NERACA
Jakarta – Memasuki tahun politik di 2019, bisnis sektor konsumer masih tetap bersinar dan tidak berpengaruh terhadap sentimen politik. Berangkat dari keyakinan tersebut, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) terus menggejar kapasitas produksi lebih besar lagi. Maka guna mendanai penambahan kapasitas produksi, perseroan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 75 juta pada tahun depan.
Sekretaris Perusahaan MYOR, Yuni Gunawan mengatakan, perseroan akan menggunakan belanja modal ini untuk menambah kapasitas pabrik biskuit, Energen, kopi dan wafer yang ada di Balaraja. Menurut dia, penambahan kapasitas tersebut dilakukan atas dasar utilisasi untuk masing-masing jenis produksi yang sudah mencapai hampir 70%. “Masing-masing biskuit, Energen kopi dan wafer sudah hampir 70%, jadi setelah ditambah, dilihat kalau sudah 70% ditambah lagi, begitu seterusnya,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Namun, Yuni tidak mengungkapkan volume kapasitas yang dibutuhkan untuk pabrik tersebut. Saat ini, MYOR tengah membangun pabrik di Balaraja, Banten. Yuni mengatakan capex yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik tersebut Rp 1 triliun dan akan rampung pada tahun depan. Pabrik tersebut ditargetkan dapat meningkatkan penjualan sebesar 2% pada tahun 2021 dan 8% tahun 2025.
Sebagai informasi saja, MYOR baru meluncurkan empat produk baru di akhir tahun ini, antara lain Roma Malkist Keju Manis, Kelapa Kopyor, Torabika Kopi Susu, Espresso dan Beng-Beng Share. Sementara Direktur Global Marketing Mayora Ricky Afrianto menegaskan, produk baru tersebut dapat berkontribusi ke pendapatan pada tahun depan. MYOR berharap, total kontribusi produk-produk tersebut bisa mencapai 10% ke pendapatan Mayora.
Hingga kuartal ketiga 2018, emiten yang bergerak di bidang makanan dan minuman ini, meraup laba bersih Rp 1,10 triliun atau naik 18,55% year on year (yoy) dari Rp 927,85 miliar pada periode September 2017. Peningkatan laba bersih MYOR sejalan dengan peningkatan penjualan bersih pada periode Januari-September 2018 sebesar 21,33% menjadi Rp 17,35 triliun dari sebelumnya Rp 14,30 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penjualan MYOR ditopang oleh penjualan lokal yang berkontribusi sebesar Rp 9,53 triliun. Porsi penjualan lokal ini mencapai 54,93% dari total penjualan. Sedangkan penjualan ekspor berkontribusi sebesar Rp 7,83 triliun atau 45,13%. Pada tahun ini MYOR menargetkan pertumbuhan laba bersih naik 7,5% dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya, analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan pernah bilang, kinerja MYOR diprediksi akan terus bertumbuh hingga tutup tahun 2018. “Kinerja MYOR diperkirakan masih dalam tren positif hingga akhir tahun ini. Salah satu faktornya adalah fokus mengembangkan lini produk air minum kemasan yang menunjukan hasil positif dalam beberapa periode terakhir," jelasnya.
Selain itu, kata Valdy, ke depannya MYOR diperkirakan akan mempertahankan metode promosi yang cukup gencar untuk lini produk ini. Misalnya menjadi sponsor untuk event lari maupun iklan konvensional di TV. Dari sisi saham, dia melihat saham MYOR masih cukup prospektif dan boleh dikoleksi. "Diperkirakan saham MYOR akan menguji level Rp 3.000 per saham di akhir tahun ini karena didorong oleh kinerja yang relatif positif," imbuhnya.
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…
Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menyampaikan rencana strategis kedepannya. Perseroan melalui anak usahanya PT Internet…
NERACA Jakarta – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor…
NERACA Jakarta -Emiten produsen kemasan plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) membidik penjualan sebesar Rp5,78 triliun pada 2025. Target…