Aplikasi Octopus, Ajak Generasi Muda Lebih Peduli lingkungan

NERACA

Jakarta – Carut marut  pengelolaan sampah di Indonesia dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah akan berakibat dengan rusaknya lingkungan. Celakanya,  Indonesia diperkirakan menghasilkan  85.000 ton sampah per harinya dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton per hari pada tahun 2025. Jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar antara 60% hingga 75%.

Sementara itu, berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis bulan April kemarin, setiap tahunnya Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik dan 9%-nya atau sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau dan laut. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan target strategis untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke lautan sebesar 70% di tahun 2025.

Permasalahan sampah di Indonesia belum selesai, masalahnya masih kompleks. Sebanyak 67,2 juta ton sampah Indonesia masih menumpuk setiap tahunnya. Penumpukkan ini diperkirakan akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2050 apabila tidak ada kebijakan tegas untuk sampah plastik yang akan berakibatkan pada pencemaran ekosistem dan lingkungan.

Melihat pengelolaan sampah di tanah air yang masih rendah, Ceo sekaligus Co-founder Octopus, Moehammad Ichsan membuat  aplikasi Octopus yang memungkinkan penggunanya menyetorkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang. Pengguna, dengan target utama anak muda yang sudah peduli lingkungan, akan mendapat imbalan seperti voucher potongan harga saat membeli kopi-kopi kekinian.

“Aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai, berkembang pesat seiring makin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama memberdayagunakan produksi sampah secara sistematis,” ujar  Moehammad Ichsan saat webinar Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam Implementasi Ekonomi Sirkular, Senin (5/7).

Lebih lanjut, Ichsan mengatakan sat ini Octopus memiliki 3 mobile apps, yaitu untuk pengguna (consumers), pelestari (waste collectors), dan pebisnis produksi sampah (checkpoints). Ketiga aplikasi ini telah besinergi sangat baik, hingga selama 6 bulan terakhir, Octopus telah berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna. Yang membanggakan, salah satu pelestari Octopus meraih penghasilan sejumlah 10,4 juta rupiah dalam satu bulan pada Oktober 2020.

“Dengan alasan kami ingin mulai berinovasi dari Indonesia bagian timur. Mengenai bagaimana cara-cara sampah yang dikonsumsi tidak lari ke tempat sampah ataupun dibuang, tapi bisa menjadi penggerak industri daur ulang yang dapat meningkatkan aktifitas sirkular ekonomi,” kata Ichsan

Menurutnya Octopus adalah sebuah ekosistem ekonomi sirkular yang bisa jadi solusi permasalahan sampah di Indonesia, kita membantu industri dapet material daur ulang lebih bagus, bantu pemulung dapat kerjaan lebih layak, bahkan bantu standarisasi harga material daur ulang di setiap kota, everybody is happy, it’s a win-win solution.

“Saat ini Octopus Indonesia memiliki 35 ribu pengguna aplikasi, 1.600 mitra pengepul dan bank sampah tempat Pelestari menyetorkan sampah yang diangkut. Aplikasi Octopus telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan akan segera hadir di Bandung,” terang Ichsan.

Masih dalam acara yang sama, CEO PT Reciki Solusi Indonesia, Bhima Aries Diyanto mengatakan  pengelolaan sampah harus maksimal dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk itu, perlu dicarikan solusi yang lebih optimal agar jumlah sampah bisa terkendali dan mendatangkan manfaat yang lebih besar.

Bima menjelaskan bahwa sampah dari warga dan perkantoran yang sebelumnya langsung dibawa ke TPA, sekarang diolah di TPST. “Sampah yang ditampung dilakukan sorting yakni sampah organik dan sampah plastik. Sampah organik kemudian dilakukan daur ulang menjadi kompos yang akan disalurkan kepada masyarakat secara gratis. Sedangkan sampah plastik dipilah menjadi sampah high value dan sampah low value yang masih bisa di daur ulang sedangkan sisanya yang sudah tidak dapat diolah masuk ke TPA”, ujarnya.

Perlu anda ketahui, PT Reciki Solusi Indonesia yang mengoperasikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggungjawabku (Samtaku) terbesar di Jawa Timur.  TPST dibangun di Desa Tambakrigadung Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan di atas lahan seluas 5500 meter persegi dan mampu menampung 60 ton sampah per harinya. Dijalankan  tujuh orang  di bawah  management PT Reciki Solusi Indonesia, fasilitas ini mampu  melayani pelanggan yang terdiri dari 15000 kepala keluarga dan perkantoran di kawasan industri Lamongan.

Sejak dioperasikan pada Bulan Mei hingga Agustus 2020, TPST mampu mengurangi laju sampah  ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tambak Rigadung Kecamatan Lamongan dan  Dadapan Kecamatan Solokuro sebesar 18%.  Sebelum TPST beroperasi sampah yang dibawah ke TPA sebanyak 152,38 ton. Kemudian setelah TPST beroperasi, volume sampah menjadi 106,46 ton dari periode Mei hingga Agustus. Diproyeksikan ke depannya TPST akan mampu mengurangi sampah ke TPA hingga 90%. Pengurangan tersebut terjadi karena adanya proses pengelolaan sampah

BERITA TERKAIT

Indoonesia Segera Miliki FLNG Terbesar Ke-9 Di Dunia

NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…

Hilirisasi Tambang Buka Lapangan Kerja di Daerah Tertinggal

NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…

Ekspor Alas Kaki Terus Meningkat

NERACA Salatiga – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan performa yang impresif di kancah global. Hal ini tercermin dari capaian…

BERITA LAINNYA DI Industri

Indoonesia Segera Miliki FLNG Terbesar Ke-9 Di Dunia

NERACA Teluk Bintuni – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki Floating Liquified…

Hilirisasi Tambang Buka Lapangan Kerja di Daerah Tertinggal

NERACA Jakarta - Hilirisasi sektor pertambangan diyakini menjadi jalan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan…

Ekspor Alas Kaki Terus Meningkat

NERACA Salatiga – Industri alas kaki nasional terus menunjukkan performa yang impresif di kancah global. Hal ini tercermin dari capaian…