SUPAYA TIDAK MASUK PERANGKAP RESESI - Ekonom: RI Perlu Strategi Genjot Ekspor Manufaktur

Jakarta-Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai, mengambil langkah ekspor merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Namun, dia mengimbau agar negara tidak mencari pasar ekspor yang pertumbuhan ekonomi anjlok sedalam Negeri Paman Sam dan lainnya. "Misalnya China di kuartal dua justru tumbuh positif 3,2%. Artinya demand produk indonesia di China bisa segera pulih lebih cepat dari AS," ujarnya, Sabtu (2/8).

NERACA

Menurut Bhima, ada beberapa negara yang ekonominya tetap tumbuh selama pandemi Covid-19 ini. Beberapa negara bahkan mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding China pada kuartal I-2020 seperti Turki pada level 4,5%.

Kemudian Mesir, yang mencatat pertumbuhan ekonomi lebih besar mencapai 5%. Negara-negara lainnya yang juga tumbuh positif di tengah pandemi antara lain Chili (0,4%), Rusia (1,6%), dan Norwegia (1,7%). Menurut dia, negara-negara tersebut bisa jadi pasar ekspor yang potensial bagi Indonesia untuk terhindar dari jurang resesi.

"Untuk pemulihan ekonomi ada dua sektor kunci, pertama adalah industri manufaktur karena salah satu penopang ekonomi yang berkontribusi 20% terhadap PDB, dan 14% dari total lapangan kerja," ujar  Bhima seperti dikutip Liputan6.com.

Menurut dia, industri pengolahan yang berorientasi ekspor, bisa didorong melalui percepatan penetrasi ke pasar yang ekonominya cepat pulih, seperti China. Di mana negara tersebut mampu bangkit dan menunjukkan pertumbuhan yang positif setelah sebelumnya mengalami kontraksi hingga 6,8%.

"Momentum pemulihan ekonomi China jangan sampai terlewatkan. Karena di kuartal I China anjlok minus 6,8%, tapi di kuartal II langsung positif 3,2%. Artinya permintaan domestik China butuh barang dari Indonesia lagi. Tugas Pemerintah adalah memberikan insentif yang lebih spesifik bagi barang yang dibutuhkan negara tujuan ekspor tadi," ujarnya.

Sedangkan untuk industri pengolahan di dalam negeri, Bhima menyebutkan kuncinya adalah menjaga daya beli. Jika kurva pandemi mulai landai, dibarengi dengan realisasi bansos yang lebih tinggi, maka demand produk industri lokal bisa tumbuh.

Sektor kedua, yakni pertanian yang kontribusinya 12,8% dari PDB dan menyerap 29% dari total lapangan kerja. Bhima menyebutkan, Indonesia memiliki sumber daya pertanian yang melimpah. Sehingga kunci untuk mendukung recovery adalah hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani muda.

"Saat ini banyak pekerja sektor formal yang di PHK pulang ke desa dan bekerja sebagai petani. Harusnya situasi ini bisa dipertahankan kalau pertanian adalah sektor yang menjanjikan. Pemerintah juga bisa memperbesar serapan gabah petani dengan harga yang lebih tinggi agar banyak pengangguran yang masuk ke pertanian," ujarnya.

Seperti diketahui Indonesia tengah dihantui ancaman resesi, meski pertumbuhan ekonominya di kuartal I-2020 masih positif 2,97%. Namun pada kuartal II dan III nanti, ekonomi nasional diprediksi bakal tenggelam sebagai imbas dari wabah pandemi tak berkesudahan.

Amerika Serikat sendiri menyatakan masuk jurang resesi setelah mengalami kontraksi atau minus 32,9% secara tahunan pada kuartal II-2020. Ini merupakan penurunan terburuk sepanjang sejarah.

Negara Maju Rentan

Menurut Bhima, negara maju saat ini lebih rentan terkena resesi ketimbang negara berkembang akibat wabah pandemi virus Covid-19. Hal itu didapatnya berdasarkan data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I atau semester I-2020.

