Selama Lima Tahun ke Depan, Produksi Kakao Diprediksi Turun 11%

NERACA

Jakarta – Produksi kakao diprediksi bakal mengalami penurunan hingga 11% dalam lima tahun ke depan. Hal tersebut dikarenakan petani mulai beralih ke kelapa sawit dan tanaman karet yang dipandang lebih menguntungkan. Walaupun harga kakao saat ini mengalami peningkatan, timpangnya keuntungan yang diperoleh petani kakao dengan petani kelapa sawit dan karet akan berimbas kepada konversi lahan.

Kepala Badan Pengawas dan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Syahrul R Sempurnajaya mengatakan, output coklat saat ini bisa turun 400ribu metric/ton (mt), yang merupakan tingkat terendah sejak 2004 akibat dari konversi lahan mencapai 150% per hektar. Saat ini, lanjutnya, tanaman pohon kakao hanya mencapai 1,5 juta hektar, dan bisa kemungkinan mengalami penuruan menjadi 1,3 juta hektar dalam 5 tahun kedepan. “Produksi kakao tahun ini bisa turun hingga 400 ribu mt,” kata Syahrul di Jakarta, Selasa (20/3).

Menurut dia, beberapa penyebab konversi lahan kakao ke kelapa sawit ataupun karet adalah penurunan kualitas dan produksi dikarenakan penuaan pohon, penyakit dan hama yang telah mengurangi pendapatan para petani kakao. Petani kakao Indonesia hanya mendapatkan sekitar $873 atau Rp 8 juta per hektar per tahun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan lebih dari dari kelapa sawit dan perkebunan karet yang mencapai Rp 20 juta per hektar per tahun.

“Saat ini petani mengaku gelisah karena imbal hasil dari menanam kakao yang begitu rendah. Selain itu, banyak tanaman kakao sudah menua, belum lagi jika ada serangan penyakit dan hama yang bisa mengurangi pendapatan petani,” ungkapnya.

Selain itu, Syahrul juga menjelaskan, Indonesia merupakan produser minyak sawit terbesar di dunia dan penghasil kedua untuk karet. Namun, sekitar 90% produksi kakao dunia yang dihasilkan pertanian kurang dari 5 hektar, yang berarti produsen kakao di Indonesia sering kekurangan dana yang dibutuhkan untuk memerangi kekeringan, banjir atau penyakit.

Senada dengan Syahrul, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia Firman Bakrie mengungkapkan, panen kakao akan mencapai 450.000 ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 435.000 mt. Pada tahun 2004, produksi kakao hanya mencapai 382.000 mt.

Harga kakao saat ini telah mengalami peningkatan sejak tahun 2006 dari $1.396 ke $3.775. Sementara itu, harga kakao menurut informasi dari Bappebti pada perdagangan Senin lalu ditutup meningkat Rp.175/kg atau 0.95% menjadi Rp.18.650/kg. Harga kakao untuk bulan Maret ini sudah meningkat Rp.2.000/kg atau 12% dibandingkan perdagangan kakao pada awal tahun 2012. Harga kakao di Bursa Berjangka Jakarta untuk kontrak Mei pada perdagangan Senin (19/3) ditutup meningkat Rp.260/kg atau naik 1.19%, sementara untuk kontrak Juli ditutup meningkat Rp.260/kg atau meningkat 1.19% menjadi Rp.22.150/kg.

Prediksi Ekspor Kakao

Ekspor kakao Indonesia, seperti dilansir dari Bappebti, diprediksi akan meningkat pada tahun ini menjadi 225.000 mt, meningkat dari 200.000 mt pada 2011. Kemudian konsumsi lokal relatif stabil antara 200.000 hingga 225.000 mt. Sementara itu menurut Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), kinerja ekspor kakao tahun ini diprediksi bakal turun.

Sekretaris Eksekutif Askindo Firman Bakrie memperkirakan, ekspor kakao sulit melampaui tahun 2011 lalu. Dari data tahun sebelumnya, ekspor 2011 lalu sebesar 200.000 ton atau turun 53,5% dari 2010 lalu yang sebesar 430.000 ton. Firman beralasan penurunan ekspor ini lantaran banyak negara mengalihkan permintaan ke produsen lain seperti Pantai Gading dan Ghana. Selain itu, dia berdalih, penurunan ekspor karena adanya penerapan pajak ekspor secara progresif.

Penurunan ekspor biji kakao terjadi pada periode Januari-Februari mencapai sekitar 4.000 ton, turun dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 40.000 ton. Penurunan ekspor terjadi karena panen tanaman kakao tidak maksimal akibat cuaca yang tidak kondusif. "Awal tahun ini, ekspor biji kakao turun," kata Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Askindo.

Askindo memperkirakan, tahun ini produksi kakao hanya sekitar 500.000 ton saja. Prediksi ini naik tipis 16,3% dari 2011 lalu sebesar 430.000 ton. Sementara produksi 2011 tersebut turun 9% dibanding produksi 2010.

BERITA TERKAIT

ATM Dubai 2024 Perluas Pasar Parekraf di Pasar Timur Tengah

NERACA Dubai – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan event Arabian…

Koperasi Perkuat Kualitas Produk, Pasar, dan Model Bisnis Ikan Tuna

NERACA Papua - Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki berupaya memperkuat kualitas produk, pemasaran, dan model bisnis ikan tuna…

Kapal Tanker Tanpa Izin Impor Diamankan

NERACA Palembang – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memimpin ekspose temuan kapal tanker asal impor  yang tidak memenuhi ketentuan impor hasil…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

ATM Dubai 2024 Perluas Pasar Parekraf di Pasar Timur Tengah

NERACA Dubai – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan event Arabian…

Koperasi Perkuat Kualitas Produk, Pasar, dan Model Bisnis Ikan Tuna

NERACA Papua - Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki berupaya memperkuat kualitas produk, pemasaran, dan model bisnis ikan tuna…

Kapal Tanker Tanpa Izin Impor Diamankan

NERACA Palembang – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memimpin ekspose temuan kapal tanker asal impor  yang tidak memenuhi ketentuan impor hasil…