Adaptasi Baru PT KAI Membaca Peluang Bisnis di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 memberikan dampak bisnis semua sektor, sehingga banyak pelaku usaha merevisi target bisnis atau bahkan menjadwal ulang rencana ekspansi bisnisnya. Pengalaman pahit inilah yang juga dirasakan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai pelaku bisnis moda transportasi darat yang terpaksa harus menata ulang kembali target dan rencana bisnis. Pasalnya, kebijakan pemerintah membatasi mobilitas masyarakat untuk menekan penyebaran virus memberikan dampak pada penurunan penumpang kereta api hingga mengalami kerugian.

VP Public Relations KAI, Joni Martinus mengatakan, di kuartal pertama 2021, perseroan membukukan rugi Rp303,4 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu masih membukukan keuntungan Rp281,9 miliar. Kerugian diderita murni karena dampak dari pandemi Covid-19. Alasannya, selama pandemi jumlah penumpang menurun secara drastis. "Sebagai contoh pada masa normal itu perjalanan kereta api Jakarta-Bandung lebih kurang 40 perjalanan per hari. Di masa pandemi sampai dengan saat ini, itu belum pulih. Dari 40 perjalanan itu sekarang rata-rata baru 4-6 saja per harinya," ujar Joni.

Menurutnya, jumlah penumpang koridor Jakarta-Bandung ini masih sangat terdampak sehingga KAI tidak bisa menjalankan kereta api yang banyak seperti masa sebelum pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang kereta api selama 2020 mencapai 186,13 juta orang. Angka ini turun 56,4% dari posisi 2019 yang mencapai 426,88 juta orang. Penurunan ini terjadi karena jumlah penumpang kereta api belum kembali ke titik sebelum pandemi. Sejak turun pada titik terendah pada April-Mei 2020 di angka 5,9 dan 5,48 juta orang, jumlahnya hanya meningkat lagi ke level 12-13 juta orang. Jumlah itu juga yang bertahan selama Juli-Desember 2020.

Pada Desember 2020 sendiri, BPS bahkan mencatat jumlah penumpang kembali turun tipis 1,5% karena pengaruh libur akhir tahun 2020. Dari 13,72 juta ke 13,52 juta orang. Disebutkan, penumpang KRL yang kontribusinya 80% total penumpang kereta api membuat jumlah penumpang kereta api turun. Sementara kereta api jarak jauhnya masih naik.

Menyadari belum adanya kepastian kapan pandemi ini berakhirnya, mendorong PT KAI untuk beradaptasi dan menangkap peluang bisnis di tengah tantangan agar keberlangsungan usaha tetap terjaga. Salah satunya, perseroan mengoptimalkan pendapatan di angkutan barang disaat angkutan penumpang menyusut akibat pandemi. Tercatat selama semester pertama 2021, KAI telah mengangkut sekitar 23,3 juta ton kargo. Dari jumlah tersebut, batubara menyumbang komoditi terbesar yakni 76,5% atau 18.067.340 ton. "Ini sumbangan komoditi batubara terhadap angkutan barang KAI. Artinya kalau ini dibagi enam bulan maka rata-rata angkutan batubara kita cukup besar sekali yakni 3 juta ton per bulan," ungkap Joni.

Direktrur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo mengakui, bisnis angkutan barang memiliki prospek positif di tengah pandemi saat ini dan bahkan menjadi salah satu penunjang utama meningkatkan pendapatan perseroan. Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan angkutan kargo sebesar 26%."Angkutan barang kami targetkan tumbuh 26% tahun ini dibandingkan 2020. Jadi kalau 2019 kereta api bisa mengangkut 47,6 juta ton setahun, di 2020 mengalami penurunan 5%, di 2021 kita menaikkan volume ini menjadi 26%,"ujarnya.

Dia menjelaskan, secara everange perseroan telah menargetkan pertumbuhan angkutan barang sebesar 20% setiap tahun, selama lima tahun mulai 2020 hingga 2024. Namun, mengingat tahun ini potensi layanan kargo meningkat meski di tengah pandemi, target dinaikkan menjadi 26%. "Namun karena kita mulai pada 2021, karena 2020 layanan angkutan barang turun 5% dan kami tumbuhkan menjadi 26%, maka rencana jangka panjang tersebut kelihatannya akan mengalami revisi dimana target yang akan diraih di tahun 2024 mungkin akan kita capai setahun atau dua tahun kemudian," tuturnya.

Terkait hal itu, Didiek mengaku telah menyusun rencana investasi, salah satunya menitik beratkan layanan angkutan barang pada angkutan batubara, sehingga investasi yang dilakukan adalah penyempurnaan track di Sumatera Selatan dan pembangunan beberapa double track di Prabumulih ke arah Tarahan. Memacu bisnis layanan angkutan barang menjadi fokus perseroan sebagai ekspansi bisnis dengan membuka kembali (reaktivasi) jalur KA menuju pelabuhan. Kerja sama ini dilakukan KAI bersama dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III dan Terminal Petikemas Surabaya (TPS) "Kita harapkan itu bisa mengekspansi angkutan barang dan berdampak terhadap peningkatan pendapatan," katanya.

