Investasi Prenatal Mampu Ciptakan SDM Berkualitas

Investasi Prenatal Mampu Ciptakan SDM Berkualitas
NERACA
Jakarta - Guru Besar Ekonomi Kependudukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Sri Moertiningsih Setyo Adinetomo menyebutkan bahwa investasi prenatal (sebelum dan saat ibu melahirkan) dapat menghasilkan manusia yang berkualitas untuk menyambut Indonesia Emas 2045.
"Prenatal atau persiapan hamil dan selama hamil, kalau diberikan investasi yang serius dan besar-besaran, imbal hasilnya paling tinggi, diikuti dengan pemberian nutrisi anak saat menjadi bayi di bawah lima tahun (balita)," ujar Sri saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara daring di Jakarta, Kamis (25/4).
Ia menegaskan, apabila investasi baru dilakukan di usia lima tahun, atau di masa anak sekolah, maka imbal hasilnya tidak akan sepadan dengan jumlah investasi anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan sumber daya manusia. "Oleh karena itu perlu investasi modal manusia sejak dini. Sumber daya manusia sifatnya statis, tetapi kalau modal manusia atau human capital itu ada endowment (dana abadi) yang berkembang," katanya.
Ia juga memaparkan penelitian dari Ekonom asal Amerika Serikat, James Heckman di tahun 2008, di mana sejak manusia berada di dalam janin hingga masuk kerja dan berpenghasilan, investasi modal manusia yang tertinggi imbal hasilnya adalah prenatal (early childhood development). "Jadi persis sekali, jangan sampai anak stunting, ibu hamil perlu nutrisi, karena itu imbal hasilnya paling tinggi," ucapnya.
Sri juga mengemukakan bahwa berdasarkan riset, rasionalitas ekonomi investasi di 1.000 hari pertama kehidupan (usia 0-2 tahun), dapat memberikan imbal hasil 7-10 persen per tahun, dan apabila disertai investasi kesehatan dan gizi, maka bisa mencapai 13 persen per tahun.
"Jadi sudah sangat besar BKKBN memegang peranan itu, masa sebelum hamil, saat hamil, dan menjaga supaya anak tidak stunting, karena semakin besar anak, imbal hasilnya semakin menurun," tuturnya.
Menurutnya, demi meningkatkan produktivitas, diperlukan investasi besar-besaran untuk menciptakan modal manusia berkualitas, sehat, cerdas, berintegritas, produktif, kompetitif, inovatif, memiliki kompetensi (skill), serta kecakapan hidup yang tinggi. "Investasi tumbuh kembang anak sebelum usia lima tahun harus jadi prioritas, termasuk pencegahan stunting. Ini harus masuk dalam kerangka besar menuju manusia unggul Indonesia Emas 2045," kata Sri.

 

NERACA


Jakarta - Guru Besar Ekonomi Kependudukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Sri Moertiningsih Setyo Adinetomo menyebutkan bahwa investasi prenatal (sebelum dan saat ibu melahirkan) dapat menghasilkan manusia yang berkualitas untuk menyambut Indonesia Emas 2045.

"Prenatal atau persiapan hamil dan selama hamil, kalau diberikan investasi yang serius dan besar-besaran, imbal hasilnya paling tinggi, diikuti dengan pemberian nutrisi anak saat menjadi bayi di bawah lima tahun (balita)," ujar Sri saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara daring di Jakarta, Kamis (25/4).

Ia menegaskan, apabila investasi baru dilakukan di usia lima tahun, atau di masa anak sekolah, maka imbal hasilnya tidak akan sepadan dengan jumlah investasi anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan sumber daya manusia. "Oleh karena itu perlu investasi modal manusia sejak dini. Sumber daya manusia sifatnya statis, tetapi kalau modal manusia atau human capital itu ada endowment (dana abadi) yang berkembang," katanya.

Ia juga memaparkan penelitian dari Ekonom asal Amerika Serikat, James Heckman di tahun 2008, di mana sejak manusia berada di dalam janin hingga masuk kerja dan berpenghasilan, investasi modal manusia yang tertinggi imbal hasilnya adalah prenatal (early childhood development). "Jadi persis sekali, jangan sampai anak stunting, ibu hamil perlu nutrisi, karena itu imbal hasilnya paling tinggi," ucapnya.

Sri juga mengemukakan bahwa berdasarkan riset, rasionalitas ekonomi investasi di 1.000 hari pertama kehidupan (usia 0-2 tahun), dapat memberikan imbal hasil 7-10 persen per tahun, dan apabila disertai investasi kesehatan dan gizi, maka bisa mencapai 13 persen per tahun.

"Jadi sudah sangat besar BKKBN memegang peranan itu, masa sebelum hamil, saat hamil, dan menjaga supaya anak tidak stunting, karena semakin besar anak, imbal hasilnya semakin menurun," tuturnya.

Menurutnya, demi meningkatkan produktivitas, diperlukan investasi besar-besaran untuk menciptakan modal manusia berkualitas, sehat, cerdas, berintegritas, produktif, kompetitif, inovatif, memiliki kompetensi (skill), serta kecakapan hidup yang tinggi. "Investasi tumbuh kembang anak sebelum usia lima tahun harus jadi prioritas, termasuk pencegahan stunting. Ini harus masuk dalam kerangka besar menuju manusia unggul Indonesia Emas 2045," kata Sri.

BERITA TERKAIT

Rakernas IMA 2024 Ungkap Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kata Kunci

Rakernas IMA 2024 Ungkap Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kata Kunci NERACA Jakarta - Indonesia Marketing Association (IMA) sebagai organisasi profesi…

Rupiah Diyakini Menguat Bulan Depan

    NERACA   Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, mata uang Rupiah akan menguat ke level…

Cukai Etanol untuk Bahan Bakar Bakal Dihapus

    NERACA   Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa saat ini Satuan Tugas (Satgas)…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Rakernas IMA 2024 Ungkap Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kata Kunci

Rakernas IMA 2024 Ungkap Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kata Kunci NERACA Jakarta - Indonesia Marketing Association (IMA) sebagai organisasi profesi…

Rupiah Diyakini Menguat Bulan Depan

    NERACA   Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, mata uang Rupiah akan menguat ke level…

Cukai Etanol untuk Bahan Bakar Bakal Dihapus

    NERACA   Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa saat ini Satuan Tugas (Satgas)…