OJK Yakini IHSG Tembus 7000 Akhir Tahun

NERACA

Jakarta – Jelang tutup tahun yang tinggal beberapa pekan lagi, tren indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berpeluang tumbuh positif. Bahkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso meyakini, jika IHSG di akhir 2021 bisa menembus angka 7.000. Di masa pandemi, IHSG pernah mencatat titik terendahnya pada 24 Maret 2021 yaitu 3.937,63 dari sebelumnya di atas 6.000.

OJK sendiri telah mengeluarkan kebijakan stabilitas pasar berupa pelarangan short selling, trading halt, penyesuaian auto-rejection limit, dan buyback saham tanpa RUPS. Dengan kebijakan tersebut, IHSG terus bergerak ke arah positif di mana pada 2 Desember 2021 berada di level 6.583,82. Tingginya minat investor ritel dan pelaksanaan penghimpunan dana melalui pasar modal, juga memberikan dampak positif kepada pertumbuhan IHSG.”Kami yakin, dengan kepercayaan yang kembali, setelah penanganan Covid-19 jelas, setelah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan luar biasa, bisa menyangga agar ekonomi tidak kolaps, sehingga IHSG bisa balik. Sekarang sudah di atas 6.500, dan mudah-mudahan, saya suka bercanda sama teman-teman taruhan akhir tahun bisa 7.000,” kata Wimboh Santoso di Jakarta, kemarin.

Wimboh mengatakan, meskipun kondisi pandemi dan ekonomi belum sepenuhnya pulih, kepercayaan masyarakat sudah mulai meningkat. Dia juga menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham, jangan tunggu sampai IHSG berada di level 7.000.“Di pasar saham itu, kalau jelek, negatif, pasti ramai-ramai jual. Begitu ada indikator positif untuk ke depan, beli. Kalau nunggu baik betul, harganya sudah naik. Pada saat murah, beli. Makanya kalau mau beli ya sekarang, kalau sudah 7.000 mahal,” ujarnya.

Mengakhiri perdagangan Senin (6/12) awal pekan kemarin, IHSG ditutup menguat 8,61 poin atau 0,13% ke posisi 6.547,17. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 stagnan di posisi 938,93."Pihak regulator yang memberlakukan pembaharuan dengan menambahkan fitur Indicative Equilibrium Price (IEP), Indicative Equilibrium Volume (IEV) dan resmi menghapuskan kode broker pada running trade dinilai berdampak positif sebab akan menciptakan transaksi yang lebih sehat, serta mayoritas komoditas yang menguat seperti minyak,batu bara, dan CPO menjadi katalis positif," tulis Tim Riset Ajaib Sekuritas dalam ulasannya.

Terkait penutupan kode broker saham, investor kini tidak lagi dapat melihat informasi kode Anggota Bursa (AB) yang melakukan transaksi saham tertentu pada saat perdagangan berlangsung (real time) atau pada saat terjadinya matched order. Penutupan kode broker tersebut merupakan best practice yang telah diterapkan bursa lain di mancanegara, dan secara umum telah memberikan banyak manfaat.
Tujuan penutupan kode broker adalah untuk meningkatkan tata kelola pasar yaitu membangun market governance dengan mengurangi praktik herding behaviour atau menggiring pasar ke saham-saham tertentu.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…