Perseroan sendiri menegaskan, jalur KA yang terintegrasi dengan TPS ini akan memberikan kemudahan bagi pemilik barang atau pelaku usaha angkutan logistik yang akan mengirimkan barang dari dan menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. TPS yang terintegrasi kembali dengan angkutan kereta api ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan angkutan logistik nasional yang efektif, efisien, dan dapat mengurangi beban logistik di jalan raya.

Disampaikan Didiek, reaktivasi jalur kereta api yang terintegrasi dengan TPS ini selaras dengan visi KAI yakni menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik. Dia pun berharap upaya reaktivasi jalur kereta api ini akan dilanjutkan dengan reaktivasi jalur kereta api lainnya seperti di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Diketahui, selain di Pelabuhan Tanjung Perak, jalur kereta api juga terdapat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Jalur tersebut berada di area Terminal Perikemas Semarang yang terhubung dengan Stasiun Tawang. Usai dilakukan proses reaktivasi, TPS kini memiliki 2 jalur kereta api yang masing-masing mampu mengakomodir angkutan KA Barang Petikemas dengan rangkaian 10 GD, sehingga total kapasitas muat TPS adalah 20 GD berkapasitas 40 TEUs.

 

 

Memberdayakan Aset

 

 

Masih dalam menjaga pertumbuhan bisnis di tengah pandemi, PT KAI mengupayakan optimalisasi komersialisasi non angkutan. Pasalnya, asset KAI yang tersebar di Jawa dan Sumatera dapat lebih bernilai guna sehingga penting untuk diberdayakan dan kedepan tidak hanya mengandalkan dari bisnis penumpang dan barang saja.

Disebutkan, pendapatan KAI di sektor Komersialisasi Non Angkutan menunjukkan tren positif. Di tahun 2019, pendapatan KAI di sektor tersebut adalah Rp719,1 miliar, naik 19% dibanding pada 2018 yaitu sebesar Rp606,3 miliar. Di tahun 2020 menjadi Rp625,9 miliar dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Untuk kerja sama pemanfaatan aset di stasiun, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai titik stasiun seperti ruangan, bangunan, gedung, gudang, dan tanah untuk lokasi promosi, minimarket, gudang, cafe, ATM, dan sebagainya.

Adapun untuk kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana, KAI menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, mesin perawatan jalan rel dan prasarana penunjang, serta Jasa Balai Yasa/Dipo. Sementara untuk pemanfaatan ROW atau aset KAI yang berada di sepanjang jalur kereta api aktif, KAI bekerja sama dengan berbagai pihak untuk penanaman fiber optik, pipa air, pipa gas, dan pipa minyak. Sedangkan untuk non ROW atau aset KAI yang berada di luar wilayah stasiun dan ROW, aset-aset KAI dapat dimanfaatkan sebagai kantor, rumah makan, parkir, dan sebagainya.

Aset KAI lainnya yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, wifi (advertising slot), kegiatan shooting/pemotretan, event/activation, serta naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin mem-branding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.”Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan," kata Didiek.

Sebelumnya, dijelaskan juga kalau KAI beruntung memiliki angkutan logistik sehingga dapat membantu untuk bertahan di masa pandemi. Melihat angkutan penumpang yang saat ini sedang anjlok karena pembatasan mobilitas. Paling tidak kontribusi dari angkutan logistik mencapai 30%, sisanya berasal dari angkutan penumpang. Asal tahu saja, potensi angkutan logistik kereta meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan batubara seperti di Sumatera Selatan dan Lampung.

 

Tetap Menjaga Prokes

 

Kendati geliat bisnis angkutan penumpang kereta api melandai, namun kondisi tersebut tidak menyurutkan PT KAI untuk terus mengoptimalkan layanan yang prima dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal ini bagian dari dukungan dan komitmen perseroan menekan penyebaran virus corona. Disampaikan Didiek, ada empat strategi yang dilakukan PT KAI.  Pertama menerapkan Protect our people. Tujuannya untuk melindungi segenap pegawai KA yang menjadi garda terdepan dengan memberikan layanan memakai masker, face shield, cuci tangan, hand sanitizer.”Kemudian di stasiun-stasiun kita sediakan hand sanitizer, dan di dalam kereta api pun dalam rangka memberikan kenyamanan pada penumpang dalam masa covid-19 ini. Keterisian juga kita batasi, kalau untuk commuter line itu hanya 35-40% kapasitas, kalau untuk KA jarak jauh hanya 70%, inilah strategi kita," ujarnya.

Strategi Kedua, pihaknya menjaga likuiditas perusahaan dengan baik, sehingga PT KAI bisa bertahan di masa krisis ini. Ketiga, cutting cost, efisiensi semaksimal mungkin dalam masa krisis seperti ini. Menurutnya pada saat krisis covid-19 harus disiasati dengan cepat beradaptasi dan memonitor cash flow secara harian."Supaya KA tetap aman. Strategi keempat membangun kapasitas meningkatkan pendapatan, kita meng-introduce KA Express di mana kita sekarang masuk ke ritel kita masuk ke segmen-segmen langsung ke customer," jelasnya.

