Berjuang Melawan Jamu Kimia - Charles Saerang, Presiden Direktur PT Nyonya Meneer

Masih banyak tugas berat yang harus dipikul Charles Saerang untuk memajukan industri jamu di Indonesia, tidak hanya di pasar lokal, tapi juga di pasar internasional.  Sebab, dalam catatan Gabungan Pengusaha (GP) Jamu, saat ini, dari 1.166 industri jamu di Indonesia, sebanyak 90% di antaranya, yaitu 1.037 di antaranya termasuk industri kecil dan rumahan.

Tugas pertama, memperjuangkan agar jamu tidak disamakan dengan bahan farmasi apalagi sebagai obat. Sebab, saat ini, bahan farmasi dan obat-obatan cenderung menggunakan bahan kimia. Sedangkan, jamu terbuat dari bahan tetumbuhan atau herbal. Yang terjadi sekarang, mulai menjamur bahan jamu yang dioplos dengan bahan kimia, bahkan oleh para bakul jamu gendong. Dengan dicampur bahan kimia, menurut mereka, keuntungan menjadi cukup signifikan. Kasus itu bahkan dibawa hingga ke pengadilan.

Perang terhadap jamu berbahan kimia itulah, sebagai ketua umum pengurus pusat GP Jamu, Charles pun dimusuhi para pengusaha jamu di kawasan Cilacap-Banyumas.  Menurut Charles, dengan mempertahankan status jamu yang orisinal, sama dengan membantu pemerintah dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pihak BPOM mensyaratkan, jamu tidak boleh dicampur dengan bahan kimia, tapi murni harus berbahan dasar tetumbuhan.  Pada kenyataannya, 90% produk jamu sudah dicampur dengan bahan kimia.

Saat ini, DPR RI tengah menggodok Rancangan Undang-Undang (UU) tentang Farmasi. Yang jadi masalah, kata Charles adalah, jamu dimasukkan sebagai produk farmasi. “Kalau perlu kita buat UU khusus tentang jamu,” kata Charles, belum lama ini. Selama ini, Charles banyak dibantu konsultannya, Lily Siswanto.

Perjuangannya di dunia perjamuan telah membuahkan hasil. Sejumlah penghargaan dan prestasi telah diukirnya. Terakhir, pria yang suka olah raga jogging itu memperoleh penghargaan Satya Lencana Pembangunan 2012 dalam kategori Pembina Lingkungan Hidup. Perusahaan yang dipimpinnya, PT Nyonya Meneer tahun ini mendapat penghargaan ‘Apresiasi CSR Sejahtera Indonesia 2012 kategori budaya. Kementerian Koperasi dan UKM memberikan penghargaan kepada Charles sebagai Penggerak Kewirausahaan.  Pernah pula memperoleh penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup ‘Kalpataru’ pada 2002. Kraton Surakarta Hadiningrat memberinya anugerah gelar bupati sepuh dengan nama Kanjeng Pangeran Charles Ongkowidjojo Hadiningrat pada 2002.

Meniti Karir

Charles adalah cucu dari Nyonya Meneer atau Lauw Ping Nio dan anak laki-laki bungsu dari ayahnya yang bernama alm Ong Han How atau Hans Ramana. Pria kelahiran Semarang, 20 Februari 1952 itu ini menjadi pewaris tunggal pabrik jamu yang dirintis neneknya. Mulai bergabung di PT  Nyonya Meneer setelah lulus dnegan gelar Bachlor of Science dari Business School Miami Univesity, AS pada 1976, saat berusia 24 tahun. Pada 1981, Charles meraih gelar doktor ilmu pemasaran dengan disertasinya berjudul Jamu Awet Memiliki Peranan Penting dalam Memperluas Pemasaran Industri Farmasi dan Herbal Nyonya Meneer (Jamu Awet Plays a Very Important Role in Expanding the Sales of the Pharmaceutical & Herbs Industry Nyonya Meneer) di Universitas Kensington, AS. Sebelumnya, gelar master of science di Kensington University California. Sejak 1977 hingga 1997 dia banyak mengikuti kursus bisnis dan pemasaran di sejumlah perguruan tinggi di AS, di antaranya di University of Pennsylvania, University of California, University of Hawaii, dan di Massachusetts Institute of Technology ( MIT ) Boston. Kini, suami dari dr Lindawati Suryadinata itu memiliki dua putri, yaitu Vanessa Kalani dan Claudia Alana.

Sejak Nyonya Meneer meninggal pada 1978, perusahaan itu diterpa konflik keluarga hingga tahun 2000.

Berkat campur tangan Menpora Cosmas Batubara, konflik keluarga pun berakhir dengan hasil kepemilikan pabrik itu  berada di tangan Charles setelah membeli hak kepemilikan saudara-saudaranya.

 

Kini, jumlah karyawan pabrik jamu cap potret Nyonya Menner itu memiliki 3.500 karyawan dari semula hanya 140 orang karyawan saja. Kebanyakan mereka adalah wanita. Pabrik produk herbal itu kini memiliki 254 merek yang sudah dipasarkan hingga ke benua Eropa, Asia, dan Amerika. Sebanyak 80%  merek itu untuk memenuhi kebutuhan wanita.

Yang menggembirakan, pada tahun 2000, Charles berhasil membuat terobosan baru dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit rematik. Fitofarmaka adalah obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan lulus uji klinis. Menurut Charles, saat ini di Indonesia hanya ada lima perusahaan yang memproduksi  dan Nyonya Meneer satu-satunya perusahaan jamu, lainnya pabrik farmasi. Biaya riset fitofarmaka tergolong mahal, yaitu menghabiskan anggaran hingga Rp 3 miliar an butuh waktu hingga delapan tahun. Bagi Charles, terbitnya Rhemaneer membuktikan bahwa jamu dapat disjajarkan dengan obat-obatan kimia. (saksono)

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…