Seperti diketahui, beberapa negara berkekuatan ekonomi besar kini telah terjerumus ke jurang resesi pada semester pertama tahun ini. Di antaranya Amerika Serikat (AS), Jerman, Korea Selatan, Singapura, dan Hong Kong. Di sisi lain, ada sejumlah negara yang ekonominya tetap tumbuh pada kuartal I-2020. Antara lain Mesir (5%), Turki (4,5%), China (3,2%), Norwegia (1,7%), Rusia (1,6%), dan Chili (0,4%).

Bhima mengatakan, negara berkembang lebih kuat menghadapi resesi lantaran sejumlah faktor. Dia lalu mencontohkan China, yang dapat cepat menangani penyebaran pandemi Covid-19 dengan melakukan lockdown. "Jadi waktu wabah terdeteksi di Wuhan langsung pemerintah China lakukan lockdown, bahkan diperluas ke kota di provinsi Hubei lainnya. Ini yang buat recovery lebih cepat di kuartal II dibanding negara lain," ujarnya.

Menurut dia, ada korelasi penanganan Covid-19 yang cepat dan serius dengan pemulihan ekonomi. "Negara maju seperti di AS penanganannya agak terlambat," tutur dia.

Selain itu, ada juga faktor di sektor keuangan yang turut berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Bhima mengatakan, kuatnya pasar domestik sangat berpengaruh terhadap pergerakan ekonomi negara tersebut di tengah situasi krisis pandemi Covid-19. "Tapi di sisi yang lain tentunya ada faktor struktur ekonomi, dimana China mengandalkan konsumsi domestik juga yang besar. Ada 1.3 miliar penduduk untuk boost konsumsi," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengimbau agar Indonesia bisa mengencangkan keran ekspor ke China. Langkah tersebut dinilainya dapat bantu memitigasi Indonesia dari ancaman resesi. "Misalnya China di kuartal dua justru tumbuh positif 3,2%. Artinya demand produk indonesia di China bisa segera pulih lebih cepat dari AS," tandasnya.

Namun staf pengajar FEB-UI Fithra Faisal Hastiadi memprediksi ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara yang mengalami resesi. Karena, negara yang mengalami resesi pertumbuhan ekonomi ditopang sebagian besar oleh perdagangan internasional.

Berbeda dengan Indonesia yang keterkaitan dengan perdagangan internasional tidak sebesar negara lain. Hal ini malah menjadi keuntungan di tengah pandemi. "Di saat-saat seperti ini justru menjadi blessing in disguise. Keterkaitan kita dengan global value chain (perdagangan Internasional) tadi tidak sebesar yang lain, bahkan cukup tertinggal," ujar Fithra.

Dalam kondisi normal, menurut dia, pertumbangan ekonomi Indonesia mencemaskan karena sulit bersaing dengan negara dalam satu regional seperti Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Karena pandemi, Indonesia justru bersyukur karena diuntungkan produk domestik bruto (PDB) yang sebagian besar ditopang konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 58,14 persen pada PDB kuartal I 2020. "Kalau begitu berarti resesi di pihak yang lain, belum tentu kita juga resesi. Karena kontributor ekonomi terbesar kita bukan di situ (perdagangan internasional)," ujarnya.

Menurut dia, agar Indonesia tidak jatuh ke jurang resesi dengan cara mendorong konsumsi domestik. "Sehingga yang harus benar-benar kita perhatikan adalah di sektor konsumsi. Faktor-faktor domestik yang jauh lebih berperan," ujarnya.

Menurut Fithra, kondisi pandemi ini berbeda dengan krisis ekonomi pada tahun 1998. Menurut dia, pada saat itu pondasi keuangan tidak kuat. "Pondasi konglomerat yang memiliki perbankan pada akhirnya tidak prudent mengolah perbankannya, ada currency mismatch, yang membuat Indonesia pada akhirnya lebih parah dari negara-negara sejawat," ujarnya.

Di Indonesia, capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II memang belum dipublikasikan. Namun banyak pengamat ekonomi memperkirakan pertumbuhan pada kuartal II-2020 diperkirakan minus 4-5%. bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…