Di musim pagebluk saat ini, setiap penumpang KA jarak jauh maupun lokal diharuskan dalam kondisi sehat (tidak menderita flu, pilek, batuk, demam), suhu badan tidak lebih dari 37,3 derajat celsius, wajib menggunakan masker, dan menggunakan pakaian lengan panjang atau jaket. Setiap penumpang agar rutin mencuci tangan di tempat yang telah tersedia di stasiun, tetap membawa hand sanitizer pribadi, menjaga jarak saat duduk di ruang tunggu dan saat mengantre.

Budi (28), pegawai swasta ini megakui awalnya tidak nyaman dengan aturan baru dari PT KAI, seperti pengecekan yang dilakukan petugas, “Agak risih sih dan tidak nyaman dengan pengecekan yang dilakukan di setiap pintu masuk, selain wajib pakai maser juga ada tes swabnya. kondisi ini berbeda jauh sebelum pandemi,”ungkapnya.

Namun mengingat layanan tersebut bagian dari menjaga protokol kesehatan, akhirnya saya bisa memahami dan seiring berjalannya waktu sudah terbiasa. Berkantor di Surabaya, moda transaportasi kereta api menjadi pilihannya selain pesawat udara untuk balik ke Jakarta tiap bulannya. “Kini disaat pandemi, balik ke Jakarta kalau tidak penting amat tidak usah untuk menekan risiko penyebaran, kendati pihak KAI sudah menerapkan prokes ketat,”tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Sinta (32), pegawai bank swasta di Tanah Abang ini menyadari betul kondisi pandemi membawa perubahan prilaku dan adaptasi bagi masyarakat, khususnya dirinya sebagai anak kereta (anker). Maklum saja, mobilitasnya dari rumahnya di Tangerang Selatan ke kantor bergantung pada layanan transportasi kereta api, selain murah juga cepat. “Keluar masuk stasiun harus menunjukkan surat tanda registrasi pekerja (STRP) dan juga pakai masker double, disamping wajib cuci tangan dan jaga jarak,”ceritaya.

Meski diawal banyak yang tidak tertib dengan aturan baru dan menuai banyak keluhan, seperti risiko antrian panjang hingga keterlambatan. Namun seiring dengan edukasi dan sosialisasi dari petugas, membuat para pengguna KRL menyadari akan pentingnya saling peduli untuk melindungi dan menjaga dari penyebaran virus corana. Oleh karena itu, dirinya mengapresiasi komitmen dan kepedulian PT KAI dalam menekannya protokol kesehatan (prokes) dalam rangka memberikan perlindungan bagi pelanggannya. “Alhamdullilah, sebelum Covid-19 biasanya tubuh saling bersentuhan karena tidak ada jarak sama sekali. Sekarang pada jaga jarak dan tidak ada yang ngobrol satu sama lain,”ujar ibu tiga anak ini.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyambut baik adaptasi kebiasan baru yang dilakukan PT KAI. Dimana semua ini dimaksudkan untuk menjaga para penggunanya aman dari Covid-19. Asal tahu saja, pada perjalanan  kereta api dalam masa adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman Covid-19, penumpang diimbau untuk datang paling lambat 30 menit sebelum jadwal keberangkatan. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses boarding ada tahapan verifikasi berkas oleh petugas dan kelengkapan penumpang lainnya sebelum diizinkan masuk ke area peron stasiun.

Kemudian untuk menghindari kontak fisik dengan petugas boarding, proses boarding dilakukan secara mandiri oleh penumpang dengan menunjukkan tiket dan identitas yang sah dan disaksikan langsung oleh petugas boarding. Khusus untuk penumpang KA Jarak Jauh, KAI telah menyediakan face shield untuk penumpang dewasa guna mencegah penyebaran Covid-19 melalui droplet. Bagi penumpang yang membawa anak berusia di bawah 3 tahun, maka wajib menyiapkan face shield pribadi. Face shield tersebut harus dikenakan selama dalam perjalanan dan tetap dipakai saat tiba di stasiun tujuan.

Untuk penumpang KA Lokal, penumpang tidak diperbolehkan berbicara di dalam kereta untuk menghindari penularan Covid-19 melalui droplet. Bagi para penumpang dengan usia di atas 50 tahun yang sedang melakukan perjalananan kereta api, kondektur berhak mengatur penempatan tempat duduk penumpang tersebut supaya tidak berdampingan dengan penumpang lain. Selain itu, KAI hanya menjual tiket 70% tiket dari kapasitas tempat duduk yang tersedia untuk menciptakan physical distancing selama dalam perjalanan. Tiket dapat dipesan secara online melalui aplikasi KAI Access dan channel online lainnya mulai H-7 keberangkatan KA. Sedangkan penjualan tiket di loket stasiun dilayani mulai 3 jam sebelum jadwal keberangkatan KA.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…

BERITA LAINNYA DI CSR

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…