NERACA
Jakarta – Meskipun geliat bisnis sektor tambang masih lesu, namun hal tersebut tidak membuat PT Adaro Energy Tbk (ADRO) untu menahan ekspansi bisnis. Bahkan emiten pertambangan ini menyiapkan belanja modal berkisar antara US$ 450 - 650 juta pada tahun 2019.
Chief Financial Officer Adaro Energy, Lie Luckman menyampaikan sebesar US$ 200 juta digunakan untuk peremajaan alat-alat berat kontraktor tambang.”Kedua, sekitar US$ 200 juta untuk pengembangan tambang Adaro MetCoal Companies (AMC),"ujarnya di Jakarta, kemarin.
Sekitar US$ 200 jutaan lainnya untuk pemeliharaan dan pengembangan PT Adaro Indonesia (AI) dan PT Maritim Barito Perkasa (MBP) dari Adaro Logistics. Lie mengatakan penyediaan dana tersebut masih berasal dari internal. Asal tahu saja, perseroan bakal merealisasikan pembelian sejumlah alat berat yang belum direalisasikan di tahun lalu seiring dengan adanya upaya pemerintah memberikan pembebasan atau keringanan bea masuk dan pajak atas impor barang.
Sementara Head of Corporate Secretary Adaro Energy, Mahardika Putranto mengatakan, tingginya permintaan alat berat di tahun lalu membuat perusahaan tak merealisasikan rencana tersebut sehingga akan dibelanjakan di tahun ini."Tentunya positif tapi kita fokus untuk bisa merealisasi kebutuhan heavy equipment kita. Karena kalau dilihat tahun lalu itu kan demand untuk heavy equipment kan cukup banyak, jadi ada beberapa plan yang tidak terealisasi di tahun lalu," jelasnya.
Dia tak menyebut secara spesifik jumlah alat berat yang akan ditambah perusahaan di tahun ini. Sebelumnya pemerintah melalui Kementerian Keuangan sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 116/PMK.04/2019 tentang Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk dan/atau Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Barang Dalam Rangka Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara.
Secara spesifik, beleid ini mengatur pembebasan atau keringanan bea masuk atau PPN atas impor barang perusahaan tambang batu bara Kontrak Karya (KK) maupun Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B).
Kemudian dalam ekspansi bisnisnya, dimana tahun lalu PT Adaro Energy Tbk telah menyelesaikan proses akuisisi 80% saham Kestrel Coal Mine (Kestrel) yang sebelumnya dimiliki oleh Rio Tinto menuai hasil. Kestrel sendiri merupakan aset batubara metalurgi yang memiliki basis sumber daya dengan usia yang panjang. Infrastruktur yang solid dan tenaga kerja yang berkeahlian tinggi.
Tambang ini terletak 40km di utara kota Emerald yang berada di area batu bara Bowen Basin di tengah negara bagian Queensland. Pada tahun 2017 Kestrel memproduksi 4,25 Mt batubara metalurgi berkualitas tinggi dan memiliki cadangan yang dapat dijual (marketable reserves) sebesar 146 Mt dan sumber daya sebesar 241 Mt. Meski begitu, dirinya berharap tambah Kestrel bisa memberikan kontribusi besar atas produksi batubara perusahaan. Total produksi diharapkan bisa bertambah 40% tahun ini jadi 6,7 juta ton dari tambang tersebut.
Fakta persidangan hasil pemeriksaan Zarof Ricar sebagai saksi mahkota dalam perkara suap vonis bebas Gregorius Ronald Tanur di Pengadilan Tipikor,…
Rumor mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Gojek Tokopedia, kembali mencuat. Sejumlah sumber…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…
Fakta persidangan hasil pemeriksaan Zarof Ricar sebagai saksi mahkota dalam perkara suap vonis bebas Gregorius Ronald Tanur di Pengadilan Tipikor,…
Rumor mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online, Grab Holdings Ltd. dan GoTo Gojek Tokopedia, kembali mencuat. Sejumlah sumber…
Lahan bekas tambang selalu menyisakan dampak masalah pada kerusakan lingkungan dan juga ekonomi masyarakat sekitar. Maka guna menekan dampak dan…