jadi Sorotan, Begini Cara Agar RS di Indonesia Mampu Memanfaatkannya

 

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Ir. Mohammad Hamsal menyampaikan bahwa ada masalah dalam pengelolaan RS di Indonesia, apalagi berbicara soal wisata medis. "Layanan unggulan mesti jadi ciri khas dalam wisata medis. Misalnya Thailand dengan operasi kelamin, Korea Selatan dengan operasi kecantikan. Semestinya Indonesia harus memiliki spesifikasi khusus agar bisa jadi daya tarik untuk wisata medis," katanya. 
Dr. Sri Bramantoro Abdinagoro, S.T., M.M. selaku ko-promotor dan Deputy Head of Doctor of Research in Management BINUS Business School menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Dr. dr. Ediansyah ini bisa dikatakan sebagai salah satu usaha untuk 
mendukung keberlanjutan atau sustainability. 
Keberlanjutan sendiri bisa diartikan sebagai sebuah perkembangan yang dapat memenuhi kebutuhan di masa sekarang tanpa memberikan kompromi terhadap pemenuhan kebutuhan di generasi mendatang. Dalam hal ini, keberlanjutan dapat dikaitkan pada tiga bidang yang berbeda, yaitu bidang kesejahteraan ekonomi, sosial, serta lingkungan.
“Seorang doktor, selain mengkaji dan paham akan bidang keilmuannya dalam hal ini ilmu 
manajemen, pada umumnya memang dibutuhkan untuk mengembangkan solusi yang inovatif terhadap berbagai permasalahan di masyarakat dalam ketiga bidang tersebut. Dengan menempuh  pendidikan doktor, penelitian Dr. dr. Ediansyah dapat memberikan kontribusi dalam keberlanjutan pembangunan di bidang sosial yang tidak hanya berguna di masa sekarang, tapi hingga puluhan tahun ke depan atau bahkan selamanya,” ujarnya. 

 

 

NERACA

Jakarta - Dalam peresmian salah satu Rumah Sakit (RS), Presiden Joko Widodo menyoroti soal wisata medis yang membuat potensi kehilangan devisa Indonesia mencapai Rp165 triliun per tahunnya. Padahal, jika dilihat datanya, banyak RS di Indonesia memiliki akreditasi ataupun kelas internasional. Hal inilah yang diungkap oleh dr. Ediansyah, M A.R.S, M.M, dalam penelitian disertasinya yang berjudul "Pengaruh dan Anteseden Kemampuan Berjejaring terhadap Kinerja Rumah Sakit yang Dimoderasi oleh Ekosistem Wisata Medis dan Dinamika Lingkungan Eksternal" yang dipaparkan sidang Promosi Doctor of Research in Managment (DRM) Binus Business School di Jakarta, Sabtu (11/3). 

Dalam paparannya, dr. Ediansyah menyampaikan Indonesia memiliki 374 rumah sakit kelas A dan B yang terakreditasi paripurna/internasional serta memiliki destinasi wisata kelas dunia. “Tujuan utama dari disertasi ini adalah mengkaji secara empiris dan memberikan solusi bagi peningkatan kinerja rumah sakit dalam layanan wisata medis melalui pengembangan kemampuan berjejaring dan peranan dari ekosistem sehingga mampu menahan masyarakat Indonesia tidak berobat ke luar negeri,” jelas dr. Ediansyah.  

dr. Ediansyah mengkaji bagaimana kinerja rumah sakit ipengaruhi oleh berbagai faktor melalui pengembangan kemampuan  networking serta peran dari ekosistem dalam wisata medis. Untuk mendukung penelitiannya, promovendus mengumpulkan data secara online melalui kuesioner yang dibagikan kepada direktur rumah sakit kelas A dan B yang terakreditasi, baik nasional maupun internasional.

Menurut dr. Ediansyah, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan berjejaring, orientasi pasar serta integrasi sumber daya berpengaruh positif terhadap kinerja rumah sakit. Penelitian ini juga membuktikan adanya hubungan dari tiap faktor kepada satu sama lain, dibantu dengan beberapa faktor lainnya. Salah satunya adalah bagaimana ekosistem wisata medis dapat memperkuat hubungan antara kinerja rumah sakit dengan kemampuan berjejaring.

Yang paling penting, kata dia, pendapat membentuk wadah bagi stakeholder ekosistem wisata medis dan memberikan insentif kepada rumah sakit. "Selain itu Pemerintah bisa membentuk Indonesia Health Tourism Board yang beranggotakan stakeholder rumah sakit, kementerian kesehatan, kemenparekraf dan berbagai pihak sehingga ada kesamaan visi dan misi," jelasnya.

Ia juga mengungkap bagaimana mahalnya biaya rumah sakit di Indonesia yang kerap dikeluhkan para pasien. "Di Indonesia, untuk alat alat kesehatan dan medis itu dikenakan pajak barang mewah sehingga alat-alat medis jadi mahal. Hal ini berbanding terbalik dengan negara lainnya sehingga biaya disana jauh lebih pasti. Maka dari itu, kita juga meminta agar RS diberikan insentif," ungkap Ediansyah yang juga pengurus dalam perhimpunan rumah sakit.

dr. Ediansyah juga memberikan beberapa saran agar Indonesia bisa memanfaatkan wisata medis. Untuk RS, dr Ediansyah menyebutkan bahwa seluruh RS di Indonesia harus berjejaring. Kedua, faktor SDM yang perlu diperbaiki dengan cara memberikan pelatihan komunikasi bagi seluruh tenaga kesehatan. Ketiga, RS di Indonesia harus memiliki layanan unggulan dan keempat transformasi digital sehingga layanan akan lebih efektif. 

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Ir. Mohammad Hamsal menyampaikan bahwa ada masalah dalam pengelolaan RS di Indonesia, apalagi berbicara soal wisata medis. "Layanan unggulan mesti jadi ciri khas dalam wisata medis. Misalnya Thailand dengan operasi kelamin, Korea Selatan dengan operasi kecantikan. Semestinya Indonesia harus memiliki spesifikasi khusus agar bisa jadi daya tarik untuk wisata medis," katanya. 

Pendidikan Keberlanjutan

Dr. Sri Bramantoro Abdinagoro, S.T., M.M. selaku ko-promotor dan Deputy Head of Doctor of Research in Management BINUS Business School menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Dr. dr. Ediansyah ini bisa dikatakan sebagai salah satu usaha untuk mendukung keberlanjutan atau sustainability. 

Keberlanjutan sendiri bisa diartikan sebagai sebuah perkembangan yang dapat memenuhi kebutuhan di masa sekarang tanpa memberikan kompromi terhadap pemenuhan kebutuhan di generasi mendatang. Dalam hal ini,bkeberlanjutan dapat dikaitkan pada tiga bidang yang berbeda, yaitu bidang kesejahteraan ekonomi, sosial, serta lingkungan.

“Seorang doktor, selain mengkaji dan paham akan bidang keilmuannya dalam hal ini ilmu manajemen, pada umumnya memang dibutuhkan untuk mengembangkan solusi yang inovatif terhadap berbagai permasalahan di masyarakat dalam ketiga bidang tersebut. Dengan menempuh  pendidikan doktor, penelitian Dr. dr. Ediansyah dapat memberikan kontribusi dalam keberlanjutan pembangunan di bidang sosial yang tidak hanya berguna di masa sekarang, tapi hingga puluhan tahun ke depan atau bahkan selamanya,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…