NERACA
Jakarta – Tahun ini 2020 menjadi pil pahit bagi emiten tekstil, termasuk dialami PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY). Dimana perseroan membukukan menghasilkan pendapatan total sebesar US$260,96 juta atau Rp3,75 triliun (kurs Rp14.400/US$) anjlok 34,84% dari pendapatan pada 2019 sebesar US$400,53 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin.
Disebutkan, pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan bersih yang anjlok menjadi US$258,49 juta dan pendapatan usaha lainnya yang juga turun menjadi US$2,46 juta. Dari sisi beban pokok penjualan pada 2020 sebesar US$250,45 juta lebih rendah dari beban pokok penjualan pada 2019 yang sebesar US$372,98 juta. Kendati demikian, margin laba kotornya turun 4% sementara pada 2019 masih di level 6,8%.
Adapun, total rugi bersih Asia Pacific Fibers yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi US$20,54 juta naik dari posisi 2019 yang sebesar US$11,91 juta. Dari sisi liabilitas, total liabilitas perseroan juga meningkat pada 2020 menjadi US$1,19 miliar, sementara pada 2019 sebesar US$1,18 miliar. Dengan jumlah liabilitas jangka pendek yang meningkat menjadi US$1,116 miliar dari posisi 2019 sebesar US$1,11 miliar. Adapun, total liabilitas jangka panjangnya meningkat menjadi US$77,42 juta dari kondisi 2019 sebesar US$72,78 juta.
Sementara itu, total asetnya mengalami penurunan menjadi US$231,03 juta dari kondisi 2019 yang sebesar US$242,05 juta. Dengan rincian penurunan aset lancar POLY menjadi US$121,42 juta dari posisi US$133,33 juta, sementara aset tidak lancarnya sedikit meningkat menjadi US$109,6 juta dari posisi US$108,7 juta. Asal tahu saja, akuntan dari Kantor Akuntan Publik Kreston HHES Welly Adrianto menilai, emiten tekstil ini dinilai menghadapi tekanan cukup sulit pada laporan keuangan 2020.
Pasalnya, total liabilitas jangka pendek perseroan berada jauh dibandingkan dengan posisi ekuitasnya.
Tahun ini, perseroan optimis target pendapatan sebesar US$ 350 juta bakal tercapai. Salah satu upaya yang jadi fokus POLY adalah mengoptimalkan momentum bulan puasa dan lebaran. Head of Corporate Communications and Public Relations POLY Prama Yudha Amdan menyampaikan, bisnis tekstil di dalam negeri sebenarnya belum sepenuhnya pulih.
Memang, di awal tahun ini permintaan tekstil sudah meningkat cukup signifikan dibandingkan saat awal pandemi Covid-19, namun POLY sebagaimana perusahaan tekstil pada umumnya dihadang oleh tekanan naiknya harga bahan baku. Hal ini tak lepas dari melesatnya harga minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir.
Melengkapi fasilitas ibadah bagi penghuninya, perusahaan properti PT Jakarta Garden City menghadirkan masjid Jakarta Garden yang diresmikan langsung Gubernur Jakarta…
Perusahaan pengembang properti, Summarecon kembali memperkenalkan hunian premium keluarga terbarunya yang berada di kawasan Summarecon Mutiara Makassar (SMM). Berlokasi strategis…
Genjot pertumbuhan penjualan dan penetrasi pasar di Indonesia lebih luas lagi, TCL, pemimpin global dalam teknologi elektronik dan produk pintar…
Perusahaan pengembang properti, Summarecon kembali memperkenalkan hunian premium keluarga terbarunya yang berada di kawasan Summarecon Mutiara Makassar (SMM). Berlokasi strategis…
Genjot pertumbuhan penjualan dan penetrasi pasar di Indonesia lebih luas lagi, TCL, pemimpin global dalam teknologi elektronik dan produk pintar…
Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…