Indonesia Menarik Jadi Negara Tujuan Investasi - Penilaian Fitch Rating

NERACA

Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch rating memangkas laju ekonomi global pertumbuhan ekonomi di negara berkembang pada 2014. Ekonomi negara berkembang diperkirakan akan turun 10 basis poin (bps) menjadi 4,3 persen. Kendati demikian, dalam laporan Macro-Prudential Risk Monitor (MPI) yang diterbitkan Fitch, Indonesia kembali ditetapkan pada skala ‘3’ atau ‘tinggi’. 

Presiden Direktur PT Fitch Ratings Indonesia Baradita Katoppo mengatakan, laporan MPI memonitor pertumbuhan kredit bank, nilai aset seperti properti dan pasar saham, dan kurs mata uang riil untuk mengidentifikasi potensi tekanan sistematik yang bisa mengganggu kestabilan industri perbankan di suatu negara. 

"Negara-negara APAC lain yang juga berada pada skala ‘3’ adalah China, Hong Kong, Macao, Mongolia, Sri Lanka dan Turki," jelas dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (2/7).

Indonesia ditetapkan pada skala ‘3’ MPI sejak 2011 akibat tingginya tingkat pertumbuhan kredit. Posisi MPI Indonesia tidak akan berubah untuk tahun ini, namun Fitch mencatat pertumbuhan kredit telah melambat, di mana tingkat pertumbuhan riil tercatat sebesar 11,7% di 2013 dan diperkirakan akan lebih rendah di 2014. 

"Harga properti riil yang meningkat 4,3% di 2013 dan masih berada di bawah batas pemicu. Fitch juga mencatat sistem perbankan Indonesia masih tetap profitable dan mempunyai cadangan yang cukup walaupun biaya likuiditas meningkat akibat kebijakan uang ketat," tukas dia.

Sebelumnya, perusahaan konglomerasi asal Jepang, Mitsui & Co, menilai Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang sangat menarik dalam jangka menengah dan panjang, meski saat ini perekonomian Indonesia mudah terpengaruh oleh kondisi dan fluktuasi perekonomian global. Sementara itu, hingga Juni 2013, total investasi dan pinjaman Mitsui di Indonesia telah mencapai lebih dari  200 miliar yen Jepang. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara tujuan investasi terbesar ketiga Mitsui setelah Brasil dan Cile.

CEO Mitsui & Co Masami Iijima mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, yang mencakup 40% dari pasar kawasan Asean, memiliki populasi anak muda yang besar, dan kelas menengah yang sedang tumbuh pesat. “Hal itu yang membuat Indonesia sangat menarik sebagai pasar. Kami pun berpikir ada potensi pertumbuhan besar di sini dan beberapa sektor yang potensial, antara lain pendidikan dan kesehatan,” kata Masami.

Menurut dia, pada 1990, Mitsui masuk ke Indonesia melalui proyek pembangkit listrik independen (independent power producer/ IPP) dengan membangun PLTU Paiton I, pembangkit listrik berbahan bakar batubara thermal terbesar di Tanah Air. Pada 2012, Mitsui
melanjutkan pembangunan Paiton III, yang berlokasi di Jawa Timur. Mitsui juga membangun proyek pabrik amonia dengan kapasitas 660 ribu ton yang berproduksi sejak 2000.

“Itu semua menunjukkan bahwa kami memiliki bisnis dan investasi dengan skala yang semakin membesar di Indonesia. Saya pikir, ini menunjukkan betapa pentingnya Indonesia untuk Mitsui,” ujar Masami. [agus]

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Kementan Siap Gelar ToT, Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional

NERACA Jakarta - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Kementerian Pertanian RI siap menggelar Training of Trainers…

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…