Laba bersih PT MNC Energy Invesment Tbk (IATA) mencatatkan laba bersih US$26,378 juta atau turun 31,5% dibanding tahun 2022 mencapai US$38,956 juta. Sehingga akumulasi rugi atau defisit menyusut 70,2% secara tahunan yang tersisa US$11,518 juta pada akhir tahun 2023. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Sementara pendapatan usaha senilai US$170,07 juta pada tahun 2023. Hasil itu merosot 11,4% dibanding tahun 2022 yang setara US$ 192,06 juta. Pasalnya, nilai ekspor batu bara longsor 14,7% secara tahunan menjadi US$ 104,06 juta pada akhir tahun 2023. Senasib, penjualan batu bara ke pasar dalam negeri merosot 30,3% secara tahunan menjadi US$39,865 juta.

Bahkan pendapatan penyewaan pesawat berdasarkan kontrak anjlok 64,5% yang tersisa US$ 2,733 juta. Tapi jasa pengelolaan pelabuhan udara melonjak 457,1% secara tahunan menjadi US$15,67 juta pada tahun 2023. Lalu pendapatan sewa pesawat jangka pendek naik 284,2% secara tahunan menjadi US$7,392 juta.

Kemudian beban langsung membengkak 14,7% secara tahunan menjadi US$ 78,845 juta pada tahun 2023. Dampaknya, laba kotor terpangkas 26,01% secara tahunan yang tersisa US$91,226 juta. Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 36,5% secara tahunan menjadi US$142,3 juta pada akhir tahun 2023.

Pada sisi lain, total ekuitas naik 37,3% secara tahunan menjadi US$ 103,14 juta pada tahun 2023. Patut dicermati, IATA harus menguras kas sedalam US$26,465 juta sepanjang tahun 2023. Pasalnya, penerimaan kas dari pelanggan hanya US$169,36 juta, tapi pembayaran kepada pemasok mencapai US$186,04 juta.