Peningkatan Produksi Buah Lokal Mendorong Ekspor

NERACA

Bekasi – Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi buah-buahan nusantara terus mengalami peningkatan. Pada 2021 mencapai 25,96 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 5,4% dibandingkan produksi 2020 sejumlah 24,63 juta ton. Komoditas dengan jumlah produksi terbesar adalah pisang (8,74 juta ton/33,67%), nanas (2,89 juta ton/11,13%), mangga (2,84 juta ton/10,94%), jeruk siam (2,4 juta ton/9,24%), dan durian (1,35 juta ton/5,2%).

“Kondisi kenaikan produksi buah lokal memberikan peluang untuk peningkatan ekspor dan juga substitusi impor, mengingat permintaan akan buah lokal juga meningkat sejak pandemi Covid-19. Dalam hal ini adalah buah yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan memberikan manfaat kesehatan,” jelas  Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud.

Menurut Musdhalifah, harapan ke depan adalah terjadinya peningkatan produksi buah yang sejalan dengan peningkatan konsumsi buah masyarakat. “Situasi itu akan mendorong petani lebih semangat berbudidaya, dan juga akan dapat meningkatkan pendapatannya dengan memproduksi buah sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Musdhalifah.

Lebih lanjut, pada tahun 2021, nilai ekspor industri pengolahan hortikultura, yang di dalamnya termasuk industri pengolahan buah, mencapai USD383 juta. Nilai tersebut meningkat 22,79% dibanding tahun sebelumya sebesar USD312 juta.

“Beberapa industri pengolahan buah sudah berorientasi ekspor semenjak awal mula berdiri. Bahkan, pada tahun 2021 nilai ekspor industri agro mencapai USD64,55 miliar, yang di antaranya juga disumbang oleh industri pengolahan buah,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika.

Saat ini, di Indonesia terdapat enam industri pengolahan buah antara skala kecil dan menengah, dengan total kapasitas produksi sebasar 5.500 ton/ tahun. Sementara itu, di sektor hilirnya, terdapat 41 perusahaan dengan total kapasitas produksi mencapai 430.000 ton/tahun.

Putu pun mengungkapkan, industri pengolahan buah dalam negeri diyakini sudah mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri terutama dari segi kualitas. Hal ini karena industri buah didalam negri telah mengembangkan pasarnya ke beberapa negara tujuan ekspor seperti Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.

Bahkan, industri pengolahan buah dalam negeri pada umumya sudah bermitra dengan kelompok petani atau koperasi buah lokal untuk mendapatkan bahan bakunya. Kemitraan merupakan salah satu bentuk upaya industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku, meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya lokal serta ikut berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani.

“Kami dari pemerintah mendorong industri pengolahan buah dalam negeri untuk menjalin kemitraan dengan petani lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung program substitusi impor,” harap Putu.

Selain itu, produk pengolahan buah memiliki peluang potensi yang cukup besar. Sehingga dengan volume produksi buah segar yang besar, dapat diproses menjadi produk antara untuk memenuhi kebutuhan sektor hilir dalam rangka mengurangi impor.

Kemudian potensi buah dalam negeri dengan jumlah produksi yang sangat besar perlu diolah lebih optimal, antara lain pisang dengan jumlah produksi 7,2 juta ton/tahun, mangga (2,6 juta ton), jeruk siam (2,4 juta ton), nanas (1,8 juta ton), dan pepaya (887 ribu ton). Semuanya bisa untuk lebih dioptimalkan.

Kemudian jika merujuk informasi dari Database Pertanian Kementerian Pertanian, pada tahun 2021 ekspor hortikultura mencapai USD647,24 juta, atau meningkat 0,27 persen dibandingkan dengan tahun 2020.

Peningkatan ekspor ini didominasi oleh komoditas buah-buahan selama masa pandemi Covid-19 tahun 2021. Nilai realisasi ekspor buah-buahan tahun 2021 tercatat sebesar USD488,18 juta, meningkat 25,21 persen dibandingkan tahun 2020.

Saat ini, pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor telah dilakukan di 7 (tujuh) lokasi yakni Tanggamus-Lampung, Jembrana-Bali, Bener Meriah-Aceh, Blitar, Garut, Sukabumi, dan Ponorogo.

Namun, guna mendukung keberhasilan program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor tersebut, diperlukan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak.

 

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…