Analis Proyeksikan Pertumbuhan Investasi "Rebound"

NERACA

Jakarta – Keyakinan daya beli masyarakat belum melemah, menjadi optimisme pelaku pasar bahawanya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Bahkan Kepala Ekonom PT Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution memproyeksikan, pertumbuhan investasi di Indonesia akan makin membaik sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia.”Kalau ekonomi negara maju tumbuh bagus, biasanya arus modal itu dari sana ke sini. Dengan ekonomi dunia yang makin baik, harusnya FDI (penanaman modal asing) akan makin pesat pula datang ke Indonesia,"ujarnya di Jakarta, Senin (14/8).

Dari dalam negeri, lanjut Damhuri, perbaikan iklim investasi dan tren suku bunga pinjaman yang masih menurun diikuti peningkatan pertumbuhan kredit merupakan hal yang positif bagi investasi.”Dilihat menurut realisasi investasi, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) berada dalam tren membaik seiring dengan perbaikan ekonomi global," ucapnya.

Damhuri juga menjelaskan bahwa pertumbuhan investasi mulai "rebound" dari 4,2% (Kuartal II 2016) menjadi 5,2% (Kuartal II 2017). Pertumbuhan investasi, terutama ditopang oleh pertumbuhan bangunan, baik pemerintah maupun swasta. Dengan pertumbuhan bangunan yang relatif baik, andilnya dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga meningkat dari 74,8% pada tahun 2014 menjadi 75,2% (2016) dan 75,4% (semester I 2017).

Dia juga menjelaskan bahwa peringkat layak investasi dari lembaga pemeringkat dan peningkatan peringkat kemudahan berbisnis juga akan berdampak positif pada penanaman modal. Indeks siklus bisnis juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya.”Dengan gambaran ini, perekonomian Indonesia ke depan tidak menuju perlambatan. Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan mencapai 5,15 sampai dengan 5,25% dan 5,30 s.d. 5,40% pada tahun 2018," ucap Damhuri.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution membantah perekonomian di Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Menurut Darmin, jika dihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto atau investasi sebagai sumber perekonomian saat ini mengindikasikan perekonomian Indonesia masih cukup baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”Kalau dilihat sumber pertumbuhan ekonominya sebenarnya pertama itu PMTB, ekspor impor sudah mulai sedikit menurun growthnya, melambat tapi masih tumbuh. Kalau dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih 4,95%, masih lebih baik dari kuartal pertama 4,94% (yoy)," ujarnya.

Kendati demikian, Darmin mengakui di sektor konsumsi rumah tangga melemah karena di bulan Juni. Hal ini bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Sehingga masyarakat banyak menahan daya belinya untuk belanja di kampung halaman.”Itu data per akhir Juni pada saat Lebaran, tahun lalu Juli sebelum tanggal 10-an. Itu juga jangan lupa masyarakat kita pas mau Lebaran nahan uang dulu karena mau pulang, mau belanja dia di kampung supaya keren, itu sangat normal, umumnya begitu. Jadi memang wajar," katanya.

Jika dilihat dari sektor lainnya, perekonomian Indonesia tetap mengalami pertumbuhan dan masih berjalan cukup baik sampai saat ini.”Jangan dilihat satu sisi. Lihat sektor pertanian oke, telekomunikasi oke, bangunan, ada hubungannya dengan investasi. Yang agak lambat itu konsumsi pemerintah itu gaji dan belanja rutin, jadi memang dia malah negatif, yang sebenarnya kalau itu membaik saja, angka 5,1 persen masih mungkin terjadi,"ujar Darmin.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sumber pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2017 sebesar 5,01%. Pertumbuhan ini masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 2,65% (yoy), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,72% (yoy). Adapun pertumbuhan PMTB atau investasi meningkat menjadi 1,69% (yoy), dari kuartal sebelumnya sebesar 1,53% (yoy).

Direktur Utama BEI Tito Sulistio menilai belum ada tanda-tanda perlambatan ekonomi. Dia mencatat, para perusahaan ritel yang sahamnya di pasar modal juga masih mengantungi pertumbuhan profit. Kalaupun ada emiten yang labanya turun, namun itu secara konsolidasi.”Saya yakin kok anak usahanya di ritel masih tumbuh. Pertanyaan mendasar lalu apa selanjutnya? Ritel Indonesia double digit growth sampai 2020," ujarnya. bani

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…